LAPORAN PENDAHULUAN
DISKUSI REFLEKSI KASUS
DISUSUN
OLEH:
AYU PRAGISTA
RAHMAWATI, S.Kep.
NPM: 4012210010
STIKES BINA
PUTERA BANJAR
PROGRAM
STUDI PROFESI NERS ANGKATTAN XVI
2021
BAB I
LAPORAN
PENDAHULUAN
DISKUSI
REFLEKSI KASUS
A.
LATAR
BELAKANG
Kinerja menjadi tolok ukur keberhasilan pelayanan
kesehatan yang menunjukkan akuntabilitas
lembaga pelayanan dalam kerangka tata pemerintahan yang baik (good governance). Dalam pelayanan
kesehatan, berbagai jenjang pelayanan dan asuhan pasien (patient care) merupakan tujuan utama, serta pelayanan keperawatan
merupakan kontinum asuhan pelayanan kesehaan. Upaya untuk memperbaiki mutu dan
kinerja pelayanan klinis pada umumnya dimulai oleh perawat melalui berbagai
bentuk kegiatan, seperti: gugus kendali mutu, penerapan standar keperawatan,
pendekatan-pendekatan pemecahan masalah, maupun audit keperawatan.
Praktik klinik yang efektif dituntut untuk mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, dinamis, menyeluruh dengan
sistem pelayanan kesehatan yang terpadu dalam menyelesaikan masalah yang hampir
tidak ada pemecahannya. Seorang tenaga kesehatan dituntut untuk mampu melakukan
perencanaan harian dalam menyelesaiakan masalah tersebut, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Iqbal Ahmad menunjukkan refleksi kasus mampu meningkatkan
individu dalam mebuat perencanaan harian. Refleksi kasus membutuhkan
pengetahuan baru serta kompetensi dalam keterampilan klinik termasuk didalamnya
adalah perilaku yang posistif, pembelajaran berkelanjutan, evidence base
praktice serta kolaborasi interdisiplin sehingga diharapkan mampu untuk meningkatkan profesionalisme bagi
tenaga kesehatan.
Pengembangan profesionalisme masa kini bagi perawat
menjadi tantangan, dimana mutu pelayanan yang tinggi akan menjadi tuntutan dari
pelanggan. Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya dengan pemecahan masalah yang muncul dalam pelayanan kesehatan
salah satunya yaitu refleksi kasus di Indonesia diperkenalkan melalui diskusi
refleksi kasus (DRK) sebagai suatu metoda baru.Apabila dilaksanakan secara
rutin dan konsisten oleh kelompok masing-masing akan dapat mendorong perawat
lebih memahami hubungan standar dengan kegiatan pelayanan yang dilakukan
sehari-hari. Dengan refeksi kasus maka seorang perawat akan melakukan
introspeksi terhadap tindakan atau kegiatan kerja yang sudah dilakukan sehingga
peningkatan kualitas kerja yang diharapkan.
Untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan melalui
penyelenggaraan rumah sakit, perlu dilakukan penilaian baik internal, maupun
eksternal. Penilaian internal dilakukan diseluruh komponen rumah sakit salah
satunya yaitu dengan DRK seperti yang jelaskan dalam Keputusan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia 836/MENKES/SK/VI/2005. Mempraktekkan DRK juga
dapat dikatakan sebagai bagian“in-service
training” yang sangat efektif dan
sangat efisien. Kesadaran akan kebutuhan untuk berkembang adalah menjadi salah
satu tanggung jawab perawat terhadap
dirinya sendiri dan profesinya. Melalui
peningkatan profesionalisme setiap anggota profesi akan dapat pula meningkatkan
kinerja perawat sesuai standar dalam memberikan pelayanan yang bermutu untuk
memenuhi harapan masyarakat.
Diskusi refleksi kasus (DRK) merupakan suatu metode
pembelajaran dalam merefleksikan
pengalaman tenaga keperawatan yang aktual dan menarik dalam memberikan dan
mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang
mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan. Diskusi yang berdasarkan kasus
mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaraan dan pemberian umpan balik hasil
penelitian ini diperkuat oleh Chris
Dawber menunjukan bahwa diskusi refleksi kasus yang dilakukan secara
berkelompok dapat meningkatkan kerjasama tim, meningkatkan kemampuan berfikir
kritis dalam hubungan interpersonal serta mempunyai dampak positif terhadap
perawatan klinis oleh perawat.
B.
TUJUAN
1. Mengembangkan
profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Salah
satu wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang telah ditetapkan
C.
MANFAAT
1. Meningkatkan
aktualisasi perawat.
2. Membangkitkan
motivasi belajar perawat.
3. Belajar
untuk menghargai kerjasama tim kesehatan.
4. Memberikan
kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan.
5. Memberikan
masukan kepada pimpinan untuk
a. Peningkatan
SDM perawat (pelatihan, pendidikan berkelanjutan)
b. Penyempurnaan
SOP dan SAK
c. Pengadaan
dan perbaikan sarana dan prasarana
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Manajemen
Kinerja Klinis
Meningkatkan kinerja harus memecahkan
masalah-masalah kinerja dan eksploitasi kesempatan penampilan tersebut. Permasalahan kinerja adalah outcomes yang
tidak memuaskan atau tidak diinginkan atau masalah pelayanan yang mengganggu
pencapaianout comes yang diinginkan konsumen. Kesempatan penampilan diri
diperlukan untuk meningkatan outcomes pelayanan atau proses dimana pelayanan
diberikan. Peningkatan kinerja adalah
perubahan. Perubahan adalah indikasi
dimana ada satu perbedaan antara apa yang aktual dan apa yang diharapkan. Perubahan yang direncanakan memerlukan
keputusan. Bleich mengatakan bahwa ada
dua type keputusan yaitu, diagnostik dan evaluasi. Keduanya memerlukan ketrampilan berpikir
kritis, tetapi keduanya sangat berbeda.
Keputusan diagnostik terdiri dari pengumpulan, analisis dan sintesa
data. Evaluasi berkaitan dengan
pengambilan keputusan mengenai nilai terhadap ide, pemecahan, metoda dan
material. Standar digunakan untuk
menilai keabsahan hasil kegiatan, efektifitasnya, ekonomis, dan tingkat
kepuasan
Didalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
disusun berupa kegiatan komprehensif dan integratif yang menyangkut struktur,
proses dan output / outcome secara objektif, sistematik dan berlanjut seperti
tertulis pada tabel 2.1 tentang proses manajemen keperawatan. Memantau dan
menilai mutu serta kewajaran pelayanan tehadap pasien, menggunakan peluang
untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan masalah yang terungkapkan,
sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit berdaya guna dan berhasil
guna.
Tabel. 2.1: Proses Manajemen Keperawatan
Struktur/Input
|
Proses |
Hasil/Output |
-
Deskripsi pekerjaan -
Standar Klinis -
Indikator Kinerja -
Pendidikan berkelanjutan -
Ketrampilan manajerial klinis |
-
Kepemimpinan & support kualitas Asuhan Kep./Keb. -
Monitoring IKK feedbackkan hasil dan coaching untuk mencapai standar
kinerja yang dibutuhkan -
Refleksi Diskusi Kasus |
-
Staf termotivasi -
Standarisasi -
Kepuasan Pasien -
Kepuasan Staf -
Peningkatkan outcome kesehatan |
Referensi: Penulis
Pelayanan
dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien merupakan bentuk pelayanan
profesional yang bertujuan untuk membantu klien dalam pemulihan dan peningkatan
kemampuan dirinya melalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien secara
komprehensif dan berkesinambungan sampai klien mampu untuk melakukan kegiatan
rutinitasnya tanpa bantuan.
Proses
keperawatan adalah tindakan aktivitas yang ilmiah dan rasional yang dilakukan
secara sistematis terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian ,diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
Model proses
keperawatan dapat dilihat gambar 2.1 :
Gambar
2.1 The Nursing Process (Kozier,1991dkk)
Dalam
meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan manajemen harus
memperhatikan pengembangan manajemen kinerja yang dinyatakan sebagai kebijakan
nasional dalam rangka terciptanya pelayanan keperawatan yang profesional. Semua
tempat pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit harus melaksanakan
pengembangan manajemen kinerja, termasuk melaksanakan Diskusi Refkesi Kasus.
B.
Diskusi
Reflelsi Kasus
Refleksi klinis merupakan alat yang sangat kuat
untuk meningkatkan kemampuan keterampilan klininis dan profesionalisme, Refleksi
merupakan pendekatan pembelajaran ketrampilan klinis dan metakognotif. Strategi
pembelajaran dengan memperhatikan refelksi fokus internal dan eksternal baik
secara lisan maupun tertulis.
Diskusi berdasarkan kasus merupakan salah satu
bentuk pelatihan klinik yang di setting untuk membantu pembelajaran dalam
assesmen dalam tatanan klinik. Tujuan utama dari diskusi berdasarkan kasus
adalah untuk memberikan pembelajaran klinik yang tersturktur dan pemberian
umpan balik terhadap partisipan dalam diskusi tersebut. Diskusi yang berdasarkan
kasus mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemberian umpan balik
selain itu juga meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis dan
merupakan cara perubahan yang paling efektif dalam tatatnan klinis.
Intercollegiate Surgical Curriculum Programe dan
Fulya Mehta menyatakan diskusi berdasarkan (refleksi) kasus ini di desain untuk
memberikan penilaian klinik, pengambilan keputusan, penerapan ilmu pengetahuan
terkini dibidang kesehatan serta pemberian umpan balik dalam pembelajaran
klinik. Diskusi berdasarkan kasus ini merupakan program pembelajaran klinik
yang terstuktur yang mebutuhkan alat bantu (tool) yang digunakan sebagai
panduan dari mentor dalam merefleksikan diskusi yang akan membangun kemampuan
keterampilan klinik. Pilot projec yang dilakukan oleh Hether pada tahun 2011
menunjukan bahwa alat bantu panduan dalam diskusi berdasarkan kasus ini tidak
hanya menyelesaian permasahan pada pasien akan tetapi juga dapat digunakan
sebagai panduan dalam diskusi interdisiplin.
Menurut Heather ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam diskusi berdasarkan (refleksi) kasus ini sebgai upaya dalam
pemecahan masalah:
1. Siapa
yang membutuhkan perawatan dan kenapa?
2. Tujuan
yang diharapkan dari intervensi
3. Bagaiamana
cara melakukan dokumentasi?
4. Rencana
tindakan, tindakan, pelayanan dan jumlah kunjungan dalam mencapai tujuan
5. Bagaimana
peran pasien dan keluarga dalam proses pemecahan masalah?
6. Bagaiamana
cara melakukan evaluasi dari
keberhasilan intervensi dan pembiayaan yang efektif?
7. Apakah
dibutuhkan pelayanan kesehatan yang lain dan skening?
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah
suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan pengalaman perawat yang aktual
dan menarik dalam memberikan dan mengelola asuhan keperawatan melalui suatu
diskusi kelompok yang mengacu pemahaman standar yang ditetapkan. DRK ini
merupakan wahana untuk masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/kebidanan yang telah ditetapkan. Selain itu, DRK dapat meningkatkan
profesionalisme perawat. Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan,
membangkitkan motivasi belajar perawat, belajar untuk menghargai kolega untuk
lebih asertif dan meningkatkan kerja
sama, memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa
merasa tertekan serta memberikan masukan kepada pimpinan sarana kesehatan untuk
penambahan dan peningkatan SDM perawat (pelatihan,pendidikan berkelanjutan,
magang, kalakarya), penyempurnaan SOP dan bila memungkinkan, pengadaan alat.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Manajemen
Kinerja Klinis dalam Diskusi Refleksi Kasus
Pengembangan
pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan yang
mengimplementasikan semua kebijakan berupa Standar, Pedoman serta peraturan
secara terpadu langsung pada tatanan nyata di rumah sakit. Agar implementasi
pengembangan ini terarah dan sistematis, maka perlu disusun prinsip-prinsip,
kerangka kerja serta langkah-langkah yang menggambarkan alur implementasi
tersebut.
Manajemen
kinerja klinis bagi perawat merupakan model yang dikembangkan berdasarkan hasil
riset yang dilakukan oleh WHO bekerja sama dengan kelompok kerja perawat
tingkat nasional Depkes pada tahun 2001 (Keputusan Menkes No 836, 2005).
Kinerja merupakan kegiatan dalam mencapai tujuan dan diputuskan oleh pimpinan.
Kinerja bukan outcome melainkan aksi dalam upaya untuk mencapai sebuah tujuan,
dalam hal ini diskusi repleksi kasus merupakan salah satu manajemen kinerja
klinis karena diskusi refleksi kasus merupakan suatu upaya dalam mencapai mutu
pelayanan keperawatan, sebagai bahan dasar dalam menentukan evaluasi dan
perencenaan selanjutnya. Sehingga diskusi refleksi kasus ini harus dilakukan di
seluruh tatanan kesehatan naik di rumah sakit ataupun di puskesmas
Secara
umum menurut Depkes (2005) terdapat 5 komponen peningkatan manajemen kinerja
klinis (PMK) yang harus dipenuhi oleh setiap insan perawat yaitu:
1. Standar
dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan.
2. Uraian
tugas yang jelas untuk setiap jenjang perawat
3. Indikator
kunci dalam pelaksanaan kinerja klinik
4. Monitoring
kinerja klinik yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkala
5. Diskusi
refleksi kasus
Implementasi
pengembangan pelayanan keperawatan rumah sakit merupakan kegiatan pendampingan
terhadap rumah sakit. Kementerian Kesehatan dalam menerapkan pelayanan
keperawatan sesuai standar yang telah ditetapkan. Hala ini juga digunakan sebagai acuan
pentingnya penerapan diskusi refleksi kasus dalam pelayanan keperawatan. Adapun
prinsip-prinsip yang perlu menjadi landasan dalam pelaksanaannya adalah :
1. Pelayanan
keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, memiliki
kontribusi yang penting dalam pencapaian mutu pelayanan yang
diterima
oleh pasien. 8
2. Pelayanan
keperawatan yang diberikan berorientasi pada keselamatan pasien dan mempertahankan
efisiensi dan efektifitas pelayanannya.
3. Dalam
implementasi mempergunakan sumber daya yang ada, baik di dalam rumah sakit
maupun sumber lain yang tepat serta berfokus pada “improvement effort”.
4. Dalam
implementasi, bekerja dalam tim dan antar profesi untuk meningkatkan pelayanan.
5. Menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran dengan menghargai pengalamanpengalaman terbaik
yang ada di rumah sakit masing-masing.
6. Melakukan
implementasi, perubahan dan pengembangan pelayanan keperawatan harus dalam
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit.
7. Dalam
proses implementasi mengintegrasikan kebijakan-kebijakan dan regulasi yang
telah ada seperti SP2KP, PMK, Sistem Akreditasi Rumah Sakit, Pedoman Bimbingan
Teknis Pelayanan Keperawatan, Jenjang Karir dan Pedoman Indikator Mutu
Klinik. Sebagai panduan adalah standar
pelayanan keperawatan RS Khusus yang sudah disusun.
B.
Pedoman
Diskusi Refleksi Kasus
1. Pengumpulan
data
Tahap pengumpulan data perlu memperhatikan tentang
riwayat masa lalu dari kasus yang akan didiskusikan serta bagaimana
perkembangan kasus tersebut saat ini.
Beberapa poin penting yang perlu dikaji dalam tahap
pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Menilai
bagaimana diagnosa medis pasien mempengaruhi wawancara
Anda
b. Bagaimana
bias pribadi Anda / asumsi mungkin mempengaruhi wawancara Anda?
c. Menilai
informasi yang Anda kumpulkan, apa yang Anda lihat sebagai pola atau hubungan
antara gejala?
d. Berapa
nilai data yang Anda kumpulkan?
e. Apakah
beberapa pertimbangan yang dapat Anda simpulkan dari data? Apakah ada
alternatif solusi?
f. Apakah
penilaian Anda mengenai pengetahuan dan pemahaman pasien / pemberi perawatan
tentang diagnosis mereka dan kebutuhan untuk terapi fisik?
g. Sudahkan
Anda melakukan verifikasi tujuan pasien dan sumber daya apa yang tersedia?
h. Berdasarkan
informasi yang dikumpulkan, apakah Anda dapat menilai kebutuhan untuk rujukan
kepada tenaga kesehatan profesional lainnya?
2.
Menentukan
hipotesis awal
Penentuan hipotesis awal didasarkan pada
struktur kerangka/ fungsi, gangguan yang dialami pasien, keterbatasan aktivitas
harian pasien,dan pembatasan partisipasi pasien. Berikut adalah poin refleksi
yang perlu dikaji dalam penentuan hipotesis awal:
a. Dapatkah
Anda membangun hipotesis berdasarkan informasi yang dikumpulkan?
b. Apa
yang didasarkan pada (bias, pengalaman)?
c. Bagaimana
Anda dapat menentukan hipotesis? Bagaimana Anda dapat menjelaskan alasan Anda?
d. Bagaimana
informasi dan data kondisi pasien yang telah dikumpulkan dalam mendukung
hipotesis Anda?
e. Apakah
yang Anda antisipasi dapat menjadi hasil/outcome bagi pasien (prognosis)?
f. Berdasarkan
hipotesis Anda, bagaimanakah strategi Anda dalam mempengaruhi pemeriksaan?
g. Apa
pendekatan / urutan rencana / strategi Anda untuk melakukan pemeriksaan?
h. Bagaimanakah
faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeriksaan Anda?
i.
Bagaimanakah
informasi diagnostik lainnya dapat mempengaruhi pemeriksaan Anda?
3.
Pemeriksaan
Tahapan
pemeriksaan mempertimbangkn tes yang perlu dilakukan serta
pengukuran-pengukuran. Berikut adalah poin refleksi dari tahapan pemeriksaan:
a. Menilai
tes dan pengukuran yang Anda pilih untuk pemeriksaan, bagaimana dan mengapa
Anda memilihnya?
b. Menggambarkan
dari tes ini, bagaimana tes tersebut dapat mendukung / meniadakan hipotesis
Anda?
c. Dapatkah
identifikasi dari tes dan pengukuran tersebut membantu Anda menentukan
perubahan status? Apakah tes dan pengukuran itu setidaknya mampu mendeteksi
perbedaan klinis penting?
d. Bagaimana
Anda mengatur pemeriksaan? Apa yang mungkin Anda lakukan secara berbeda?
e. Jelaskan
pertimbangan untuk sifat psikometrik tes dan pengukuran yang digunakan.
f. Diskusikan
sistem lain yang tidak diuji, apakah dapat mempengaruhi masalah pasien.
g. Bandingkan
pemeriksaan temuan Anda untuk pasien ini dengan pasien lain dengan diagnosis
medis serupa.
h. Bagaimana
pilihan tes dan pengukuran berhubungan dengan tujuan pasien
4.
Evaluasi
a. Bagaimana
Anda menentukan diagnosis Anda? Bagaimana pendapat pasien tentang diagnosis yang Anda tentukan?
b. Bagaimana
hasil pemeriksaan Anda dapat mendukung atau meniadakan hipotesis awal Anda?
c. Apa
penilaian Anda tentang masalah yang paling penting untuk dikerjakan?
d. Bagaimana
evaluasi ini berhubungan dengan tujuan pasien dan identifikasi masalah?
e. Faktor-faktor
apa yang mungkin mendukung atau mengganggu prognosis pasien?
f. Bagaimana
faktor lain seperti fungsi tubuh, faktor lingkungan, dan sosial mempengaruhi
pasien?
g. Apa
alasan Anda untuk prognosis, dan apa indikator prognostik positif dan negatif?
h. Bagaimana
tindakan yang akan Anda untuk mengembangkan hubungan terapeutik?
i.
Bagaimana
mungkin setiap faktor budaya memengaruhi perawatan Anda dari pasien?
j.
Apa pertimbangan
Anda untuk perilaku, motivasi, dan kesiapan?
k. Bagaimana
Anda dapat menentukan kapasitas untuk kemajuan menuju tujuan?
5.
Rencana
Tindak Lanjut
a. Bagaimana
Anda memasukkan tujuan pasien dan keluarga?
b. Bagaimana
tujuan mencerminkan pemeriksaan dan evaluasi Anda?
c. Bagaimana
Anda menentukan resep terapi fisik atau rencana perawatan (frekuensi,
intensitas, antisipasi layanan perawatan jangka panjang)?
d. Bagaimana
elemen kunci dari rencana perawatan
e. terapi
fisik berhubungan kembali dengan diagnosis
awal?
f. Bagaimana
faktor personal dan lingkungan pasien mempengaruhi rencana perawatan terapi
fisik?
6.
Rencana
Kegiatan
a. Diskusikan
semua pendekatan terapi fisik atau
beberapa strategi (misalnya, pembelajaran motorik, penguatan).
b. Bagaimana
Anda akan memodifikasi prinsip untuk pasien?
c. Apakah
ada aspek yang spesifik tentang pasien yang perlu diingat?
d. Bagaimana
pendekatan Anda berhubungan dengan teori dan bukti saat ini?
e. Ketika
Anda merancang rencana intervensi Anda, bagaimana Anda memilih strategi yang
spesifik?
f. Apakah
alasan Anda untuk strategi intervensi yang digunakan?
g. Bagaimana
intervensi berhubungan dengan masalah utama yang telah diidentifikasi?
h. Apakah
mungkin Anda perlu mengubah intervensi untuk pasien tertentu dan pemberi
perawatan? Apa kriteria Anda untuk melakukannya?
i.
Apa koordinasi
dari aspek perawatan?
j.
Apa kebutuhan
komunikasi dengan anggota tim lainnya?
k. Apa
aspek dokumentasi?
l.
Bagaimana Anda
akan memastikan keselamatan?
m. Pendidikan
Pasien / pemberi perawatan:
n. Apakah
strategi keseluruhan yang Anda lakukan dalam mengajar?
o. Jelaskan
gaya belajar / hambatan dan setiap akomodasi yang mungkin untuk pasien dan
pemberi perawatan.
p. Bagaimana
Anda dapat memastikan pemahaman?
q. Apa
strategi komunikasi (verbal dan nonverbal) yang nantinya paling efektif.
7.
Pemeriksaan
Ulang
a.
Mengevaluasi
efektivitas intervensi Anda. Apakah Anda perlu mengubah apa pun?
b. Apa
yang telah Anda pelajari tentang pasien / perawat yang Anda tidak tahu
sebelumnya?
c. Bagaimana
kemajuan pasien saat ini terhadap tujuan dibandingkan dengan pasien lain dengan
diagnosis yang sama?
d. Apakah
ada sesuatu yang diabaikan, disalahartikan, dinilai terlalu tinggi, atau
dinilai rendah, dan apa yang mungkin Anda lakukan secara berbeda? Akankah hal
ini dapat menunjukkan setiap potensi kesalahan yang telah Anda buat?
e. Bagaimana
interaksi Anda dengan pasien / pemberi perawatan dapat diubah?
f. Bagaimana
hubungan terapeutik Anda dapat diubah?
g. Apakah
terdapat kemungkinan faktor-faktor baru yang mempengaruhi kriteria hasil dari
pasien?
h. Bagaimana
karakteristik kemajuan pasien mempengaruhi tujuan Anda, prognosis, dan
pengantisipasian hasil?
i.
Bagaimana Anda
dapat menentukan pandangan pasien (kepuasan / frustrasi) tentang kemajuannya ke
arah tujuan? Bagaimana kemungkinannya dapat mempengaruhi rencana perawatan
Anda?
j.
Bagaimana terapi
fisik mempengaruhi kehidupan pasien?
8.
Hasil
a. Apakah
terapi fisik yang efektif, dan apa ukuran yang Anda gunakan untuk menilai
hasilnya? Apakah ada perbedaan klinis minimum yang penting?
b. Mengapa
iya atau mengapa tidak?
c. Kriteria
apa yang Anda atau akan Anda gunakan untuk menentukan apakah pasien telah
mencapai tujuan nya?
d. Bagaimana
Anda menentukan pasien siap untuk kembali ke rumah / masyarakat / kerja /
sekolah / olahraga?
e. Hambatan
apa (fisik, pribadi, lingkungan), jika ada, apakah dapat dipulangkan?
f. Apakah
kebutuhan yang dapat diantisipasi terkait usia, dan apa yang menjadi dasarnya?
g. Apakah
peranan yang memungkinkan dari terapi fisik di masa yang akan datang?
h. Apa
pandangan pasien / pemberi perawatan dari kebutuhan terapi fisik di masa yang
akan datang?
i.
Dapatkah Anda
dan pasien / pemberi perawatan yang lain secara bersama-sama merencanakan
rencana seumur hidup untuk sehat?
STANDAR
PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
PELAKSANAAN
DISKUSI REFLEKSI KASUS DI RUMAH SAKIT
Nomor Dokumen
|
|
Tanggal disahkan pertama kali |
|
Tanggal Revisi
|
|
|
|
Pengertian |
Kegiatan diskusi untuk merefleksikan pengalaman
praktek suatu kasus tertentu terhadap konsep pengetahuan baru / praktek baru |
Tujuan |
1.
Meningkatkan pengembangan profesionalisme secara berkelanjutan bagi
perawat melalui kegiatan pembelajaran sepanjang hayat 2.
Meningkatkan performa klinik perawat melalui siklus perubahan berbasis evidence-based practice |
Leader |
Manajer Kasus |
Stakeholder terkait |
1.
Kepala Ruangan (Manajer Personil/Perawat) 2.
Staff Keperawatan (Perawat Klinis
/ Perawat
Pelaksana) 3.
Komite Keperawatan |
Alat / Bahan |
1.
Dokumentasi asuhan keperawatan 2.
Sinopsis tentang ide / gagasan / informasi terkait kasus yang dibuat
berdasarkan analisis hasil penelitian 3.
Standar Asuhan Keperawatan sesuai kasus (jika ada) 4.
SPO tindakan terkait kasus (jika ada) 5.
Hasil audit keperawatan (jika ada) 6.
Tool refleksi |
Output |
1.
Rekomendasi untuk merubah praktek sesuai pengetahuan / informasi yang
baru 2.
Rekomendasi untuk mencari informasi-informasi tambahan lainnya yang
menguatkan 3.
Rekomendasi untuk mempertahankan praktek yang sudah dilaksanakan karena
sesuai dengan pengetahuan yang baru. |
Tool
Refleksi Diri
A.
Riwayat Pasien
Pernyataan |
Ya |
Tidak |
Riwayat kesehatan sudah dikaji dengan baik dan sudah
didokumentasikan dengan baik dalam dokumen asuhan
keperawatan |
|
|
Ada tindakan / terapi medis yang membuat bias asumsi
terhadap hasil pengkajian |
|
|
Data yang terdokumentasikan sangat bermakna untuk
menentukan masalah pasien yang aktual maupun potensial |
|
|
Data yang tercata telah diverifikasi kembali kepada
pasien dalam 24 jam terakhir |
|
|
Sumber-sumber yang tersedia di RS sudah dipergunakan
untuk memperoleh data |
|
|
Menurut saya pasien perlu dikonsultasikan lebih
lanjut untuk memperoleh data lebih banyak |
|
|
B.
Hipotesis
Masalah yang ada pada pasien berhubungan dengan :
1.
Struktur Tubuh / Fungsi Organ Tubuh
2.
Kerusakan Fungsi / Memburuknya
Kesehatan
3.
Keterbatasan Aktifitas
4.
Terhambatnya Partisipasi Dalam
Asuhan
Pernyataan |
Ya |
Tidak |
Saya dapat membuat hipotesis tentang kondisi pasien
berdasarkan informasi yang ada |
|
|
Saya dapat menjelaskan rasionalisasi dari hipotesis
yang saya buat |
|
|
Saya dapat menyebutkan data-data yang mendukung
hipotesis saya |
|
|
Saya dapat menjelaskan prognosis pasien dalam 2 x 24
jam kedepan |
|
|
Saya sudah memiliki rencana spesifik bagi
pasien |
|
|
Saya dapat mengendalikan faktor lingkungan untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien |
|
|
C.
Evaluasi
1.
Bagaimana anda menjelaskan diagnosa
yang sudah dibuat ?
2.
Apa issu penting yang harus
diantisipasi terkait kasus ?
3.
Adakah perbedaan respon pasien
terhadap tindakan keperawatan antar apasien anda dengan pasien-pasien lainnya
dalam kasus yang sama ?
4.
Setelah membaca sinopsis, adakah
rencana keperawatan yang akan berubah ?
5.
Siapa saja pihak yang dapat
dilibatkan untuk meningkatkan praktik ?
Cilacap, Mei 2021
(Nama
Jelas)
BAB
IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Pelayanan keperawatan harus mampu
menjawab tuntutan untuk memberikan service excellent atau pelayanan prima.
Pelayanan prima dapat tercapai dengan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan
yang umumnya dilakukan melalui gugus kendali mutu, penerapan standar
keperawatan, pendekatan-pendekatan pemecahan masalah, maupun audit keperawatan.
Praktik klinik yang efektif dituntut untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan
yang profesional, dinamis, menyeluruh dengan sistem pelayanan kesehatan yang
terpadu.
Salah satu wujud dari upaya
pencapaian mutu pelayanan keperawatan ialah penerapan metode pemecahan masalah.
Diskusi refleksi kasus (DRK) merupakan metode diskusi kelompok yang
merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan secara aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan berdasarkan pada pemahaman standar
yang ditetapkan. Penerapan DRK perlu didasarkan pada evidence based practice
yang mendukung pencapaian tujuan dan manfaat. Pelaksanaan DRK diuraikan dalam
bentuk SPO yang terdiri dari pengumpulan data,pengambilan hipotesis awal,
pemeriksaan, evaluasi, rencana tindak lanjut, rencana kegiatan, pemeriksaan
ulang, dan hasil.
B.
Saran
1. DRK
perlu diterapkan di rumah sakit untuk menunjang mutu pelayanan keperawatan dan
pelaksanaannya dioptimalkan
2. DRK
perlu disosialisasikan kepada berbagai unit terkait sehingga perawat maupun
ruangan memahami pentingnya DRK dan cara penerapannya
3. Pelaksanaan
DRK perlu disesuaikan dengan SPO yang telah ditetapkan agar tujuan tercapai
4. Pelaksanaan
DRK perlu ada monitoring dan evaluasi sehingga dapat dinilai efektivitas dan
efisiensinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Blacley
A, Blunting Occam’s Razor. 2010. Aligning Medical Education With Student of
Complexxity. J Eval Clin Pracct. 16,849:855
2. Frasel
3. Chris
Dawber. 2013. Reflective practice groups for nurses: A consultation liaison
psychiatry nursing initiative: Part 1 – the model. International Journal of
Mental Health Nursing 22, 135–144
4. 19.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 836. 2005. Pedoman
5. Pengembangan
Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan: Jakarta
6. Fulya
7. Chris
Dawber. 2013. Reflective practice groups
for nurses: A consultation liaison psychiatry nursing initiative: Part
2.International Journal of Mental Health Nursing 22, 241–248.
8. Emanuel
VensiHasmoko, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Klinis
Perawat Berdasarkan Penerapan Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis
(Spmkk) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Undip
9. Bondan
Palestin. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Jurnal Keperawatan
dan Penelitian: Yogyakarta
10. Nursalam,
Manajemen keperawatan (aplikasi dalam keprawatan praktek profesional) edisi I
Salemba Medica Jakarta 2002.
11. Departemen
Kesehatan RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan: Jakarta
12. Ujeng.
2007. Diskusi refleksi kasus dalam implementasi pengembangan manajemen kinerja
:: Studi kasus di RSUD Gunung Jati Cirebon. Elektronoc theses dan desertation
(ETD): Gajah Mada University
13. Heather
L Atkinson, Kim Nixon-Cave. 2011. A tool For Clinical Reasoning and Rflektion
Using International Classificatin Of Functioning, Disability and Heakt (ICF)
Fram Work and Patient Management Model. Ptjournal. American Physical Treraphy
14. Association
(APTA) 27
15. WainWright
SF, Sheppard KF, Herman LB et all. 2010. Novice and Eksperienced Physical
Teraphis Clinical: a Comparition Of How Reflektion Is Use To Inform The
16. Clinical
Desicion Making Proces. Physical Teraphy. 90, 75-88
17. Ahmad
I, Said H Bin, Zeb A, Rehman S. 2013.How Reflective Practice Improves Teachers
’ Classroom Teaching Skill ? Case of Community Based Schools in District
18. Chitral
, Khyber Pakhtunkhwa.4(1):73–81
19. Intercollegiate
Surgical Curriculum Programe. 2010. http://www.iscp.ac.uk/static/public/cbd
tips. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015.
20. Leung
KH, Pluye P, Grad R, Weston C.2010. A
reflective learning framework to evaluate CME effects on practice reflection. J
Contin Educ Health Prof. 30(2):78–88.
21. Michael
Rowe, Jose Frans and Viviene Bozalek. 2013. Beyond Knowladge and Skill: The Use
Of a Delphi Study to Develop a Tecnologi-Mediated Teaching Strategy. Medical
Education 13:51
22. Maya
Ratnasari. 2010. Penerapan Pengembangan Manajemen Kinerja (Pmk) Klinik Bagi
Perawat Dan Bidan Pada Sistem Remunerasi. http://www.fik.ui.ac.id. Di akses
pada tanggal 14 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar