LAPORAN PENDAHULUAN
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
Disusun oleh
AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep.
NPM: 4012210010
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE-16
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
1. Pengertian
Model
Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses
dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996).
2. Dasar
Pertimbangan Pemilihan Model Askep Profesional
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan
harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam
asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan
biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya
suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil
yang sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan
masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan
atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model
yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
5. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh
motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan
kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam
pelaksanaannya.
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara
perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup
tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik
antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Jenis dan Model
Askep Profesional
Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey
(1997) dan Marquis dan Huston (1998). Ada lima metode pemberian asuhan
keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa
depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
1.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model
fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1–2
jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini
berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan
tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam,
2007).
Kelebihan:
a. manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas
b. dan pengawasan yang baik;
c. sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan
tenaga;
d. perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerial, sedangkan perawat
e. pasien diserahkan kepada perawat junior
dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a. tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun
perawat;
b. pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak
dapat menerapkan proses
b. keperawatan;
c. persepsi perawat cenderung pada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan
d. saja.
2. Model Askep Profesional Tim
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan
keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
1) Konsep metode Tim:
a. ketua tim sebagai perawat profesional harus
mampu menggunakan berbagai
b. teknik kepemimpinan;
c. pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan
d. terjamin;
e. anggota tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim;
f. peran kepala ruang penting dalam model tim,
model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Kelebihannya:
a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh;
b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. memungkinkan komunikasi antartim, sehingga
konflik mudah di atasi dan
b. memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan: komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama
dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Tanggung jawab anggota tim:
a. memberikan asuhan keperawatan pada pasien di
bawah tanggung jawabnya;
b. kerja sama dengan anggota tim dan antar tim;
c. memberikan laporan.
Tanggung
jawab ketua tim:
a. membuat perencanaan;
b. membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
b. mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien;
c. mengembangkan kemampuan anggota;
d. menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang:
a. Perencanaan:
§ menunjuk ketua tim yang akan bertugas di
ruangan masing-masing;
§ mengikuti serah terima pasien pada sif
sebelumnya;
§ mengidentifikasi tingkat ketergantungan
pasien: gawat, transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim;
§ mengidentifikasi jumlah perawat yang
dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim,
mengatur penugasan/penjadwalan;
§ merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
§ mengikuti visite dokter untuk mengetahui
kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien;
§ mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk;
§ membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri;
§ membantu membimbing peserta didik keperawatan;
§ menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan
dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian:
§ merumuskan metode penugasan yang digunakan;
§ merumuskan tujuan metode penugasan;
§ membuat rincian tugas ketua tim dan anggota
tim secara jelas;
§ membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;
§ mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain;
§ mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
§ mengatur dan mengendalikan situasi tempat
praktik;
§ mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak
berada di tempat kepada ketua tim;
§ memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien;
§ mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
§ identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan:
§ memberi pengarahan tentang penugasan kepada
ketua tim;
§ memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik;
§ memberi motivasi dalam peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
§ menginformasikan hal-hal yang dianggap penting
dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien;
§ melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
kegiatan;
§ membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya;
§ meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
lain.
d. Pengawasan:
§ melalui komunikasi: mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan
§ ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang
§ diberikan kepada pasien;
§ melalui supervisi:
1) pengawasan langsung dilakukan dengan cara
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga;
2) pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek
daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas;
3) evaluasi;
4) mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim;
5) audit keperawatan.
Sistem Pemberian Askep “Team Nursing”
(Marquis dan Huston, 1998: 138)
2)
Strategi Kerja Tim
Saat pasien baru masuk di ruang
rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim dan diperkenalkan
kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim memberikan orientasi tentang
ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua Tim) dan anggota
tim.
Ketua tim (dapat dibantu anggota
tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan berdasarkan
rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu melakukan analisa
dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi
pasien.
Setelah menganalisa dan memodifikasi
rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada
anggota tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai rencana keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi
format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian
didokumentasikan pada format yang tersedia.
Bila anggota tim menerima pasien
pada sore dan malam hari atau pada hari libur, pengkajian awala dilakukan oleh
anggota tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama pasien,
anggota tim membuat masalah keperawatan utama dan melakukan tindakan
keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab
sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua
timkemudian membuat rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan
bagi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Pada dinas pagi ketua tim bersama
anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya pasien yang dirawat oleh
tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi melakukan konferens
tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan mengkoordinasikan tugas
tiap anggota tim.
Selain dengan dokter anggota tim,
ketua tim juga melakukan komunikasi langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim
kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan perencanaan baru yang
pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada
dan yang perlu dilakukan selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan
yang perlu dilakukan, maka ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim
untuk melaksanakannya. Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat
dilakukan oleh anggota tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung
tindakan tersebut. Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada
pasien dan keluarga akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil
pengkajian pada kebutuhan peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat
dilakukan mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk
penjelasan mengenai diet pasien yang benar.
Selama anggota tim melakukan asuhan
keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor tindakan yang akan dilakukan
dan member bimbingan pada anggota tim. Anggota tim selama melakukan asuhan
keperawatan harus mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan pada
format-format yang terdapat pada papan dokumentasi. Kemudian ketua tim akan
memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang dibuat oleh anggota tim.
Setiap hari ketua tim mengevaluasi
perkembangan pasien dengan mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan
metoda SOAP, catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga menjadi
panutan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Bila ada pasien yang akan pulang
atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan membuat resume keperawatan,
sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan masalah yang
sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan
kesehatan yang telah diberikan.
Pada pergantian dinas pagi-sore
dilakukan peran anggota tim sore yang didampingi oleh ketua tim. Komponen utama
yang diinformasikan dalam operan antara lain keadaan umum pasien,
tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan atau tindakan yang belum
dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat dinas sore dan
malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan pasien yang akan dibuat
oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim melengkapi informasi penting
yang belum disampaikan kepada dinas sore. Anggota tim juga menulis laporan
pagi/sore/malam pada format
yang tersedia.
3. Model Askep Profesional Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
Bagan
Pengembangan MAKP (Nursalam, 2009)
Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis dan Huston, 1998:
138)
Kelebihan:
a. bersifat kontinuitas dan komprehensif;
b. perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang
tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri;
b. keuntungan antara lain terhadap pasien,
perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu,
asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh
perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer:
a. ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
b. ada otonomi;
c. ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer:
a. mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
b. membuat tujuan dan rencana keperawatan;
c. melaksanakan rencana yang telah dibuat selama
ia dinas;
b. mengomunikasikan dan mengoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh
c. disiplin lain maupun perawat lain;
d. mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
e. menerima dan menyesuaikan rencana;
f. menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
g. melakukan rujukan kepada pekerja sosial,
kontak dengan lembaga sosial di
h. masyarakat;
i.
membuat jadwal perjanjian klinis;
j.
mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode
primer:
a. sebagai konsultan dan pengendalian mutu
perawat primer;
b. orientasi dan merencanakan karyawan baru;
c. menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan
pada perawat asisten;
d. evaluasi kerja;
e. merencanakan/menyelenggarakan pengembangan
staf;
f. membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat
mengenal hambatan yang
b. terjadi.
Ketenagaan metode primer:
a. setiap perawat primer adalah perawat bed side
atau selalu berada dekat dengan
b. pasien;
c. beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu
perawat primer;
d. penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
e. perawat primer dibantu oleh perawat
profesional lain maupun nonprofesional
f. sebagai perawat asisten;
4. Model Askep Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini
berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).
Kelebihannya:
a. perawat lebih
memahami kasus per kasus;
b. sistem evaluasi
dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:
a. belum dapat
diidentifikasi perawat penanggung jawab;
b. perlu tenaga
yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
5. Modifikasi:
MAKP Tim-Primer.
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan berikut.
a. Keperawatan
primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai
latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni,
karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tesebut
diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
Model Tim Primer (Modifikasi)
4. Tingkatan dan
Spesifikasi MAKP
Tingkat |
Praktek Keperawatan |
Metode Pemberian Askep |
Keterangan |
Dokumentasi |
Aspek riset |
MAKP Pemula |
Mampu
memberikan asuhan keperawatan profesi tingkat pemula |
Modifikasi
keperawatan primer |
1.
Jumlah
sesuai tingkat ketergantungan pasien 2.
Skp/Ners/DIV
(1:25-30 pasien) sebagai CCM 3.
DIII
keperawatan sbg PP perawat pemula |
Standar
renpra (masalah aktual) |
- |
MAKP I |
Mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I |
Modifikasi
keperawatan prim |
1.
Jumlah
sesuai tingkat ketergantungan pasien 2.
Spesialis
keperawatan (1: 9–10 pasien) sebagai CCM. 3.
S.Kep/Ners
sebagai PP 4.
DIII
keperawatan sebagai PA |
Standar
renpra (masalah aktual dan masalah risiko) |
1.
Riset
deskrptif oleh PP 2.
Identifikasi
masalah riset. 3.
Pemanfaatan
hasil riset |
MAKP II |
Mampu
memberikan asuhan keperawatan tingkat II |
Manajemen
kasus dan keperawatan |
1.
Jumlah
sesuai tingkat ketergantungan pasien 2.
Spesialis
keperawatan (1 : 3 PP) 3.
Spesialist
keperawatan (1: 9–10 pasien) 4.
DIII
Keperawatan sebagai PA |
Clinical
pathway/ standar renpra (masalah aktual dan risiko) |
1.
Riset
eksperimen oleh spesialis. 2.
Identifikasi
masalah riset. 3.
Pemanfaatan
hasil riset. |
MAKP III |
Mampu
memberikan asuhan keperawatan tingkat III |
Manajemen
kasus |
1.
Jumlah
sesuai tingkat ketergantungan pasien. 2.
Doktor
keperawatan klinik (konsultan) 3.
Spesialis
keperawatan (1:3 PP) 4.
S.Kp/Ners
sebagai PP |
Clinical
pathway |
1.
Riset
intervensi lebih banyak. 2.
Identifikasi
masalah riset. 3.
Pemanfaatan
hasil riset. |
DAFTAR PUSTAKA
Kusnanto. 2004.
Pengantar Profesi Dan Prakitk Keperawatan Professional . Jakarta : EGC
Kedokteran
Nursalam. 2014. Manajemen
Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional, ed.4. Jakarta:
Salemba Medika.
Rusdi, I. 2008.
Model Pemberian Asuhan Keperawatan (nursing care delivery models).
Somantri, I.
Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional, FIK-UNPAD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar