LAPORAN PENDAHULUAN
EPIDEMOLOGI DALAM KOMUNITAS
OLEH:
AYU PRAGISTA
RAHMAWATI, S. Kep
NPM 4012210010
STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS
ANGKATAN
KE XVI TAHUN AKAEDMIK 2020/2021
EPIDEMIOLOGI
A.
Pengertian,
definisi, peranan dan ruang lingkup epidemiologi
1.
Pengertian
Epidemilogi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu), dengan demikian
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
masyarakat.
2.
Definisi
Banyak definisi tentang
Epidemiologi, beberapa diantaranya :
a.
W.H. Welch
Suatu ilmu yang mempelajari
timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi
menular. Dalam perkembangannya, masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya
penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit
degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.
Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.
b.
Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan
determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
c.
Last
Studi tentang distribusi dan
determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada
populasi tertentu dan aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan.
d.
Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang
ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan
terjadinya penyakit pada manusia.
e.
Omran
Epidemiologi adalah suatu studi
mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada
penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada
kelompok penduduk.
f.
W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut
waktu dan tempat.
g.
Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok
manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai
berikut :
a.
Frekuensi masalah kesehatan
b.
Penyebaran masalah kesehatan
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya masalah kesehatan.
3.
Peranan
Dari kemampuan epidemiologi untuk
mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan
intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam
bidang kesehatan masyarakat berupa :
a.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang
berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b.
Menyediakan data yang diperlukan
untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c.
Membantu melakukan evaluasi terhadap
program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d.
Mengembangkan metodologi untuk
menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
menanggulanginya.
e.
Mengarahkan intervensi yang
diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
4.
Ruang lingkup
a.
Masalah kesehatan sebagai subjek dan
objek epidemiologi
Epidemiologi tidak hanya sekedar
mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup
masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah
keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan,
pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek
epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
b.
Masalah kesehatan pada sekelompok
manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam
mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian
terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga
berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui
penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
c.
Pemanfaatan data tentang frekuensi
dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu
masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat
mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah
tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan
memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat
dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
B.
Natural
history of deseases
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat
digolongkan dalam 5 tahap :
1.
Pre Patogenesis
Tahap ini telah terjadi interaksi
antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar
tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum
masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda
penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit.
Keadaan ini disebut sehat.
2.
Tahap inkubasi (sudah masuk
Patogenesis)
Pada tahap ini biit penyakit masuk
ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap
penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat
menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
3.
Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dihitung dari
munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit
tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila
penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah
parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi,
istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
4.
Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah
parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran
yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut.
Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap
ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5.
Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan
:
a.
Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh
penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b.
Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu
berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi
cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan
penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c.
Karier : pada karier perjalanan
penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam
tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya
tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya
membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang
lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human
reservoir)
d.
Kronis ; pada tahap ini perjalanan
penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan
kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap
berada dalam keadaan sakit.
e.
Meninggal ; Apabila keadaan penyakit
bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan
penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang
diinginkan.
C.
Upaya
pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit.
Dalam kesehatan masyarakat ada 5
(lima) tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan
2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.
1.
Peningkatan kesehatan (health
promotion)
a.
Penyediaan makanan sehat dan cukup
(kualitas maupun kuantitas)
b.
Perbaikan hygiene dan sanitasi
lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja
dan limbah.
c.
Pendidikan kesehatan kepada
masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap
resiko jantung koroner.
d.
Olahraga secara teratur sesuai
kemampuan individu.
e.
Kesempatan memperoleh hiburan demi
perkembangan mental dan sosial.
f.
Nasihat perkawinan dan pendidikan
seks yang bertanggung jawab.
2.
Perlindungan umum dan khusus
terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection)
a.
Memberikan immunisasi pada golongan
yang rentan untuk mencegah penyakit
b.
Isolasi terhadap penderita penyakit
menular, misal yang terkena flu burung.
c.
Pencegahan terjadinya kecelakaan
baik di tempat umum maupun tempat kerja.
d.
Perlindungan terhadap bahan-bahan
yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.
e.
Pengendalian sumber-sumber
pencemaran.
3.
Penegakkan diagnosa secara dini dan
pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
a.
Mencari kasus sedini mungkin.
b.
Mencari penderita dalam masyarakat
dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
c.
Mencari semua orang yang telah
berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi
agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
d.
Meningkatkan keteraturan pengobatan
terhadap penderita.
e.
Pemberian pengobatan yang tepat pada
setiap permulaan kasus.
4.
Pembatasan kecacatan (dissability
limitation)
a.
Pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
b.
Pencegahan terhadap komplikasi dan
kecacatan.
c.
Perbaikan fasilitas kesehatan
sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih
intensif.
5.
Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a.
Mengembangkan lembaga-lembaga
rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
b.
Menyadarkan masyarakat untuk
menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang
bersangkutan untuk bertahan.
c.
Mengusahakan perkampungan
rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu
mempertahankan diri.
Penyuluhan dan usaha-usaha
kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu
penyakit.
Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya
pencegahan menjadi 3 bagian : primordial prevention (pencegahan awal) yaitu
pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health
promotion dan general and specific protection , secondary prevention
(pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan
tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.
Ukuran frekuensi penyakit
menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok
manusia/masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan
banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk mengetahui
frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat
dilakukan langkah-langkah :
1.
Menemukan masalah kesehatan, melalui
cara : penderita yang datang ke puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang
ke puskesmas.
2.
Research/survei kesehatan. Misal :
Survei Kesehatan Rumah Tangga
3.
Studi kasus. Misal : kasus penyakit
pasca bencana tsunami.
D.
Penelitian
epidemiologi
Secara sederhana, studi epidemiologi
dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1.
Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross
Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.
2.
Epidemiologi analitik : terdiri dari
:
a.
Non eksperimental :
1)
Studi kohort / follow up / incidence
/ longitudinal / prospektif studi. Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang.
Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
2)
Studi kasus kontrol/case control
study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
3)
Studi ekologik. Studi ini memakai
sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko
atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya,
polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
b.
Eksperimental. Dimana penelitian
dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan
cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi,
kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah
lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1)
Clinical Trial. Contoh :
a)
Pemberian obat hipertensi pada orang
dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.
b)
Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu
hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.
2)
Community Trial. Contoh : Studi
Pemberian zat flourida pada air minum.
E.
Epidemiologi
keperawatan
Dalam ilmu keperawatan dikenal
istilah community health nursing (CHN) atau keperawatan kesehatan masyarakat,
dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti dan
mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi
literatur riset epidemiologi. Metode epidemiologi sebagai standard kesehatan,
disajikan sebagai alat untuk memperkirakan kebutuhan masyarakat.
Monitoring perubahan status
kesehatan masyarakat dan evaluasi pengaruh program pencegahan penyakit, dan peningkatan
kesehatan. Riset/studi epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of
knowledge) termasuk riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan
faktor-faktor resiko tinggi terjadinya penyakit, sebagai informasi awal untuk
CHN.
Pengetahuan ini memberi kerangka
acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi
segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan. Program utama
pencegahan difokuskan pada menjaga jarak perantara penyakit dari host/tuan rumah
yang rentan, pengurangan kelangsungan hidup agent, penambahan resistensi host
dan mengubah kejadian hubungan host, agent, dan lingkungan. Kedua, program
mengurangi resiko dan screening, ketiga : strategi mencegah pada pribadi
perawat dengan body of knowlwdge yang berasal dari riset epidemiologi, sebagai
dasar untuk pengkajian individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan intervensi
perencanaan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy,
Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta : EGC,
1998.
Leavel, H.R
and Clark, E.G. Preventive Medicine for the Doctor in His Community, 3th
Edition, Mc Graw-Hill Inc, New York, 1965.
Beaglehole,
R. R. Bonita, T. Kjellstrom. Basic Epidemiology, WHO, Geneva, 1993.
Stanhope and
Lancaster. Community Health Nursing ; Process and practise for Promoting
Health, Mosby Company St. Louis, USA, 1989.
Chandra,
Budiman. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta ; EGC, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar