LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR ASKEP KELUARGA
Disusun oleh
AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep.
NPM: 4012210010
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE-16
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
A.
DEFINISI KELUARGA
Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang tinggal dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu sama yang
lainnya, mempunyai peran masing-masing menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya (Bailon dan Malagya,1978)
Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang
berkumpul dan tinggal di satu atap dengan keadaan saling bergantungan
(Departemen Kesehatan, 1988)
Keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental,emosional dan social dari tiap anggota.
(Duvall)
Keluarga adalah kumpulan
dua atau lebih individu yang saling tergantung satu sama lainnya untuk emosi,
fisik, dan dukungan ekonomi (Hanson, 1996)
Keluarga adalah suatu
sistem sosial yang bersisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang
mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan
saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus,
saling pengertian dan saling menyayangi (Murray & Zentner, 1997)
Keluarga merupakan
subsitem komunitas sebagai sistem sosial yang bersifat unik dan dinamis.
Keluarga merupakan sentral perawatan karena keluarga merupakan sumber kritikal
untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi yang dilakukan pada keluarga
merupakan hal penting untuk pemenuhan kebutuhan individu.
Dari beberapa pengertian
tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1)
Terdiri dari dua atau
lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3)
Anggota keluarga
berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial,: suami,
isteri, anak, kakak, adik.
4)
Mempunyai tujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis dan sosial anggotanya.
B.
BENTUK/ TYPE KELUARGA
1.
Tradisional
a.
Nuclear Family atau Keluarga Inti : Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
b.
Reconstituted Nuclear : Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
c.
Niddle Age atau Aging Cauple : Suami sebagai pencari uang, istri
di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah atau perkawinan / meniti karier.
d.
Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear : Suami istri tanpa anak.
e.
Single Parent
f.
Dual Carrier : Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g.
Commuter Married : Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h.
Single Adult : Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.
i.
Extended Family : 1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
j.
Keluarga Usila : Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2.
Non Tradisional
a.
Commune Family :
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama, pengalaman
yang sama.
b.
Cohibing
Coiple : Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
c.
Homosexual / Lesbian
d.
Institusional : Anak-anak
/ orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
e.
Keluarga orang tua
(pasangan) yang tidak kawin dengan anak
C.
FUNGSI KELUARGA
(FRIEDMAN, 1998)
1.
Fungsi Afektif
Fungsi afektif
merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian
dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan
situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih dengan
melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2.
Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi
tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan
norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak
boleh pada anak, meneruskan nilai – nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga
produktif terhadap sosial dan bagaimana memperkenalkan
anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma
melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam
masyarakat.
3.
Fungsi perawatan
keluarga
Fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, emntal dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga.
4.
Fungsi Ekonomi
Memenuhi kebutuhan
keluarga seperti sandang, pangan dan papan dan kebutuhan lainnya melalui
keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
5.
Fungsi biologis
Fungsi biologis tidak
hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tettapiuntuk memelihara dan
membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6.
Fungsi psikologis
Fungsi psikologis
terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberika
perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga dan memberikan identitas keluarga.
7.
Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan
diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk
perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai
dengan tingkatan perkembangannya.
D. TAHAPAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
Menurut Duvall &
Miller (1985), tahapan dan tugas perkembangan keluarga adalah:
1.
Tahap I, keluarga
pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan
pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan
membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain
dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2.
Tahap II, keluarga
sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan
keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit,
mempertahankan hubungan perkawinan yang saling memuaskan, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan
nenek dengan mensosialisasikan dengan linglungan keluarga besar masing – masing
pasangan.
3.
Tahap III, keluarga
dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan
keluarga tahap ini adalah memenuhi kebutuhan angggota keluarga,
mensosialisasaikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi keutuhan ank yang lainnya, mempertahankan hubunngan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai
mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
4.
Tahap IV, keluarga
dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan
keluarga tahap ini adalah mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.
5.
Tahap V, keluarga
dengan anak remaja (anak tertua umur 13 – 20 tahun)
Tugas perkembangan
tahap V adalah menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak – anak, memberikan
perhatian, memberikan kebebabasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
6.
Tahap VI, keluarga yang
melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan
tahap ini adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggita keluarga
baru yang didapat melalui perkawinan anak – anak, melanjutkan untuk
memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit
sakitan dari suami maupun istri, membantu anak mandiri,
mempertahankan komunikasi, memeperluas hubungan keluarga antara orang tua
dengan menantu, menanta kembali peran dan fungsi keluarga setekah ditinggalkan
anak.
7.
Tahap VII, orang tua
usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan
keluarga pada tahap VII adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan, memeprtahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orang tua
dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan
kegiatan yang kan datang, memperhatikan kesehatan masing – masing pasangan,
tetap menjaga komunikasi dengan anak – anak.
8.
Tahap VIII, keluarga
dengan masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan
keluarga tahap ini yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan
perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan
ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka,
saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencakanan
kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
E. STRUKTUR KELUARGA
Struktur keluarga
terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
1.
Patrilineal adalah
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2.
Matrilineal adalah
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3.
Matrilokal adalah
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4.
Patrilokal adalah
sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah suami.
5.
Keluarga kawinan adalah
hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan warga dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau
istri.
F.
CIRI-CIRI STRUKTUR
KELUARGA
Menurut Anderson Carter
ciri-ciri struktur keluarga :
1.
Terorganisasi : saling
berhubungan, saling ketergantungan, antara anggota keluarga.
2.
Ada keterbatasan :
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3.
Ada perbedaan dan
kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing.
G. PERAN KELUARGA
Peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1.
Peranan Ayah : Ayah
sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2.
Peranan Ibu : Sebagai
istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3.
Peran Anak : Anak-anak
melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
H. LEVEL PENCEGAHAN PERAWATAN KELUARGA
Pelayanan keperawatan
keluarga, betrfokus pada tiga level prevensi yaitu :
1.
Pencegahan primer (primary
prevention), merupakan tahap pencegahan yang dilakukan sebelum masalah
timbul, kegiatannya berupa pencegahan spesifik (spesifik protection) dan
promosi kesehatan (health promotion) seperti pemberian pendidikan
kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi lingkungan yang bersih, olah
raga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat keluarga
harus membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan mereka sendiri,
keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu anggota keluarga untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik.
2.
Pencegahan sekunder (secondary
prevention), merupakan tahap pencegahan kedua yang dilakukan pada awal
masalah timbul maupun saat masalah berlangsung, dengan melakukan deteksi dini (early
diagnosis) dan melakukan tindakan penyembuhan (promp treatment)
seperti screening kesehatan, deteksi dini adanya gangguan
kesehatan.
3.
Pencegahan tersier (tertiary
prevention), merupakan pencegahan yang dilakukan pada saat masalah
kesehatan telah selesai, selain mencegah komplikasi juga meminimalkan
keterbatasan (disability limitation) dan memaksimalkan fungsi melalui
rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan rujukan kesehatan,
melakukan konseling kesehatan bagi yang bermasalah, memfasilitasi
ketidakmampuan dan mencegah kematian. Rehabilitasi meliputi upaya pemulihan
terhadap penyakit atau luka hingga pada tingkat fungsi yang optimal secara
fisik, mental, sosial dan emosional.
I.
TUGAS KELUARGA
Lima tugas keluarga
dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004) keluarga mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan antara lain:
1.
Mengenal masalah
kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga akan habis.
2.
Memutuskan tindakan
kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga.
3.
Merawat keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri
4.
Memodifikasi lingkungan
keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5.
Memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan disekitar keluarga.
J.
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA
Tahapan dari proses
keperawatan keluarga meliputi :
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu
tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus
tentang keluarga yang dibinanya. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang
digunakan sehari-hari), lugas, dan sederhana. Pada kegiatan pengkajian ada
beberapa tahap yang diperlukan, yaitu :
a.
Membina hubungan yang
baik.
Hubungan yang baik
antara perawat klien (keluarga) merupakan modal utama pelaksanaan ashan
keperawatan. Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi
terapeutik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada
klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. Beberapa hal yang perlu dilakukan:
1)
Diawali dnegan perawat
memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
2)
Menjelaskan tujuan
kunjungan
3)
Meyakinkan keluarga
bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada di keluarga
4)
Menjelaskan luas
kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan
5)
Menjelaskan kepada
keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat
b.
Pengkajian awal.
Pengkajian ini terfokus
sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
c.
Pengkajian lanjutan
(tahap kedua).
Pengkajian lanjutan
adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah
kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Di sini perawat
perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan
yang paling mendasar.
Pengumpulan data
(informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi
fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan
menggunakan data sekunder (contoh: hasil laboratorium, hasil foto rontgen, dan
sebagainya). Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah :
a.
Data umum
Identitas kepala
keluarga
1)
Nama kepala keluarga
(KK)
3)
Pekerjaan kepala
keluarga
4)
Pendidikan kepala
keluarga
5)
Alamat dan nomor
telepon
6)
Komposisi Keluarga
Genogram, genogram
harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi
kesehatan tiap keterangan gambar.
7)
Tipe keluarga,
menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
8)
Suku Bangsa, mengkaji
asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
9)
Agama, mengkaji agama
yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg dapat mempengaruhi kesehatan.
10)
Status sosial ekonomi
keluarga, status sosial ekonomi keluarga meliputi rata-rata penghasilan seluruh
anggota keluarga, jenis pengeluaran keluarga tiap bulan, tabungan khusus
kesehatan, barang (harta benda) yang dimilki keluarga (perabot, transportasi).
11)
Aktivitas rekreasi
keluarga, rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton
televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b.
Riwayat dan Tahap
Perkembangan Keluarga
1)
Tahap perkembangan
keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga ini. Contohnya: Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak
pertama berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A
berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.
2)
Tahap perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3)
Riwayat keluarga inti,
menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian biasa digunakan terhadap pencegahan penyakit
(status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4)
Riwayat keluarga
sebelumnya, dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
c.
Pengkajian lingkungan
1)
Karakteristik rumah,
karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, kondisi dalam dan
luar rumah, kebersihan rumah, ventilasi rumah, saluran pembuangan air limbah
(SPAL), air bersih, pengelolaan sampah, kepemilikan rumah, kamar mandi, dan
denah rumah
2)
Karateristik tetangga
dan komunitas RW, menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi apakah ingin tinggal dengan satu suku saja,
aturan dan kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3)
Mobilitas geografis
keluarga, mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat serta dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah
menyebabkan stres)
4)
Perkumpulan keluarga
dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya
dengan masyarakat.
5)
Sistem pendukung
keluarga, yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
d.
Struktur Keluarga
1)
Pola komunikasi
keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga serta
cara keluarga memecahkan masalah
2)
Struktur kekuatan
keluarga, kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah perilaku.
3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
4)
Nilai atau norma
keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan.
e.
Fungsi Keluarga
1)
Fungsi afektif, hal
yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2)
Fungsi sosialisasi, hal
yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3)
Fungsi perawatan
kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji
sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a)
Untuk mengetahui
kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah
sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b)
Untuk mengetahui
kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yg tepat,
c)
Mengetahui sejauh mana
keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran,komplikasi,prognosa
dan cara perawatannya)
d)
Untuk mengetahui Sejauh
mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat,
e)
Untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di
masyarakat
f)
Apakah Fasilitas
kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
4)
Fungsi reproduksi
Hal yang perlu di kaji
mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a)
Berapa juamlah anak
b)
Bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga
c)
Metode apa yang di
gunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlsh anggota keluarga
5)
Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji
mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a)
Sejauh mana keluarga
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
b)
Sejauh mana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga
f.
Stress dan Koping keluarga
1)
Stresor jangka pendek
dan panjang
a)
Stresor jangka pendek
yaitu stesor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang lebih 6 bulan.
b)
Stresor jangka panjang
yaitu stresor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan
2)
Kemampuan keluarga
berespon terhadap situasi/stressor, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
keluarga berespon terhadap situasi /stressor
3)
Strategi koping yang di
gunakan, strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
g.
Pemeriksaan Fisik,
pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di gunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik.
h.
Harapan Keluarga, pada
akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap masalah
kesehatan keluarga dan terhadap petugas kesehatan yang ada.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah diagnosis tunggal
yang hampir serupa dengan diagnosis keperwatan sakit. Diagnosis keperawatan
keluarga terdiri dari tiga komponen yaitu masalah, etiologi, serta tanda dan
gejala. Etiologi untuk diagnosis keperawatan keluarga adalah salah satu dari lima tugas keluarga yang paling dominan menmyebabkan
masalah keperawatan tersebut. Diagnosis keperawatan keluarga dapat bersifat
potensial, risiko, atau aktual.
a.
Diagnosa Keperawatan
Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan) Diagnosis gangguan,
digunakan bila sudah timbul gangguan/masalah kesehatan di keluarga, didukung
dengan adanya beberapa data maladaptif. Perrumusan diagnosis keperawatan
keluarga nyata/gangguan, terdiri dari problem(P), etiologi(E) dan
symptom/sign(S).
b.
Diagnosa Keperawatan
Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)
Diagnosis ancaman,
digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan
beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan
diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiologi(E)
dan symptom/sign (S). Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan
yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
b.
Diagnosa Keperawatan
Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat di
tingkatkan. Belum ada data maladaptif perumusan diagnosis keperawatan keluarga
potensial terdiri dari komponen problem (P) saja atau problem dan symtom tanpa
komponen etiologi (E).
3.
PENILAIAN (SKORING)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Skoring dilakukan perawat apabila diagnosa keperawatan yang dirumuskan
lebih dari satu dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan
Maglaya (1978), dengan ketentuan sebagai berikut :
a.
Tentukan skorenya
sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
b.
Selanjutnya skore yang
diperoleh dibagi skore tertinggi dan kemudian dikalikan dengan bobot
c.
Jumlahkan skore untuk
semua kriteria (skore maximal adalah 5)
Berikut ini, scoring
diagnosa keperawatan keluarga.
No. |
Kriteria |
Score |
Bobot |
1. |
Sifat masalah Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera |
3 2 1 |
1 |
2. |
Kemungkinan masalah dapat
diubah Mudah Sebagian Tidak dapat |
2 1 0 |
2 |
3. |
Potensial masalah untuk dicegah Tinggi Cukup Rendah |
3 2 1 |
1 |
4. |
Menonjolnya masalah Masalah berat harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan |
2 1 0 |
1 |
4.
PRIORITAS MASALAH
Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan didasarkan pada diagnosa
keperawatan yang mempunyai skore tertinggi dan disusun berurutan sampai ke
skore terendah. Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap
masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera. Penentuan prioritas sesuai
kriteria skala dengan pertimbangan pembenaran yang beralasan seperti berikut
ini :
a.
Sifat masalah,
prioritas masalah utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu
tindakan segera dan biasanya disadari anggota keluarga.
b.
Kemungkinan masalah
dapat diubah
c.
Potensial masalah untuk
dicegah
d.
Menonjolnya masalah,
perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah
keperawatan tersebut.
5.
INTERVENSI
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan
keperawatan keluarga (family nursing care) dalam bentuk perencanaan keperawatan
keluarga (family care plan). Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga,
meliputi kegiatan yang bertujuan :
a.
Menstimulus kesadaran
atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan.
b.
Menstimulasi keluarga
untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
c.
Memberikan kepercayaan
diri selama merawat anggota keluarga yang sakit
b.
Membantu keluarga untuk
memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga
c.
Memotivasi keluarga
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya
Hal yang penting
diperhatikan perawat dalam menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga yaitu :
a.
Tujuan hendaknya logis,
sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi keluarga
b.
Kriteria hasil
hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi panca indera perawat
dengan objektif
b.
Rencana tindakan
disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan
mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalisasi
6.
IMPLEMENTASI
Pada tahap ini, perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara terintegrasi
semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Peran
perawat yang dilaksanakan dalam tahap implementasi ini adalah sebagai
koordinator. Namun, bila keluarga tidak mampu atau tidak memungkinkan, perawat
juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Perlu diperhatikan bahwa pada tahap implementasi perawat perlu melakukan
kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa keperawatan) meliputi kapan
dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang
didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat
informasi (sasaran langsung implementasi) dan peralatan yang perlu disiapkan
keluarga (bila perlu). Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat
mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis saat pelaksanaan asuhan keperawatan
dilaksanakan.
Langkah lebih lanjut adalah pelaksanaan implementasi sesuai dengan rencana
dengan didahului perawat mengingatkan keluarga bahwa akan dilakukan
implementasi sesuai kontrak sebelumnya. Dan implementasi keperawatan sebaiknya
dapat dilakukan oleh klien atau keluarga dengan bantuan minimal dari perawat
atau anggota tim kesehatan lainnya.
7.
EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Bila evaluasi tidak berhasil atau berhasil sebagian, perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi
perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasionalnya dengan
pengertian Subjektif, Objektif, Analisis dan Planning/perencanaan selanjutnya.
Pada tahap ini ada 2 (dua) evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat
meliputi:
a.
Evaluasi
formatif/respons, bertujuan untuk menilai hasil implementasi secadra bertahap
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan berdasarkan kontrak pelaksanaan
b.
Evaluasi sumatif/hasil
akhir, bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis
keperawatan, apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan
perubahan intervensi atau dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
http ://independent.academia.edu/RossytaDessy
http://independent.academia.edu/DzikrullahRizki
Suprajitno. 2004. Asuhan
Keperawatan keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta. EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar