LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK
DISUSUN OLEH :
AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep.
4012210010
STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI
NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GERONTIK
A. Pengertian Lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang
fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut
usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai
saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum
tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu
memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan
faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan
peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang
kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun
emosional yang bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki
atau mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang
disebut senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan
lagi mekanisme “Pengrusakan dan Perbaikan”.
B. Teori Tentang Proses Menua
1. Teori Biologik
Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan
merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif
dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan
juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang
pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.
Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi
menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan
yang berkaitan dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri,
sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase
yang berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik
yang dapat menemukan sel yang mengalami degradasi protein sangat penting.
Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal
bebas, fungsi kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress, cross
link serta mekanisme “dipakai dan aus” sangat menentukan dalam proses penuaan
yang terjadi .
Adanya faktor pengaruh intrinsik
dan ekstrinsik tadi pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh
lainnya.
a. Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi
akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan
berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis
putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal
ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan
Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan
membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error
catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang
menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa
radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya
mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik
adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono,
1999). Menurut teori tersebut menua
diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang
kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan
metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara
perlahan.
c. Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah
d. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan mati.
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan
protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini
akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami
perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989)
dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya
prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo
dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya
terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai
dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
e. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
f. Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan
oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen
radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa :
superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal
bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari
Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi ,
kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
g. Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan
menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan
sel jaringan.
2. Teori Sosial
a. Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori
kesinambungan adalah :
1) lansia tak disarankan untuk
melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan
pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan
atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak
perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara
adaptasi.
d. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange
Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964)
mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan
jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia
untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan
status sosialnya untuk melakukan tukar menukar.
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai
berikut :
1) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang
berupaya mencapai tujuannya masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang
aktor akan mengeluarkan biaya.
4) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan
mencegah terjadinya kerugian.
5) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan
olehnya.
e. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan
bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat
juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas
maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement theory
adalah :
1) Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun.
Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya saat anak
menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan menikah.
2) Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini,
karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum
muda memperoleh kerja yang lebih luas.
3) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
a) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
b) Proses tak dapat dihindari
c) Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
f. Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon
et al. (1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial
dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang
lansia.
g. Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang
telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga
dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan
Erikson.
Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa dan
perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930)
membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan
integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair)..
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh
jenis tugas perkembangan (development tasks) selama hidup yang harus
dilaksanakan oleh lansia yaitu ;
1) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
3) Menemukan makna kehidupan
4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal
dunia
7) Menerima dirinya sebagai calon lansia
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight
RN (1973) menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna
mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah
:
1) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
2) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap
kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
3) Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang
berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat
pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
h. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia
berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan
kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen
penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
1) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
2) Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
3) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara
penduduk.
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki
Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.
Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya
pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan
terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah
segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar.
b. Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa
kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian
digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah
subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam
diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat
dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental.
c. Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang
menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif
dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah
mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase
proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri
merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain
orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dengan beberapa cara.
Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal
pemikirannya yang secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam
pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum
terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan
juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam
kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan
memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun
seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif
diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65
atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk
mencapai tujuan hidup.
C. Tugas Perawat
1. Tugas Perawat dalam Teori Biologi
Perawatan yang memperhatikan
kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi
atas 2 bagian yakni :
a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya
sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun,
dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui
dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan
sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat
sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fidik
akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau
serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan
bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal
makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau
sebaliknya.
Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah
memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar,
makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi,
tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran,
beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu
badan, melindungi kulit dari kecelakaan.
Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan
Usia Lanjut oleh Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan
cara sebagai berikut :
a. Gizi
1) Pengamatan
D =
disease
E =
eating poorly
T =
tooth loss
E =
economic hardship
R =
reduced social contact
M =
Multiple medicine
I =
involuntary weight loss and gains
N =
need assistance in self care
E =
elder years
2) Pendidikan gizi dan konseling diet
3) Prinsip gizi yang harus diikuti oleh lansia :
a) Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25
tahun
b) Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak
jenuh
c) Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 %
berasal dari hewani
d) Hidrat arang, gula murni dikurangi
e) Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B,
Vitamin C, asam folat, kalsium dan Fe
b. Prinsip :
Sayur dan buah > protein, ikan, ayam,
kacang-kacangan dan telur > nasi, jagung, kentang > lemak > gula,
garam
c. Olah Raga
Latihan olahraga yang baik dan benar serta
teratur harus memenuhi komponan sebagai berikut:
1) Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit
2) Latihan initi 15 – 60 menit
3) Pendinginan 10 – 15 menit
Faktor yang diperhatikan :
1) Intensitas latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80
% DNM
DNM
(Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit
Contoh
: Bila usia 40 tahun DNM = 220 – 40 =
180 x / mnt
Batas
atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153 x/mnt
Batas
bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt
2) Frekuensi latihan --------------------3 – 5 x seminggu
3) Lamanya latihan -------------------- 30 – 45 menit,
tidak termasuk waktu pemanasan dan pendinginan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada
klien lansia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara
posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan
melakukan gerak badan yang berlebihan dan sebagainya.
Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien
lansia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan
mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan lunak atau memakai gigi palsu.
Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi,
serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit
tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang dianjurkan.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan
terutama pada klien lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara
berkala dilakukan bila terdapat kelainan tertentu misalnya batuk-batuk, pilek,
(terutama klien lansia yang tinggal di panti Werda ).
Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan
kesehatan, mengkaji penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien
tentang cara pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia,
membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan,
bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa
melaksanakan ibadah dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya genggaman tangan )
terkadang sangat berarti bagi mereka.
2. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial
Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar
lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai
salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan
werda maupun werda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan
pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang
untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam
perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses
penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.
Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam
Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres
memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga
menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan
sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap
sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut
menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia
luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di
antara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat
diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama
mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan,
senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama.
Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka
maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien
lansia di panti werda.
3. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi
Perawat
mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien
lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan
agar mereka merasa puas.
Pada
dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya
termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan
suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam
batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.
Perawat
harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan
mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat
dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu
dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya
usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya
dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau
keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu
kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.
Perawat
harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan
atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus
diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
Bila
perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus
dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa
lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.
D. Perubahan Perubahan Yang
Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih
besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan,
lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca
indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi
membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya
keratin
c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul
sklerosis dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih
berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku
sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga
menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput
lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas
saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron
menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika
urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc
sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun.
Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua
produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi
kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras
dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya
dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut serabut
otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah
:
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang,
berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika
dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi
dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena
tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur
oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.
E. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul.
1. Fisik / biologis
a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
b. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan
pendengaran / penglihatan.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya
minat dalam merawat diri.
d. Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan
penyesuaian penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
e. Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola makan
yang tidak efektif, peristaltik lemah.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau
nyeri.
g. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan
jalan napas / adanya skrit pada jalan napas.
h. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi,
atropis serabut otot.
2. Psikologis-sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan
perasaan tidak mampu.
b. Isolasi sosial berhubungan
dengan perasan curiga.
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e. Koping
yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan menghilangkan perasaan
secara tepat.
f. Cemas
berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka
berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan
berhubungan dengan tak siap dengan kematian.
c. Marah
terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
d. Perasaan
tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara tepat.
F. Rencana Keperawatan
1. Tujuan perencanaan
Membantu
lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psiko,
sosial dengan tak tergantung pada orang lain.
2. Tujuan tindakan keperawatan
Diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :
a. Pemenuhan kebutuhan keselamatan
b. Peningkatan keamanan dan keselamatan
c. Memelihara kebersihan diri
d. Memelihara keseimbangan istirahat tidur
e. Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi
yang efektif
3. Rencana dan Rasional
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
1) Makanan porsi kecil tapi sering, lunak.
R Menyesuaikan
fungsi lambung dan melemahnya otot lambung dan usus.
2) Banyak minum dan kurangi makanan asin.
R. Mencegah
kekeringan kulit dan kendor.
3) Makan mengandung serat.
R. Membantu
pencernaan karena peristaltik menurun.
4) Batasi makan yang mengandung gula tinggi, minyak
tinggi, tinggi lemak kecukupan kalori : laki-laki 2100 kal, perempuan 1800 kal
yang terdiri dari :
a) KH 60% dari jumlah kal.
b) Lemak 15-20%.
c) Protein 20-25%.
d) Vitamin dan mineral air 6-8 gelas / hari.
e) Hindari kopi / teh.
f) Insulin pemecahan glukosa dan lemah
menurun.
b. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia
1) Biarkan lansia menggunakan alat bantu / tongkat.
2) Latih untuk pindah / mobilisasi.
3) Menggunakan pengaman tempat tidur.
4) Membantu ke kamar mandi.
5) Menggunakan kacamata.
6) Menemani bila bepergian.
7) Ruangan dekat kantor.
8) Meletakkan bel di bawah bantal.
9) Tempat tidur tidak terlalu tinggi.
10) Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur.
11) Lantai bersih, rata, tidak licin / basah.
12) Peralatan menggunakan roda dikunci.
13) Pasang pengaman di kamar mandi.
14) Hindari lampu redup dan menyilaukan.
15) Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet.
c. Memelihara kebersihan diri
1) Mengingatkan / membantu waktu mandi, gosok gigi.
2) Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan
skin lotion.
d. Memelihara keseimbangan istirahat
1) Sediakan tempat tidur nyaman.
2) Atur lingkungan cukup ventilasi, bebas bau.
3) Melatih melakukan latihan fisik yang ringan.
e. Meningkatkan hubungan interpersonal
1) Berkomunikasi dengan kontak mata.
2) Memberi stimulus / mengingatkan terhadap kegiatan.
3) Menyediakan waktu untuk berbincang.
4) Menghargai pendapat lansia.
5) Melibatkan kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA
Capernito Lynda juall ( 1998), Buku Saku
Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa
Yasmin Asih EGC jakarta
C. Long barbara ( 1996) Perawatan Medikal
Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung
Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik
Edisi 2 , EGC Jakarta
Gunawan S,
Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I
Lueckennotte, Annette G, 1996, Gerontologic
Nursing, St. Louis : Mosby Year Incorporation
Nugroho, Wahyudi,
SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC
Anonym, Panduan
Gerontologi, Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar