LAPORAN PENDAHULUAN
TERAPI MODALITAS PSIKOGERIATRIK
DISUSUN OLEH :
AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep
NPM : 4012210010
STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS
2021
TERAPI MODALITAS PADA LANSIA
A.
Pengertian Terapi Modalitas
Terapi modalitas
adalah suatu kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan baik di institusi
pelayanan maupun di masyarakat yang bermanfaat bagi kesehata
lansia dan berdampak terapeutik. Pencapaian tujuan terapi
modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang
tersedia. Terapi yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
B.
Tujuan Terapi Modalitas
1.
Mengisi waktu luang bagi lansia
2.
Meningkatkan kesehatan lansia
3.
Meningkatkan produktifitas lansia
4.
Meningkatkan interaksi
sosialantara lansia
C.
Tujuan Yang Spesifik Dari terapi Modalitas
Menurut “Gostetamy 1973”
1.
Menimbulkan kesadaran terhadap
salah satuperilaku klien
2.
Mengurangi gejala
3.
Memperlambat kemunduran
4.
Membantu adaptasi dengan situasi
yang sekarang
5.
Membantu keluarga dan orang-orang
yang berarti
6.
Mempengaruhi keterampilan merawat
diri sendiri
7.
Meningkatkan aktifitas
8.
Meningkatkan kemandirian
D.
Lingkup terapi modalitas
1.
Terapi lingkungan (berkebun,
bermain dengan binatang, rekreasi)
2.
Terapi keluarga (rekreasi, )
3.
Terapi modifikasi perilaku (mendengarkan
musik)
4.
Terapi rehabilitasi (Okupasi
“keterampilan/kejuruan, kegiatan fisik”)
5.
Psikoanalisa psikoterapi (kegiatan
keagamaan)
6.
Terapi psikodarma (drama, cerita
“pengalaman pribadi (life review terapi)”)
7.
Terapi aktivitas kelompok (cerdas
cermat, mengisi TTS, prakarya)
E.
JENIS KEGIATAN TERAPI MODALITAS LANSIA
1.
PSIKODRAMA
Bertujuan
untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan
masalah lansia.
2.
TERAPI BERKEBUN
Bertujuan
untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
3.
TERAPI OKUPASI.
Bertujuan
untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat
atau menghasilakan karya dari bahan yang telah disediakan.
4.
TERAPI KOGNITIF.
Bertujuan
agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi TTS,
dan lain-lain.
5.
REKREASI.
Bertujuan untuk
meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat
pemandangan.
6.
TERAPI KEAGAMAAN.
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian,
dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan
lain-lain.
7.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
(Terdiri atas 7-10 orang.
Bertujuan
untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan
mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terlaksananya terapi ini dibutuhkan
leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan
lain-lain.
Terapi
kelompok dapat lebih praktis dan diterima dibandingkan terapi individual bagi
mereka yang mengalami distress psikologis dan dengan keterbatasan pendapatan.
Perasaan terasing dan tidak berguna berkurang dengan saling berbagi masalah
yang umum dihadapi. Terapi kelompok digunakan untuk mengurangi kecemasan
terkait stres terapi jangka pendek penyakit tertentu, reaksi berduka, dan
resolusi konflik. Dengan dipandu oleh pemimpin kelompok (yang mungkin seorang
professional kesehatan jiwa), sekelompok individu yang mengalami masalah
emosional yang serupa bertemu untuk saling mendiskusikan masalah mereka.
Implementasi
:
1.
Pemimpin kelompok harus menentukan
ketepatan kelompok untuk masing-masing anggota yang bermasalah.
2.
Idealnya, kelompok terapi harus
terdiri dari sekitar 8 sampai 12 anggota.
3.
Pertemuan harus dilakukan antara
satu kali seminggu sampai satu kali sehari selama 1 sampai 1 ½ jam. Pertemuan kelompok
dapat berlangsung selama beberapa bulan sampai bertahun-tahun, bergantung pada
kebutuhan anggota.
4.
Peran pemimpin kelompok adalah
memberikan bimbingan dan klarifikasi mengenai topik yang sedang dibahas.
5.
Ketika kelompok tersebut mengalami
kemajuan, pemimpin kelompok terapi. Anggota kelompok dapat melakukan sebaian
fungsi kepemimpinan ketika kelompok terapi berkembang dan hanya membutuhkan
sedikit bantuan.
Pertimbangan
khusus :
Terapi
kelompok memberikan lansia kesempatan untuk mendiskusikan bagaimana penyakit
atau kematian pasangan memengaruhi hidup mereka dan memberikan kesempatan pada
mereka untuk saling membantu dengan berbagi pemecahan masalah yang berhasil
digunakan. Bentuk terapi kesehatan jiwa ini berbeda psikoterapi yaitu kelompok
yang terdiri atas teman sebaya atau anggota keluarga yang mempunyai pengalaman
yang sama dan professional kesehatan jiwa dapat terlibat didalam kelompok
sebagai fasilitator untuk memantau dan memfokuskan diskusi. Pertemuan kelompok
biasanya dilakukan di tempat ibadah, pusat lansia, rumah sakit, sekolah, dan
tempat umum lainnya. Kelompok tersebut dapat bebas biaya atau memerlukan biaya
tertentu.
8.
TERAPI MUSIK.
Bertujuan
untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu.Terapi musik menggunakan daya tarik universal bunyi ritmik
untuk mengkomunikasikan, mengeksplorasi, dan menyembuhkan. Terapi musik dapat
berupa menciptakan musik, bernyanyi, bergerak mengikuti musik atau hanya
mendengarkan. Terapi musik dapat bermanfaat bagi pasien yang menderita
ketidakmampuan perkembangan, gangguan kesehatan jiwa demensia adiksi terhadap
zat, dan nyeri kronis.
Music juga
telah berhasil digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien yang menderita
Alzheimer dan korban yang mengalami cedera kepala ketika pendekatan lainnya
gagal. Pada sebuah penelitian mengenai efek music pada pasien yang menderita
Alzheimer, mereka yang mendengar music band besar selama satu hari lebih
waspada dan bahagia serta mempunyai ingatan jangka panjang yang lebih banyak
dibandingkan pada kelompok pengendali. Selama sakit, music dapat
mengorientasikan kembali pasien yang konfusi. Pada tahap lanjut penyakit, music
memberikan kenyamanan psikologis.
Implementasi
:
1.
Atur sebuah lingkungan yang
nyaman.
2.
Pilih musik yang tepat untuk pasien
dan tujuan sesi. Musik tersebut harus bermakna untuk peserta.
3.
Jika sesi yang Anda lakukan akan
meliputi pembuatan musik, kumpulkan instrument yang tepat untuk kelompok
tersebut.
4.
Untuk sesi yang mencakup
bernyanyi, pilih musik yang diketahui oleh anggota kelompok tersebut.
Berikan syair lagu tersebut, baik dengan menulisnya atau dengan menulisnya atau
dengan mengulanginya ke kelompok.
5.
Perkenalkan peserta satu sama
lain. Jelaskan tujuan sesi dan dorong setiap orang untuk berpartisipasi sebisa
yang dapat mereka lakukan.
6.
Ketika kelompok sudah siap, mulai
musik dan posisi diri Anda sehingga Anda mengharap ke kelompok.
7.
Jika kelompok akan mendengarkan
musik, perhatikan reaksi peserta. Jika mereka membuat musik berkelilinglah di
antara anggota kelompok dan berilah dukungan individual.
8.
Dorong peserta untuk membahas
perasaan yang mereka alami ketika mendengarkan musik. Beri pujian atas upaya
mereka.
9.
Setelah sesi selesai,
dokumentasikan aktivitas dan respons kelompok.
Pertimbangan
khusus :
Musik
khususnya efektif sebagai metode terapi kenangan untuk lansia. Pada banyak
pasien, musik yang mereka nikmati dimasa muda mereka tidak lagi menjadi dari
bagian hidup mereka selama puluhan tahun.
9.
TERAPI HEWAN PELIHARAAN.
Bertujuan
untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang. Hewan peliharaan dapat melawan kesepian pada pasien
lansia dan membantu menjembatani jarak antara pasien dan pemberi perawatan
kesehatan. Umumnya digunakan di fasilitas perawatan jangka panjang, terapi
hewan peliharaan membantu pasien lansia mengatasi apatis dan
depresi sert memperbaiki interaksi dengan orang lain.
Jika
disbanding dengan orang yang tidak mempunyai hewan peliharaan, lansia yang
tinggal dikomunitas yang mempunyai hewan peliharaan telah terbukti
memiliki tingkat aktivitas harian yang lebih baik, toleransi terhadap latihan
yang lebih baik dan kadar kolesterol serum yang lebih rendah. Selain itu,
mereka jarang masuk ke sistem perawatan kesehatan. Mereka juga menunjukkan
penurunan stres dan kesepian, peningkatan status emosional, dan kemampuan
koping yang lebih baik.
Implementasi
1.
Pilih hewan peliharaan yang
berprilaku baik dan memiliki peragai yang baik. Hewan peliharaan yang telah
mengikuti pelatihan kepatuan yang merupakan pilihan ideal.
2.
Pastikan hewan peliharaan telah
dibersihkan oleh dokter hewan dan imunisasinya telah diperbarui.
3.
Pastikan jika hewan peliharaan
dipilih sebagai maskot untuk fasilitas, minta orang yang bertanggung jawab
membuat jadwal untuk penghuni yang tertarik merawat hewan peliharaan tersebut .
4.
Delta Society organisasi hewan
peliharaan nasional, mempunyai cabang sebagaian di kota besar. Hewan dan
pemiliknya harus menjalani pengujian yang ketat sebelum diberikan sertifikat
sebagai tim terapi hewan peliharaan yang dapat berkunjung ke fasilitas. Tidak
ada biaya yang dikenakan untuk terapi hewan peliharaan melalui organisasi ini.
5.
Biarkan pasien bermain bersama dan
memeluk hewan peliharaan tersebut. Dorongan pasien untuk bicara dengan hewan
peliharaan tersebut dan bercerita mengenai hewan peliharaan yang pernah ia
miliki. Berikan sebanyak mungkin waktu yang dibutuhkan pasien dengan hewan
peliharaan jika mungkin.
Pertimbangan
khusus :
Pastikan
lingkungan layak untuk terapi hewan peliharaan. Fasilitas harus mempunyai area
tempat hewan peliharaan dapat beristirahat dan dijauhkan dari pasien yang
alergi terhadap hewan, tidak tertarik dengan hewan peliharaan, atau takut
terhadap hewan peliharaan.
10. TERAPI LIFE-REVIEW.
Bertujuan
untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman
hidupnya. Life-review berkaitan dengan peninjauan memori yang
jauh tersimpan, pengungkapan perasaan yang terkait memori tersebut, pengakuan
konflik-konflik, dan pelepasan sudut pandang yang membatasi diri. Selama
periode krisis dan transisi, meninjau hidup terjadi secara alami pada banyak
orang.
Meninjau
hidup dengan efektif dapat memecahkan, setidaknya sebagaian, beberapa
konflik-konflik pada masa lalu yang menyimpan hal-hal penting untuk masa
sekarang dan masa yang akan sekarang dan masa yang akan datang. Pada lansia
yang sangat tua, terapi ini kemungkinan akan banyak merubah pandangan mengenai
apa yang telah terjadi bukan apa yang akan terjadi.
Terapi ini
tidak hanya bermanfaat lansia, tetapi juga untuk dewasa muda. Anak-anak dapat
ikut bersama lansia dan mendengar mengenai sejarah dari lansia yang dulu
berada di sana dan ikut mengalami peristiwa sejarah. Implementasi :
1.
Berikan kesempatan bagi pasien
untuk untuk memberikan iktisar peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya.
2.
Dorong pencarian makna, pemecahan
masalah, dan kepuasan emosional.
3.
Fasilitas ekspresi dengan membagi
beberapa pengalaman hidup Anda sendiri.
4.
Fasilitas hubungan antara harapan
pada masa lalu, peristiwa saat ini, dan pengharapan pada masa yang akan datang.
Pertimbangan
khusus :
Lansia yang
terganggu secara psikologis dapat menolak atau tidak mampu untuk mengenang
hidup dengan lancer. Ia mungkin perlu bantuan dalam mengungkapkan pengalaman
hidupnya.
11. TERAPI DANSA
Dikenal juga
sebagai terapi gerakan dansa, terapi dansa memanfaatkan hubungan langsung
antara gerakan tubuh dan pikiran. Aspek khusus terapi dansa, seperti musik,
irama, dan gerakan yang singkron, mengubah status alam perasaan, menyadarkan
kembali ingatan dan perasaan yang lalu dan mengurangi isolasi. Pada kelompok
lansia lainnya, tetapi dansa digunakan untuk mempertahankan fungsi fisik,
meningkatkan nilai diri, membina hubungan, dan membantu mereka meningkatkan
ketakutan dan kesedihannya. Bermacam gangguan dan ketidakmampuan dapat
ditangani dengan menggunakan terapi dansa. Biasanya, pasien yang akan ditangani
mempunyai masalah sosial, emosional, kognitif atau fisik. Terapi dansa bahkan
digunakan sebagai metode pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan diantara
pasien yang sehat. Selain itu, terapi ini digunakan untuk mengurangi stress
oleh pemberi perawatan dan pasien yang menderita kanker, AIDS, dan penyakit
Alzheimer. Teapi dansa meningkatkan, fleksibilitas, menguatkan otot,
memperbaiki fungsi kardiovaskular, dan meningkatkan fungsi paru. Selain itu,
terapi dansa memberi sentuhan, sosialisasi, dan rasa keterkaitan.
Rutinitas
dansa berkisar dari hanya bertepuk tangan dan melambaikan tangan sampai
sesi aerobik yang rumit. Musik harus sesuai dengan kelompak lansia, baik
kecepatannya maupun penampilan estetisnya. Music rock and roll dengan gerakan
cepat mungkin kurang disenangi kelompok lansia yang tangkas dibandingkan polka
cepat. Gunakan musik yang cepat untuk menstimulasi kelompok tersebut, dan music
yang lambat untuk efek menenangkan.
Implementasi
:
1.
Atur ruangan untuk mengakmodasi
gerakan bebas peserta.
2.
Atur kursi disekitar pinggiran
bagi mereka yang tidak dapat berdiri atau menjadi lelah selama sesi terapi.
3.
Kaji kelompk apakah ada
faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko untuk pertimbangan mencakup status
kardiovaskular yang buruk, riwayat penyakit paru obstruktif, atau masalah otot
degeneratif.
4.
Jelaskan tujuan sesi tersebut, dan
dorong setiap lansia untuk berpartisipasi sampai tahapan mereka mampu melakukannya.
5.
Ketika kelompok lansia telah siap,
mulai musik dan posisikan diri Anda agar menghadap kearah kelompok.
6.
Jika rutinitas terstruktur
digunakan, peragakan gerakan yang Anda minta lakukan dan dorong kelompok untuk
meniru gerakan Anda.
7.
Jika anda meminta ekspresi yang
bebas, beredarlah ke dalam kelompok dengan memberikan dorongan dan motivasi
kepada mereka yang ragu-ragu.
8.
Puji upaya peserta dan dorong
mereka untuk mendiskusikan perasaan yang mereka alami selama berdansa.
9.
Setelah sesi terapi, dokumentasikan tipe
aktivitas dan respons kelompok.
Pertimbangan
Khusus :
Karena
berdansa merupakan aktivitas aerobik, perhatikan apakah ada tanda-tanda
gaangguan kardiovaskular , seperti pusing, kemerahan, keringat yang banyak, dan
disorientasi. Gerakan yang sangat cepat dapat menyebabkan pusing. Bantu lansia
yang pusing untuk duduk jika perlu dan periksa tanda-tanda vitalnya.
12. TERAPI YOGA
Di antara
praktik kesehatan yang dikenal baik oleh lansia, yoga(berarti
“persatuan” dalam bahasa Sansekerta) adalah integrasi energy fisik, mental dan
spiritual untuk meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan. Tujuan pernafasan
dalam yoga adalah membuat proses selembut dan selentur mungkin. Asumsinya
adalah irama pikiran tercermin pada irama pernafasan. Dengan mempertahankan
pernafasan stabil dan berirama, pikiran akan tetap tenang dan terfokus.
Di antara
manfaat yoga dan diperhitungkan adalah perbaikan kesehatan, vitalitas, dan
kedamaian pemikiran individu. Yoga berhasil digunakan untuk merdakan stres dan
kecemasan, menurunkan tekanan darah, meredakan nyeri, memperbaiki keterampilan
motorik, mengobati adiksi, meningkatkan persepsi pendengaran dan penglihatan,
serta memperbaiki fungsi metabolic dan respiratorik. Yoga juga efektif dalam
mengobati gangguan metabolic dan penyakit paru. Selain itu, yoga dapat
meningkatkan kapasitas paru dan menurunkan frekuensi pernafasn. Yoga telah
dipercaya dapat menurunkan kolesterol serum dan meningkatkan kadar histamine
untuk melawan alergi. Kemampuannya membantu pengguna mengatur aliran darah
sedang diteliti pada terpi kanker. Para ilmuan sangat ingin membuktikan apakah
pembatasan aliran darah ke daerah tumor akan memperlambat pertumbuhan tumor.
Implementasi
:
1.
Berikan lingkungan yang
pribadi dan tenang, yang bebas dari ketegangan.
2.
Partisipasi harus memiliki
ruangan yang cukup untuk bergerak tanpa menyentuh atau mendistraksi anggota
lainnya.
3.
Masing-masing partisipan
akan membutuhkan selimut kecil atau handuk besar untuk digunakan pada beberapa
postur.
4.
Jelaskan tujuan sesi
tersebut dan uraikan rencana latihan serta manfaatnya.
5.
Jawab setiap pertanyaan,
dan ingatkan pasien bahwa mereka tidak perlu melakukan postur yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan.
6.
Ketika kelompok siap,
bicara kepada mereka melalui posisi atau teknik pernapasan, yang ditunjukkan
satu persatu.
7.
Ketika mereka semua telah
dalam posisi atau mulai pola pernapasan, berkeliling di antara murid untuk
menyesuaikan teknik mereka, sesuai kebutuhan.
8.
Berikan pujian untuk semua
upaya mereka.
9.
Setelah Anda memimpin
mereka selama semua latihan yang direncanakan, tutup sesi dengan meminta mereka
bernapas dalam dan lambat.
10.
Dokumentasikan sesi, teknik
yang digunakan, dan respons pasien.
Pertimbangan Khusus :
1.
Beberapa aspek yoga yang lebih
khusus dapat menyebabkan cedera otak jika tidak dilakukan dengan tepat.
2.
Terdapat teknik yoga yang memenuhi
kebutuhan semua orang tanpa memperhatikan kondisi fisiknya.
13. TERAPI
OKSIGEN.
Pasien
membutuhkan terapi oksigen ketika mengalami hipoksemia yang disebabkan oleh
kedaruratan pernafasan atau jantung atau peningkatn fungsi metabolik. Pada
kedaruratan pernapasan, pemberian oksigen memungkinkan pasien mengurangi
ventilasinya. Ketika penyakit, seperti atelektasis atau sindrom distress
pernapasan dewasa, kerusakan difusi, atau ketika volume paru berkurang akibat
hipoventilasi, prosedur ini menaikkan kadar oksigen alveolar. Ketika kebutuhan
metabolik tinggi seperti pada kasus trauma massif, luka bakar, atau demam
tinggi pemberian oksigen menyuplai tubuh dengan cukup oksigen memenuhi
kebutuhan selular. Keadekuatan terapi oksigen ditentukan oleh analisis gas
darah arteri (AGD), pemantauan oksimetri, dan pemeriksaan klinis. Penyakit
pasien, kondisi fisik, dan usia akan menentukan metode pemberian yang paling
tepat.
Peralatan
:
1.
Sumber oksigen (unit di dinding,
silinder, tabungan cairan, atau konselator).
2.
Meteran aliran.
3.
Adapter jika
memakaiunit di dinding, atau pengukur penurun tekanan jika menggunakan
silinder.
4.
Air steril yang diuapkan.
5.
Tanda HATI-HATI OKSIGEN.
6.
sistem pemberian oksigen yang
tepat (kanula hidung, masker sederhana, masker rebreather parsial,
atau masker nonrebreatheruntuk aliran rendah atau berbagai
konsentrasi oksigenmasker Venturi, masker aerosol, kolartrakeostomi, slang T,
tenda atau tudung aliran tinggi dan konsentrasi oksigen yang spesifik).
7.
Slang penghubung diameter kecil
dan diameter besar.
8.
Lapisan kassa dan plester (untuk
masker oksigen).
9.
Adapter pancaran udara
untuk masker enturi (jika menambah kelembapan).
10.
Pilihan: penganalisa untuk oksigen
dan adapter humidifikasi steril, monitor oksigen nadi, mesin
Bipap (dapat digunakan untuk pasien dengan masalah paru kronis).
Implementasi
:
1.
Periksa port saluran
keluar oksigen untuk memastikan aliran. Pencet slang dekat percabangannya untuk
memastikan bahwa alarm yang dapat didengar akan berbunyi jika aliran oksigen
berhenti.
2.
Kaji kondisis pasien. Pada keadaan
darurat, pastikan bahwa jalan nafas pasien terbuka sebelum memberikan oksigen.
3.
Periksa kamar pasien untuk
memastikan kamarnya aman untuk pemberian oksigen. Jika mungkin, ganti
elektronik dengan alat yang nonelektronikdan ditempatkan tanda DILARANG MEROKOK
di kamar pasien. Oksigen mendukung terjadinya kebakaran dan percikan api yang
terkecil pun dapat menyebabkan api.
Tempatkan tanda HATI-HATI OKSIGEN di tempat tidur pasien dan pintu masuk kamar
pasien.
4.
Bantu dalam memasang alat
penghantar oksigen pada pasien. Pastikan alat ini terpasang dengan baik dan
stabil.
5.
Pantau respons pasien terhadap
terapi oksigen. Periksa nilai gas darah arteri pasien selama penyesuaian awal
terhadap aliran oksigen. Ketika pasien distabilisasi, Anda dapat menggunakan
oksimetri nadi. Periksa pasien dengan sering apakah ada tanda-tanda hipoksia,
seperti penurunan tingkat kesadaran, peningkatan frekuensi jantung, aritmia,
kegelisahan, perspirasi, dispnea, penggunaan otot tambahan, terus menguap atau
nafas cuping hidung, sianosis, dan kulit dingin serta lembab.
6.
Poin penting karena beberapa
lansia tidak menjadi sianosis ketika mengalami hipoksia, Anda perlu untuk
mengevaluasi tanda-tanda lainnya.
7.
Ketika memantau respons pasien terhadap
perubahan aliran oksigen, periksa monitor oksimetri nadi atau ukur nilai AGD 20
sampai 30 menit setelah penyesuaian aliran. Pada keadaan ini, pantau pasien
dengan ketat apakah ada respons yang merugikan terhadap aliran oksigen.
8.
Observasi integritas kulit pasien
untuk mencegah kerusakan kulit pada titik-titik penekanan akibat alat
penghantar oksigen. Lap uap atau perspirasi dari wajah pasien dan masker jika
perlu.
9.
Jika pasien akan mendapatkan
oksigen pada konsentrasi di atas 60% selama lebih dari 24 jam, perhatikan
dengan cermat apakah ada tanda-tanda toksisitas terhadap oksigen. Ingatkan
pasien untuk batuk dan bernafas dalam mencegah atelektasis. Selain itu untuk
mencegah kerusakan paru yang serius, ukur nilai AGD secara berulang untuk
menentukan apakah konsentrasi oksigen yang tinggi masih diperlukan.
10.
Jangan memberikan oksigen lebih
dari 2 L/menit melalui kanula hidung untuk pasien yang menderitapenyakit paru
kronis kecuali Anda mempunyai instruksi khusus untuk melakukannya. Hal ini
dikarenakan beberapa pasien yang menderita penyakit paru kronis menjadi
bergantung pada keadaan hiperkapnia dan hipoksia untuk merangsang pernafasan
mereka; sehingga, oksigen tambahan dapat menyebabkan mereka berhenti bernafas.
Akan tetapi, terapi oksigen jangka panjang selama 12 sampai 17 jam sehari dapat
membantu pasien yang menderita penyakit paru kronis tidur lebih baik, bertahan
hidup lebih lama, dan mengalami penurunan ansiden penurunan hipertensi paru.
Komplikasi
:
Konsentrasi
oksigen yang tinggi selama periode lama dapat menyebabkan kerusakan pada jalan
napas dan paru. Henti napas merupakan komplikasi yang mungkin terjadi jika
konsentrasi oksigen terlalu tinggi untuk pasien yang menderita penyakit paru
obstruktif kronis.
14. TERAPI TROMBOLITIK
Obat-obatan trombolitik
memberikan koreksi masalah trombik akut dan ekstensif dengan cepat. Obat
trombolitik diberikan I.V. awal pada infark miokart akut untuk mencegah
pembentukan thrombus primer atau sekunder dalam pembuluh darah di sekitar
daerah yang nekrotik, sehingga meminimalkan kerusakan miokart. Tujuannya adalah
(sebagai skema di American Heart Association algoritma untuk nyeri dada
iskemik) menghantarkan agnes fibrinolitik dalam 30 menit kedatangan di unit
gawat darurat. Obat trombolitik juga digunakan untuk mengobati stroke.
Poin penting
Pasien yang berusia 75 tahun dan lebih beresiko tinggi mengalami hemoragik
karena mereka lebih cenderung menderita penyakit serebrovaskular sebelumnya.
Implementasi :
1.
Setelah pemasangan kateter I.V.,
agnes trombolitik diinfudkan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
2.
Untuk melarutkan trombus dalam
kateter arterivenosa, dokter menginfuskan jumlah obat yang diinginkan ke dalam
kateter sampai trombus larut.
Komplikasi :
Bahaya utama
terapi trombolitik adalah perdarahan, lisis lambat, dan okulasi berulang.
Ketika miokardium mengalami reperfusi, dapat juga terjadi aritmia.
Diagnosis
keperawatan utama dan kriteria hasil :
1. Ansietas
yang berhubungan dengan kemungkinan komplikasi berat.
Kriteria hasil tindakan: pasien akan
menunjukkan penurunan tanda-tanda fisik rasa takut.
2. Penurunan
curah jantung yang berhubungan dengan aritmia reperfusi.
Kriteria hasil tindakan: pasien akan
mencapai atau mempertahankan curah jantung yang adekuat.
3. Risiko
kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kemungkinan perdarahan.
Kriteria hasil tindakan: pasien
tidak menunjukkan tanda atau gejala perdarahan.
Intervensi keperawatan :
1.
Sebelum terapi
a)
Sebelum diberikan terapi
trombolitik, ambil sampel serum untuk pemeriksaan golongan darah dan pencocokan
silang serta untuk menentukan waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial.
b)
Dapatkan elektrokardiogram (EKG)
dasar, dan dapatkan hasil elektrolit, gas darah arteri, nitrogen urea darah,
kreatinin, serta kadar enzim jantung.
c)
Periksa temuan berikutnya terhadap
nilai dasar secara teratur selama terapi.
d)
Mulai pemasangan jalur I.V yang
adekuat (biasanya minimal 4) dan kateter urin menetap.
e)
Sebelum memulai terapi
trombolitik, lakukan MRI atau CT Scan otak untuk memastikan bahwa perubahan
status mental merupakan akibat oklusi dan bukan hemoragi serebral.
2.
Selama terapi
a)
Pada awal terapi, perhatikan
apakah ada tanda-tanda hipersensitivitas: hipotensi, napas pendek, mengo,
merasa sesak dan tekanan pada dada, serta angiodema. Pertahankan alat
resusitasi darurat selalu tersedia.
b)
Selama terapi, pantau EKG secara
continue dan bandingkan dengan pembacaan dasar untuk mendeteksi kemungkinan
aritmia. Informasikan dokter jika terdapat abnormalitas, dan bersiap untuk
memberikan lidokain atau prokainamid, sesuai program.
c)
Dengan cermat kaji pasien apakah
ada tanda-tanda perdarahan. Pantau setiap 15 menit selama satu jam pertama,
setiap 30 menit setiap 7 jam berikutnya, dan kemudian setiap 8 jam setelahnya.
Jika Anda mendeteksi perdarahan, hentikan terapi dan hubungi dokter. Pastikan
packed red blood cell, darah lengkap, dan asam aminokaproat siap tersedia untuk
mengatasi kemungkinan hemoragi.
d)
Periksa tanda-tanda vital pasien
dengan sering, dan pantau nadi, warna, serta fungsi sensorik pada ekstremitas
setiap jam.
e)
Karena pasien cenderung mengalami
memar selama terapi, tengani pasien dengan lembut dan seminimal mungkin.
Pertahankan prosedur invasive dan pungsi vena dilakukan seminimal mungkin,
gunakan manset tekanan darah manual, serta beri bantalan pada sisi pengaman
tempat tidur untuk mencegah cedera.
3.
Setelah terapi.
Programkan pemberian antikoagulan
untuk mencegah kekambuhan thrombosis.
Penyuluhan pasien
a)
Jelaskan prosedur kepada pasien
dan jelaskan manfaat dan risikonya.
b)
Instruksikan pasien untuk segera
melapor jika ada perdarahan, seperti dari tempat pungsi vena atau gusi atau
dalam feses.
15. TERAPI AROMA.
Terapi aroma
berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak alami yang diuapkan dari
berbagai tanaman. Mereka yang menggunakan terapi aroma mengatakan terapi aroma
efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit, dan bahkan mengobati
penyakit tertentu – baik fisik maupun psikologis.
Terapi
aroma sangat populer di Eropa, minyak alami dapat dihirup, dimasase ke kulit,
atau dimasukkan kedalam air mandi untuk menciptakan sensasi menyenangkan,
meningkatkan relaksasi. Terapi aroma dapat digunakan baik sendiri atau dengan
terapi lain, seperti masase atau terapi herbal untuk mengobati infeksi bakteri
atau virus, kecemasan, nyeri, masalah otot, arthritis, herpes simpleks, herpes
zoster, masalah kulit, sakit kepala, dan dyspepsia. (lihat efek terapeutik
minyak alami).
Terapi aroma
dapat dipakai sendiri atau diberikan oleh terapis aroma yang terlatih. Walaupun
tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan terapi aroma mencegah atau menyembuhkan
penyakit, perawat yang dilatih terapi aroma dapat menganjurkan minyak khusus
sebagai tambahan terapi konvensional, mengajarkan pasien bagaimana menggunakan
minyak tersebut, dan memberikan perawatan.
Implementasi
:
a)
Selain minyak alami yang tepat,
terapi aroma memerlukan peralatan lain, yang bergantung pada cara minyak
diberikan (sebagai contoh, masase, inhalasi, mandi, atau difusi).
b)
Masase membutuhkan minyak
perantara dan untuk masase seluruh tubuh, perlu meja masase. Masase mencakup
mengencerkan minyak alami dengan minyak perantara yang sesuai dan
mengoleskannya ke bagian tubuh yang tampak atau ke seluruh tubuh dengan
menggunakan teknik masase.
c)
Inhalasi membutuhkan semangkuk air
hangat dan sebuah handuk besar. Dengan handuk yang mengandung beberapa tetes
minyak alami. Pasien menghirup uap air selama beberapa menit.
d)
Untuk mandi, pasien membutuhkan
bak mandi yang diisi dengan air hangat. Pasien menambahkan beberapa tetes
minyak alami ke permukaan air hangat dan kemudian berendam ke dalam bak mandi
selama 10 sampai 20 menit, dengan menghirup uap air saat ia berendam.
e)
Difusi membutuhkan micromist atau
alat difusi lilin atau cincin keramik yang dapat diletakkan di lampu pijar.
Metode ini mencakup memberikan beberapa tetes minyak alami pada alat difusi dan
menyalakan sumber panas untuk mendifusikan partikel-partikel mikro minyak ke
udara. Terapi rata-rata membutuhkan waktu 30 menit.
Pertimbangan
khusus :
1. Minyak sitrus tidak boleh dipakai sebelum dijemur di bawah sinar
matahari. Anjurkan pasien untuk menghindari mengoleskan minyak kayu manis atau
cengkeh pada kulit. Hati-hati terhadap minyak tertentu seperti kemangi, adas,
daun jeruk, rosmeri, dan verbena dapat menyebabkan iritasi jika pasien memiliki
kulit sensitif.
2. Metode pemakaian yang berbeda membutuhkan tindakan kewaspadaan
keamanan khusus. Ketika menggunakan terapi inhalasi, pasien harus menjaga
wajahnya cukup jauh dari permukaan air untuk menghindari cedera luka bakar.
Ketika menggunakan metode difusi, ia setidaknya harus 1 m jauhnya dari alat.
3. Terapi aroma dikontraindikasikan selama kehamilan karena
mengandung risiko tosik pada ibu dan janin. Terapi aroma harus digunakan dengan
hati-hati pada bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun karena banyak minyak
alami bersifat toksik bagi pasien dalam usia ini.
4. Peringatan pasien untuk menjaga minyak alami jauh dari mata dan
membran mukosa untuk menghindari iritasi. Jika terjadi kontak, pasien harus
membasuh dengan banyak air, jika pembasuhan tidak meredakan nyeri, ia harus
mencari bantuan medis.
Efek
terapeutik minyak alami :
Daftar di
bawah ini mencantumkan beberapa minyak alami yang populer dan indikasi
tradisional yang akan digunakan para praktisi.
Minyak alami |
Penggunaan teraupetik tradisional |
Kamomil (anthemis nobilis) |
§ Efek antiinflamasi,
antijamur, dan antibakteri § Meredakan stress fisik
dan mental § Menyeimbangkan tubuh
dan pikiran |
Eukaliptus (Eucalyptus radiata) |
§ Efek antivirus dan
ekspektoran § Meredakan mual dan
mabuk karena pergerakan § Mengilangkan sinus § Menenangkan usus yang
mudah terangsang § Efek stimulant |
Geranium (Pelargonium x asperum) |
§ Efek antivirus dan
antijamur § Merangsang metabolisme
di kulit § Meningkatkan
regenerasi sel § Meningkatkan sirkulasi § Meredakan nyeri § Memperbaiki fungsi
organ-organ vital |
Lavender (Lavandula angustifolia) |
§ Mengobati luka bakar,
sengatan serangga, dan cedera minor § Meredakan sakit perut
dan kolik § Meredakan sakit gigi
dan nyeri karena tumbuh gigi § Efek antiinflamasi dan
antibakteri § Meredakan stress fisik
atau mental |
Peppermint (Mentha piperita) |
§ Efek antivirus dan
antibakteri § Efek decongestan dan
ekspektoran § Meredakan mual dan
mabuk karena pergerakan § Menenangkan usus yang
mudah terangsang § Efek stimulant |
Rosmeri (Rosmarinus officinalis) |
§ Efek antibakteri,
antijamur, dan antivirus § Memulihkan energy dan
meredakan stress § Memperbaiki regenerasi
stress |
Daun teh (Melanieuca alternifolia) |
§ Efek antiinflamasi,
antibakteri, dan antivirus § Mengobati luka bakar,
sengatan serangga, dan cedera minor § Memberikan ketenangan
dan sedasi |
DAFTAR PUSTAKA
Jaime L. Stockslager, Lia Schaeffer. 2007. Askep
Geriatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Surini
Pudjiastuti, Sri, SMPh, S.Pd. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC.
Maryam,
R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar