LAPORAN
PENDAHULUAN
PERUBAHAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN BIOLOGIS
Disusun Oleh :
AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep
NIM : 4012210010
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA
PUTERA BANJAR
PROGRAM
STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
LAPORAN
PENDAHULUAN
PERUBAHAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN BIOLOGIS
1. Pengertian
Lansia
Lansia
adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan
yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti
rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan diwajah, berkurangnya ketajaman
panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi
integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan
kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan
orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi
yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). Penuaan
merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah
dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir
dari rentang kehidupan.
Pengertian
lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru
dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkunganya (Darmojo, 2004).
Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO) pengertian lansia
digolongkan menjadi 4 yaitu :
a. Usia
pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lanjut usia
(elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia
tua (old) 75-90 tahun
d. Lansia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun
2. Ciri-ciri
Lansia
a. Usia lanjut
merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian
datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada
psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan
lama terjadi.
b. Orang lanjut
usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok
minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang
jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang lain.
c. Menua
membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan
karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada
lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian
yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang
lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk.
Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
3. Teori Proses
Menua
Proses menua bersifat individual:
a. Tahap proses
menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
b. Setiap
lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
c. Tidak ada
satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
1. Teori
Biologis
1) Teori
genetic clock
Teori ini
merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam
biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan
bahwa menua itu telah terprogram secara genetic untuk spesies tertentu. Setiap
spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri
dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia
akan mati.
2) Teori mutasi
somatic
Menurut
teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic akibat pengaruh
lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA
dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus
menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan
sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994; Constantinides, 1994).
3) Teori
Nongenetik
Teori
penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory ). Mutasi yang berulang
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri. Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun
tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan
penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme
tubuh diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu
terjadi kelainan auto-imun.
4) Teori
kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Teori
radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya
proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai electron
yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain
yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat
beregenerasi (Halliwel, 1994).
Radikal
bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel.
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap
rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua. Teori menua akibat metabolisme.
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan
kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur
(Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999).
5) Teori rantai
silang (cross link theory )
Teori ini
menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam
nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya
fungsi pada proses menua.
2. Teori
Fisiologis
Teori ini
merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi stress,
dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan usaha
dan stress menyebabkan sel tubuh lelah dipakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan eksternal).
4. Perubahan
Biologis Pada Lansia
Banyak
kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai
ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho
(2000) perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1) Sel
a. Jumlah sel
menurun/menjadi sedikit.
b. Ukuran sel
lebih besar.
c. Berkurangnya
cairan tubuh dan cairan intra seluler.
d. Menurunnya
proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati.
e. Jumlah sel
otak menurun.
f. Terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi
atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
h. Lekukan otak
akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2) Sistem
Respirasi
a. Otot
pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, dan menjadi
kaku.
b. Aktivitas
silia menurun.
c. Paru
kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun.
d. Ukuran
alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang.
e. Berkurangnya
elastisitas bronkus.
f. Oksigen pada
arteri menurun menjadi 75 mmHg.
g. Karbondioksida
pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
h. Refleks dan
kemampuan untuk batuk berkurang.
i. Sensitivitas
terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
j. Sering
terjadi emfisema senilis.
k. Kemampuan
pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring pertambahan
usia.
3) Sistem
Kardiovaskuler
a. Katup
jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Elastisitas
dinding aorta menurun
c. Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan kontraksi dan volume menurun (frekuensi denyut jantung maksimal=
200 umur)
d. Curah
jantung menurun.
e. Kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke
berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak).
f. Kinerja
jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
g. Tekanan
darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer,
sistol normal ±170 mmHg, diastol normal ± 95 mmHg.
4) Sistem
Persarafan
a. Respon
menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun.
b. Berat otak
menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya).
c. Mengecilnya
saraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah.
d. Kurang
sensitif terhadap sentuhan.
e. Defisit
memori.
5) Sistem
Pencernaan
a. Kehilangan
gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
b. Indra
pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa
manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam,
dan pahit.
c. Esofagus
melebar.
d. Rasa lapar
menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun.
e. Peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi
absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama karbohidrat).
g. Hati semakin
mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang
6) Sistem
Genitourinaria
a. Ginjal
merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah
yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di gromerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun,
proteinuria (biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elektrolit dan
asam lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Renal
plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau klirens
kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun. Jumlah darah yang
difiltrasi oleh ginjal berkurang.
b. Vesika
urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika
urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat.
c. Pembesaran
prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
7) Sistem
Muskuloskeletal
a. Tulang
kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
b. Gangguan
tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
c. Kekuatan dan
stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan, dan paha. Insiden
osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut.
d. Kartilago
yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
e. Kifosis.
f. Gerakan
pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
g. Gangguan
gaya berjalan.
h. Kekakuan
jaringan penghubung.
i. Diskus
intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
j. Persensian
membesar dan menjadi kaku.
k. Tendon
mengerut dan mengalami sklerosis.
l. Atrofi
serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram
dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami)
m. Komposisi
otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak, kolagen dan
jaringan perut)
n. Aliran darah
ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
o. Otot polos
tidak begitu berpengaruh.
8) Sistem
Penglihatan
a. Sfingter
pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.
b. Kornea lebih
berbentuk sferis (bola).
c. Lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan.
d. Meningkatnya
ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
melihat dalam gelap.
e. Penurunan/hilangnya
daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia, seseorang sulit melihat dekat
yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa.
f. Lapang
pandang menurun: luas pandangan berkurang.
g. Daya
membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala.
9) Sistem
Pendengaran
a. Gangguan
pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
b. Membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c. Terjadi
pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d. Fungsi
pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan/stress.
e. Tinitus
(bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermitten).
f. Vertigo
(perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar).
g. Sistem
pengaturan suhu tubuh, pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja
sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran
terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan
antara lain:
a) Temperature
tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35°C ini akibat metabolisme yang
menurun.
b) Pada kondisi
ini lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat dan
gelisah
c) Keterbatasan
reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
penurunan aktivitas otot.
10) Sistem
Reproduksi
a. Wanita
a) Vagina
mengalami kontraktur dan mengecil.
b) Ovarium
menciut, uterus mengalami atrofi.
c) Atrofi
payudara.
d) Atrofi
vulva.
e) Selaput
lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, sifatnya
menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
b. Pria
a) Testis masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur angsur.
b) Dorongan
seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi kesehatannya baik.
11) Sistem
Endokrin
Kelenjar
endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi hormon.
Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan,
pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Yang termasuk hormon kelamin adalah:
a. Estrogen,
progesterone, dan testosterone yang memelihara alat reproduksi dan gairah seks.
Hormon ini mengalami penurunan.
b. Kelenjar
pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting dalam pengaturan gula
darah).
c. Kelenjar
adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar yang berkaitan dengan
hormon pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang mengatur agar
arus darah ke organ tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan mengatur
vasokontriksi pembuluh darah. Kegiatan kelenjar adrenal ini berkurang pada
lanjut usia.
d. Produksi
hampir semua hormon menurun.
e. Fungsi
paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
f. Hipofisis :
pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah ;
berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH dan LH.
g. Aktivitas
tiroid, BMR (basal metabolic rate) dan daya pertukaran zat
menurun
h. Produksi
aldosterone menurun.
i. Sekresi
hormone kelamin, misalnya progesterone, estrogen dan testosterone menurun.
12) Sistem
Integumen
a. Kulit
menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan
kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
c. Timbul
bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada permukaan
kulit sehingga tampak berbintik-bintik atau noda cokelat.
d. Terjadi
perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus di ujung mata
akibat lapisan kulit menipis.
e. Respons
terhadap trauma menurun.
f. Mekanisme
proteksi kulit menurun: produksi serum menurun, produksi vitamin D menurun,
pigmentasi kulit terganggu.
g. Kulit kepala
dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
h. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal.
i. Berkurangnya
elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
j. Pertumbuhan
kuku lebih lambat
k. Kuku jari
menjadi keras dan rapuh.
l. Kuku menjadi
pudar, kurang bercahaya.
m. Kuku kaki
tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
n. Jumlah dan
fungsi kelenjar keringat berkurang.
5. Penyakit-Penyakit
Pada Lansia
1) Sistem
Pernapasan
a. Emfisema
Emfisema
dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan struktur paru-paru dalam
bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus disertai dengan
kerusakan dinding alveolus.penyakit ini termasuk dalam penyakit paru obstruktif
kronik yang menimbulkan kesulitan pengeluaran udara pernapasan. Penyakit ini
bersifat progresif dan biasanya diawali dengan sesak napas. Gejala emfisema
dapat berupa batuk yang disertai dahak berwarna putih atau mucoid dan jika
terdapat infeksi, sputum tersebut menjadi purulen. Badan terlihat lelah, nafsu
makan berkurang dan berat badan pasien menurun.
b. Asma
Asma adalah
penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang menyebabkan
hiperresponsivitas jalan napas. Penyakit asma ditandai dengan 3 hal, antara
lain penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih
di saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak,
dan suara napas yang berbunyi wheezing , yang biasanya timbul secara
episodic pada pagi hari menjelang waktu subuh karena pengaruh keseimbangan
hormone kortisol yang kadarnya rendah saat pagi hari dan berbagai faktor
lainnya.
c. Pneumonia
Pneumonia
merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia. Penyakit ini
menduduki peringkat keempat penyebab kematian dan infeksi paru dan sering
merupakan penyakit terminal yang dialami lansia. Pneumonia pada lansia
dapat bersifat akut atau kronis. Gejala pneumonia bermacam-macam bergantung
pada kondisi tubuh dan jenis kuman penyebab infeksi. Beberapa tanda dan gejala
pneumonia meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat, menggigil, dada
terasa berat dan nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri kepala, nyeri otot dan
lesu. Pada lansia, gejala dan tanda-tanda ini lebih ringan, bahkan suhu tubuh
dapat lebih rendah dari nilai normal.
d. Bronkitis
Bronkitis
merupakan peradangan membran mukosa yang melapisi bronkus dan/atau bronkiolus,
yaitu jalan napas dari trakea ke paru-paru. Bronkitis dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu akut dan kronis. Bronkitis akut ditandai dengan batuk dengan
atau tanpa sputum, terdiri atas mucus yang diproduksi di saluran napas.
Sedangkan bronkitis kronis merupakan satu dari penyakit paru obstruktif kronis
dengan batuk produktif yang berlangsung sampai 3 bulan atau lebih setiap
tahunnya selama 2 tahun.
2) Sistem
Kardiovaskuler
a. Hipertensi
Hipertensi
merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara
lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah yang tinggi yang
tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun peningkatan
tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan
hidup. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala meskipun beberapa
pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa
panas atau telinga mendenging.
b. Penyakit
Jantung Koroner (PJK)
Serangan
jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di arteri
coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot jantung.
Penghentian suplai darah ke jantung akan merusak atau mematikan sebagian
jaringan otot jantung. Gejala yang sering muncul pada serangan jantung dapat
berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan
berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada
ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini
dapat semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul berupa
sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai muntah.
Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang menonjol. Namun, gejala
tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin,
pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar biasa
tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal
Jantung
Gagal
jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan insiden meningkat
pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan ini merupakan
ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan fisiologis. Angka rawat
inap gagal jantung pada pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun
terakhir. Gagal jantung pada usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial
yang memengaruhi pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau
terjadi akibat PJK. Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan
katup menyebabkan gangguan ejeksi, pengisisan dan preload kronis yang diakhiri
dengan gagal jantung.
3) Sistem
Persarafan
a. Penyakit
Alzheimer
Penyakit ini merupakan bagian dari
demensia. 50-60% demensia ditimbulkan penyakit Alzheimer. Istilah demensia
digunakan untuk menggambarkan sindrom klinis dengan gejala penurunan daya ingat
dan kemunduran fungsi intelektual lainnya. Pasien mengalami kemunduran fungsi
intelektual yang bersifat menetap, yakni adanya gangguan pada sedikitnya 3 dari
5 komponen fungsi neurologis, yang mencakup fungsi berbahasa, mengingat,
melihat, emosi dan memahami.
b. Stroke
Stroke terjadi bila aliran darah ke
otak mendadak terganggu atau jika pembuluh darah di otak pecah sehingga
darah mengalir keluar ke jaringan otak disekitarnya. Sel-sel otak akan mati
jika tidak mendapatkan oksigen dan makanan atau akan mati akibat perdarahan
yang menekan jaringan otak sekitar. Stroke dapat dibagi atas 2 kategori
besar, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Yang pertama terjadi akibat
penyumbatan aliran darah sedangkan yang kedua karena pecahnya pembuluh
darah. Delapan puluh persen kasus stroke disebabkan oleh iskemia dan sisanya
akibat perdarahan.
c. Penyakit
Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu
penyakit saraf dengan gejala utama berupa tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh
yang tidak stabil. Penyakit ini terjadi akibat sel saraf (neuron) yang mengatur
gerakan mengalami kematian. Ciri penyakit Parkinson merupakan kelompok gejala
yang tergabung dalam kelainan gerakan. Empat gejala utama Parkinson adalah
tremor atau gemetar di tangan, lengan, rahang, atau kepala; kekakuan di otot
atau ekstremitas; bradikinesia, atau perlambatan gerakan; postur tubuh yang
tidak stabil atau gangguan keseimbangan. Gejala biasanya timbul secara perlahan
dan semakin lama semakin parah. Pada taraf gejala maksimal, pasien tidak
dapat berjalan, berbicara, atau bahkan melakukan suatu pekerjaan yang
sederhana. Penyakit ini bersifat menahun, progresif, tidak menular, dan tidak
diturunkan.
4) Sistem
Pencernaan
a. Inkontinensia
Alvi
Keadaan ketika
seseorang kehilangan kontrolnya dalam mengeluarkan tinja, yaitu pasien
mengeluarkan tinja tidak pada waktunya, tidak dapat menahannya atau terjadi
kebocoran produk ekskresi tersebut. Mereka dengan keluhan ini dalam pergaulan
merasa tersisihkan dan rendah diri yang akhirnya dapat menimbulkan
gangguan jiwa.
b. Diare
Keadaan
ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3 kali dalam
sehari dengan konsistensi feses yang cair, terkadang terdapat ampas dan lender.
Hal ini terjadi karena fungsi fisiologis sistem pencernaan lansia yang sudah
mulai menurun dan juga disebabkan oleh bakteri dan faktor psikologis.
5) Sistem
Perkemihan
a. Gagal ginjal
akut
Terjadi
penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan dan ampas darah ke luar
tubuh. Jika ginjal tidak mampu menyaring darah, cairan dan ampas tersebut akan
menumpuk dalam tubuh. Keadaan ini dapat pulih kembali dan jika kondisi pasien
cukup baik fungsi ginjal dapat kembali normal dalam beberapa minggu, misalnya
akibat penyakit kronis seperti PJK, stroke, infeksi berat ataupun penyakit
penyerta lainnya. Tanda dan gejalanya dapat berupa penurunan jumlah pengeluaran
urine meskipun sesekali pengeluaran masih dapat terjadi, retensi air yang dapat
menimbulkan edema tungkai, mengantuk, sesak napas, lesu, bingung, kejang atau
koma pada kasus berat, dan nyeri dada akibat perikarditis. Biasanya pasien
tidak memperhatikan tanda/gejala awal ini tetapi lebih terfokus pada keluhan
penyakit penyerta.
b. Gagal Ginjal
Kronis
Terjadi
penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang minimal. Banyak
pasien yang tidak menyadari timbulnya keadaan tersebut sampai fungsi ginjal
hanya tinggal 25%. Penyebabnya adalah diabetes dan hipertensi. Beberapa tanda
dan gejala yang mungkin dapat diketahui adalah hipertensi, penurunan berat
badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual dan muntah, lesu dan gelisah,
kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas, penurunan daya ingat, kedutan
dan kram otot, BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa gatal.
c. BPH (Benign
Prostat Hiperplasia/Hipertropi)
BPH adalah
pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa
atau semua komponen prostat, meliputi antara lain: jaringan kelenjar dan
jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.
Gejala klinik terjadi oleh karena 2 hal, yaitu penyempitan uretra yang
menyebabkan kesulitan berkemih dan retensi air kemih dalam kandung kemih yang
menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Gejala klinik dapat berupa frekuensi berkemih bertambah, berkemih pada malam
hari, kesulitan
dalam hal memulai dan menghentikan berkemih, air kemih masih tetap menetes
setelah selesai berkemih, rasa nyeri pada waktu berkemih.
d. Inkontinensia
Urine
Terjadinya
pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu di luar kehendak. Keadaan
ini umum dijumpai pada lansia. Dari segi medis, inkontinensia mempermudah
timbulnya ulkus decubitus, infeksi saluran kemih sepsis, gagal ginjal dan
peningkatan angka kematian.
6) Sistem
Muskuloskeletal
a. Osteoarthritis
Pada
penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah tidur, dan sendi
terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang beberapa saat
setelah digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat timbul secara bergantian
selama beberapa bulan atau tahun. Peradangan ini paling bersifat
asimetris. Osteoartritis terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak tulang rawan
pada lapisan terluar sendi karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Tulang
yang berdekatan akan saling bergeser sehingga menimbulkan rasa nyeri. Penyakit
ini biasanya mengenai daerah lutut dan punggung.
b. Artritis
rheumatoid (arthritis simetris)
Pada
penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam.
Kadang-kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini. Peradangan sendi lain
dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat. Pembengkakan sendi pada
beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri yang
terpapar secara simetris juga dimasukkan dalam criteria arthritis rheumatoid.
c. Ankylosing
spondylitis
Penyakit ini
paling sering mengenai tulang belakang atau bagian lain, seperti bahu, tangan,
dan kaki, biasanya secara asimetris.
d. Psoriatic
arthritis
Hingga 30%
pengidap psoriasis juga akan mengalami psoriatic arthritis. Kelainan ini
biasanya bersifat asimetris, tetapi juga dapat timbul secara simetris,
menyerupai arthritis rheumatoid.
e. Pirai
( gout )
Jenis
arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan terjadinya penumpukan
asam urat di sendi-sendi. Keadaan ini biasanya pertama kali mengenai ibu jari
kaki sampai berwarna kemerahan dan bengkak, tetapi juga dapat mengenai sendi
lainnya. Rasa nyeri tersebut dapat cepat berkembang.
f. Artritis
pada lupus
Artritis
dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit peradangan kronis
jaringan ikat yang terjadi karena sistem imunitas tubuh menyerang jaringan atau
organ pasien sendiri,. Inflamasi erlihat pada berbagai sistem tubuh yang
berbeda, mencakup sendi, kulit, ginjal, sel, darah, jantung dan paru.
g. Peradangan
Sendi
Keparahan
penyakit ini dinilai berdasarkan derajat ketidakmampuan pergerakan yang
ditimbulkannya. Bagi seseorang dengan fisik yang aktif, gangguan arthritis
ringan sudah dianggap sebagai suatu bencana.
h. Osteoporosis
Keadaan ini
merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh, atau mudah patah. Penyebabnya
adalah perubahan kadar hormon, kekurangan kalsium dan vitamin D, dan/atau
kurangnya aktivitas fisik. Osteoporosis merupakan penyebab utama fraktur orang
dewasa terutama pada kaum perempuan.
7) Sistem
Penglihatan
a. Katarak
Katarak
merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata. Katarak yang
tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan glaucoma fakomorfik. Lensa mata
yang menua pada katarak dengan zonula siliaris yang lemah dapat tergeser ke
depan atau ke belakang sehingga persepsi cahaya yang memasuki mata menjadi
terganggu dan mengaburkan penglihatan seseorang. Katarak pada lansia ditandai
dengan kekeruhan lensa mata, pembengkakan lensa yang berakhir dengan
pengerutan dan kehilangan sifat transparansinya. Pada keadaan lain katarak
akibat usia lanjut ini, kapsul lensa akan mencair membentuk cairan kental putih
yang menimbulkan peradangan hebat jika kapsul lensa mengalami rupture dan
cairan tersebut keluar, yang disebut katarak Morgagni.
8) Sistem
Pendengaran
a. Presbiakusis
Presbiakusis
merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran pada lansia. Keadaan
ini biasanya terjadi pada usia 55 tahun atau lebih. Penyebab gangguan
pendengaran lainnya pada orang berusia tua antara lain karena infeksi atau
kerusakan di telinga dalam. Kemunduran pendengaran ini muncul bertahap dalam
beberapa tahun, yang mungkin tidak disadari pada awalnya. Gangguan tersebut
baru diketahui ketika pasien mengalami kesulitan mendengar suara orang
menelepon atau mengikuti pembicaraan pada kumpulan orang ramai. Teman atau
anggota keluarga dapat terkejut karena pasien menyetel televise terlalu keras
atau meminta pengulangan pertanyaan berkali-kali. Gangguan pendengaran ini
dapat menimbulkan keterasingan dan ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.
9) Sistem
Endokrin
a. Diabetes
Seseorang
disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan kadar gula darah yang menetap.
Penyakit ini terjadi pada segala umur, walaupun umumnya lebih sering dijumpai
pada lansia sebagai suatu penyakit kronis, yaitu sekitar 18% pada kelompok
individu berumur 65 tahun dan 25% di atas 85 tahun. Umumnya terdapat 5 tanda
gejala awal, yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus, bertambahnya
nafsu makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu. Kadang-kadang
gejala terawal berupa penglihatan yang kabur.
10) Sistem
Reproduksi
a. Disfungsi
Ereksi
Disfungsi
ereksi berarti kegagalan terjadinya dan ketidakmampuan mempertahankan ereksi
pada 50% usaha penetrasi pada persetubuhan. Disfungsi ereksi dapat terjadi dari
waktu ke waktu pada berbagai tingkat umur setelah dewasa. Walaupun insiden
disfungsi ereksi meningkat seiring pertambahan usia, prevalensinya
mencapai sekitar 52% pada umur antara 40-70 tahun dan meningkat pada orang yang
lebih tua, yaitu hampir mencapai 95% pada pria berumur >70 tahun, terutama
dengan penyakit penyerta seperti diabetes. Disfungsi ereksi dapat timbul akibat
gangguan vascular, neurogenik, endokrin, kelainan struktur penis, efek samping
obat, dan stress psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan M edikal-Bedah, Vol. 3 .
Jakarta: EGC.
Lukman dan
Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal . Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho,
Wahjudi. 2010. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3 . Jakarta: EGC.
Pudjiastuti,
Sri Surini dan Budi Utomo. 2011. Fisioterapi pada Lansia . Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar