Selasa, 13 Juli 2021

Laporan Pendahuluan Abortus

 

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

 

 

 

 

 

Description: Description: D:\LOGO STIKES\Picture1.jpg

 

 

 

 

Disusun oleh

AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep.

NPM: 4012210010

 

 

 

 

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE-16

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


 

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

 

A.    Definisi

Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapathidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besarkemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapathidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilankurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2011).Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebutabortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untukabortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500-999 gram disebut juga dengan immature.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan(oleh akibat-akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010). Dari beberapa definisi diatasdapat disimpulkan bahwa abortus merupak suatukeadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usiakurang dari 20 minggu.

 

B.     Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah:

1.      Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2.      Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat

3.      Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi

4.      Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibatkontraksi uterus

5.      Pemeriksaan ginekologi:

a.       Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,tercium bau busuk dari vulva

b.      Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium

c.       Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usiakehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaanadneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyerid. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

 

C.     Penyebab

1.      Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:

a)      Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

b)      Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

c)      Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2.      Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karenahipertensimenahun.

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkanoksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhandan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnyakarena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsentasehingga menimbulkan keguguran.

3.      Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dantoksoplasmosis.

Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan selyang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsangkontraksi uterus.Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifusabdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkankematian janin, kemudian terjadi abortus.Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrolmetabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkanresiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkataninsidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4.      Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus padatrimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halanganterhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasikongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekanyang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,amputasi).Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaanabnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksiuteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasiserviks), robekan serviks postpartum.

5.      Trauma.Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksualkhususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanitadengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

6.      Faktor-faktor hormonal.

Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasentamengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

Sebab-sebab psikosomatik.Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewathipotalamus-hipofise.

7.      Penyebab dari segi Maternal

a)      Penyebab secara umum:(1) Infeksia.Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.  b.Infeksibakteri, misalnya streptokokus. c.Parasit, misalnya malaria

b)      Infeklsi kronis: 1) Fibroid, inkompetensia serviks. (2) Radang pelvis kronis, endometrtis. (3) Retroversikronis. (4) Hubungan seksualyang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkanhiperemiadan abortus.

8.      Penyebab dari segi Janin

a)      Kematian janin akibat kelainan bawaan.

b)      Mola hidatidosa.

c)      Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasidan degenerasi.

d)     Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin.

e)      Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainanchromosomal.

f)       Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukanimplantasi dengan adekuat.

 

D.    Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringansekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalamuterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8 minggu sampai 14 minggu, penembus sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskansempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetuspapi raseus. Abortus spontan (keguguran pada 20 minggu pertama kehamilan) dapat diklasifikasikan sebagai mengancam, tidak dapat dielakkan, inkomplet, atau missed. Keguguran dini dapat disebabkan oleh infeksi, inkompetensi serviks, kelainan genetic,merokok atau riwayat abortus.

 

E.     Pengkajian

1.      Primary Survey

a.       Airway: Adakah sumbatan jalan nafas atau tidak.

b.      Breathing: Look: Adakah pengembangan dinding dada, Listen: Adakah suara nafas tambahan, Feel: Adakah terlihathembusan nafas, terlohat otot bantu pernafasan tidak.

c.       Circulation: terjadi perdarahan dari jalan lahir, adakah perubahan tanda-tanda vital, CRT noraml atau tidak, kaji akral

d.      Disability: kaji tingkat kesadaran, GCS.

 

2.      Secondary Survey

a.       Biodata klien

b.      Anamnesis: keluhan, penyakit, alergi, kejadian

c.       Pemeriksaan head to toe

 

F.      Masalah keperawatan yang mungkin muncul

1.      Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan

2.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

3.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri abdomen


 

G.    Perencanaan

No

Diagnosa Keperawatan

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

1.

Resiko syok (hipovolemik) b.d perdarahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam, resiko syok (hipovolemik) teratasi dengan kriteria hasil:

ü Nadi dbn

ü TD normal

ü Nilai hematokrit dbn

1.   Monitor status sirkulasi, warna kulit, suhu tubuh, denyut jantung, dan ritme, nadi perifer,  dan CRT.

 

 

2.   Monitor suhu dan pernafasan

 

 

 

 

 

3.   Monitor tanda awal syok

 

 

4.   Berikan cairan intravena

 

5.                  Monitor fungsi neurologis

 

1.    Untuk mengetahui status sirkulasi klien

 

 

 

 

2.    Penurunan suhu dan peningkatan nafas menunjukan adanya syok hipovolemik

3.    Membantu mencegah terjadinya syok

4.    Membantu mengatasi syok

5.    Penurunan fungsi neurologis mengindikasikan terjadinya syok

2.

Kekurangan volume cairan b.d perdarahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam, kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:

ü TD, Nadi, dan suhu tubuh dalam batas normal

ü Turgor kulit baik

1.   Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2.   Monitor tekanan darah klien

 

 

3.   Monitro vital sign

 

 

 

 

4.   Berikan cairan intravena

 

5.   Monitor kadar hb dan hematokrit

1.  Memantau kehilangan cairan

2.  Penurunan TD menunjukan kekurangan volume cairan

3.  Perubahan vital sign menunjukan kekurangab volume cairan

4.  Mengatasi kekurangan volume cairan

5.  Kadar hb dan ht mengalami penurunan

3.

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d ansietas dan nyeri abdomen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam, gangguan rasa nyaman teratasi dengan kriteria hasil:

ü Mampu mengontrol nyeri

ü Mampu mengontrol kecemasan

ü TTV dalam  batas normal

1.   Gunakan pendekatan yang menenangkan

 

2.   Bantu klien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan

 

 

 

 

3.   Monitor tekanan nadi

 

 

1. Mengurangi tingkat kecemasan pada klien

 

2. Mengurangi gangguang rasa nyaman nyeri yang dialami oleh klien

 

 

3.  Terjadi peningkatan nadi pada kondisi ansietas

 


 

Pathways


 


H.    Daftar Pustaka

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: MediaHardy.

Morgan. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat nuha medika. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar