Kamis, 08 Juli 2021

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE TRAUMA Ayu Pragista R

 

LAPORAN PENDAHULUAN

MULTIPLE TRAUMA

 

 

 

 

 

Description: Description: D:\LOGO STIKES\Picture1.jpg

 

 

 

 

Disusun oleh

AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep.

NPM: 4012210010

 

 

 

 

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE-16

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


 

LAPORAN PENDAHULUAN

MULTIPLE TRAUMA

 

A.    Definisi

Multi trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera, definisi ini memberikan gambaran superficial dari respon fisik terhadap cedera, trauma juga mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataanya trauma adalah kejadia yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktif seseorang.

 

B.     Tanda dan Gejala

1.      Laserasi, memar, ekimosis

2.      Hipotensi

3.      Tidak adanya bising usus

4.      Hemoperitoneum

5.      Mual dan muntah

6.      Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pada auskultasi pembuluh darah, biasanya pada arteri karotis)

7.      Nyeri

8.      Pendarahan

9.      Penurunan kesadaran

10.  Sesak

11.  Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limfa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.

12.  Tanda Cullen adalah ekimosis periumbilikal pada perdarahan peritoneal

13.  Tanda grey-turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang) pada perdarahan retroperitoneal.

14.  Tanda copernail adalah ekimosis pada perineum, skrotum, atau labia pada fraktur pelvis.

15.  Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas ketika dilakukan perkusi pada hematome limfe.

 

 

 

 

C.    Penyebab

Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul atau peluru. Luka tusuk dan luka tembak pada suatu rongga dapat dikelompokan pada kategori luka tembus. Untuk mengetahui bagian tubuh yang terkena, organ apa yang cedera, dan bagaimana derajat kerusakannya, perlu diketahui biomekanik terutama cedera pada trauma dapat terjadi akibat tenaga dari luar berupa benturan, perlambatan (deselerasi), dan kompresi, baik oleh benda tajam, benda tumpul, peluru, ledakan, panas, maupun zat kimia. Akibat cedera ini dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal dan kerusakan organ.

 

D.    Patofisiologi

Respon metabolik pada trauma dibagi dalam tiga fase:

1.      Fase pertama berlangsung beberapa jam stelah terjadinya trauma. Dalam fase ini akan terjadi kembalinya volume sirkulasi, perfusi jaringan, dan hiperglikemia.

2.      Pada fase kedua terjadi katabolisme menyeluruh, dengan imbang nitrogen yang negatif, hiperglikemia, dan produksi panas. Fase ini yang terjadi setelah tercapainya perfusi jaringan dengan baik dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung beratnya trauma, keadaan kesehatan sebelum terjadi trauma, dan tindakan pertolongan medisnya.

3.      Pada fase ketiga terjadi anabolisme yaitu penumpukan kembali protein dan lemak badan yang terjadi setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang dan oksigenasi jaringan secara keseluruhan sudah teratasi. Fase ini merupakan proses yang lama tetapi progresif dan biasanya lebih lama dari fase katabolisme karena sintesis protein hanya bisa mencapai 35gr/hari.

 

E.     Pengkajian

1.      Primary Survey

a.      Aryway (jalan nafas)

Pemeriksaan  jalan napas pada pasien multi trauma  merupakan prioritas utama. Periksa saluran nafas bagian atas untuk mendeteksi obstruksi, mis. oleh gumpalan darah, gigi lepas atau prostesis gigi. Dengarkan apakah terdapat snoring, gargling, dan stridor.  Usaha untuk kelancaran jalan nafas harus di lakukan dengan cara chin lift atau jaw thrust secara manual untuk membuka jalan nafas.

 

b.      Breathing (ventilasi)

1)      Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan

2)      Kaji saturasi oksigen

3)      Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis

4)      Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask

5)      Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada

6)      Periksa foto thorak

Selain itu, Semua penderita  trauma harus mendapat suplai oksigen yang tinggi kecuali jika terdapat kontrindikasi terhadap tindakkan ini. Bantuan ventilasi harus dimulai jika usaha pernapasan inadekuat.

c.       Circulation (sirkulasi)

Jika ada gangguan sirkulasi segera tanggani dengan pemasangan IV line, tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, mencatat irama dan ritmenya. Periksa CRT dan lakukan pemeriksaan darah lengkap.

d.      Disability (evaluasi neurologis)

Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital.

e.       Exposure

Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.

2.      Secondary Survey

1)      Kepala

a)      Inpeksi dan palpasi keseluruhan kulit kepala, hal ini penting karna kulit kepala biasanya tidak terlihat karena tertutup rambut

b)      Catat adanya pendarahan, laserasi memar, atau hematom

c)      Catat adanya darah atau drainase dari telinga, inpeksi adanya memar di belakang telinga

d)     Catat adanya tremor atau kejang

2)      Wajah

a)      Inspeksi dan palpasi tulang wajah

b)      Kaji ukuran pupil dan reaksinya

c)      Catat adanya darah atau drainage dari telinga,mata,hidung,atau mulut.

d)     Inpeksi lidah dan mukosa oral terhadap trauma

3)      Leher

a)      Observasi adanya bengkak atau deformitas di leher

b)      Cek spinal servikal utuk devormitas dan nyeri pada palpasi, perhatikan jangan menggerakkan leher atau kepala pasien dengan kemungkinan trauma leher sampai fraktur servikal sudah di pastikan.

c)      Observasi adanya deviasi trakea

d)     Observasi adanya distensi vena jugularis

4)      Dada

a)      Inpeksi dinding dada. Catat adanya segmen flailchest

b)      Cek adanya fraktur iga dengan melakukan penekanan pada tulang iga dengan posisi lateral, lalu anterior dan posterior; manufer ini menyebabkan nyeri pada pasien dengan fraktur iga

c)      Catat keluhan pasien akan nyeri, dispnea, atau dada terasa berat

d)     Catat memar, pendarahan, luka atau emfisema subkutaneus

e)      Auskultasi paru

5)      Abdomen

Catat adanya distensi, perdarahan, memar, atau abrasi khususnya di sekitar organ vital seperti limpa atau hati.

6)      Genetalia dan pelvis

a)      Oservasi abrasi, perdarahan, hematoma,edema atau discharge

b)      Observasi adnya gangguan kemih

7)      Tulang belakang

a)      Mulai tempatkan satu tangan di bawah leher pasien, dengan lembut palpasi vertebrata, rasakan adanya deformitas, dan catat lokasinya jika terdapat respon nyeri pada pasien 

b)      Perhatian: jangan pernah membalik pasien untuk memeriksa tulang belakang sampai trauma spinal sudah di pastikan. Jika anda harus membalik pasien (misalnya luka terbuka) gunakan tehnik log-roll.

c)      Catat adanya keluhan nyeri dari pasien ketika mempalpasi sudut costovertebral melewati ginjal

8)      Ekstremitas

Cek adanya pendarahan, edema, nyeri, asimetris tulang atau sendi pada segmen proksimal pada setiap ekstremitas dan palpasi pada bagian distal.

F.     Masalah Keperawatan yang mungkin muncul

1.      Gangguan pertukaran gas

2.      Defisit volume cairan

3.      Nyeri akut

4.      Bersihan jalan nafas tidak efektif

 

G.    Perencanaan

No

Masalah Keperawatan

Kriteria hasil

Intervensi

1.

Gangguan pertukaran gas

Setelah dilakukan tindakan keperrawatan selama ...x... diharapkan masalah gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:

ü Nilai AGD dbn

ü Dyspneu berkurang

a. Monitor frekuensi, irama kedalaman, dan upaya nafas.

b. Monitor pola nafas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kusmaul, chyene-stokes, biot, ataksis)

c. Monitor adanya sumbatan jalan nafas.

d.Auskultasi bunyi nafas.

e. Monitor saturasi oksigen.

f.  Monitor nilai AGD.

g. Monitor Ro Thorak.

2.

Defisit volume cairan

Klien akan mencapai status hemodinamik yang optimal yang dibuktikan dengan:

ü  MAP >70mmHg

ü Klien menunjukan tanda-tanda hemodinamik yang stabil

ü Status cairan yang optimal

ü Urin output >0,5ml/kgBB/hari

ü Suhu normal

a.    Monitor dan kaji status hemodinamik

b.    Monitor tekanan darah

c.    Penggantian volume sesuai instruksi kristaloid atau koloid.

d.   Timbang berat badan tiap hari 

e.    Monitor terjadinya perdarahan

f.     Berikan produk darah sesuai kebutuhan

3.

Nyeri akut

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil:

ü Nyeri terkontrol

ü TTV dbn

a.    Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

b.    Identifikasi skala nyeri

c.    Monitor tanda-tanda vital

d.   Kolaborasi pemberian analgetik

4.

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x.... diharapkan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi dengan kriteria:

ü Suara nafas normal

a.       Bebaskan jalan nafas dengan cervical control

b.      Lakukan pemasangan OPA atau NPA

c.       Lakukan suction

d.      Kolaborasi: pemasangan intubasi, krikotirotomi

 

H.    Daftar Pustaka

Judson, James A. 2012. “Severe and Multiple Trauma.” Oh’s Intensive Care Manual: 757–64.

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Salim, Carolina. 2015. “Sistem Penilaian Trauma.” Cermin Dunia Kedokteran 42(9): 702–9.

Saudin, Didik, and Mukamad Rajin. 2020. “Penerapan Sistem Penilaian Trauma Revised Trauma Score ( Rts ) Untuk Menentukan Mortalitas Pasien Trauma Di Triage.” : 12–15.

“Trauma Guidelines.” 2015. (70305).

Zettervall, Sara et al. 2015. “Critical Care for the Patient With Multiple Trauma.” Journal of Intensive Care Medicine 31(5): 307–18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar