LAPORAN
PENDAHULUAN
MULTIPLE
TRAUMA
Disusun oleh
AYU PRAGISTA
RAHMAWATI, S.Kep.
NPM: 4012210010
PROGRAM
STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE-16
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
TAHUN
AKADEMIK 2020-2021
LAPORAN
PENDAHULUAN
MULTIPLE
TRAUMA
A.
Definisi
Multi trauma adalah keadaan yang
disebabkan oleh luka atau cedera, definisi ini memberikan gambaran superficial
dari respon fisik terhadap cedera, trauma juga mempunyai dampak psikologis dan
sosial. Pada kenyataanya trauma adalah kejadia yang bersifat holistik dan dapat
menyebabkan hilangnya produktif seseorang.
B.
Tanda dan Gejala
1.
Laserasi, memar, ekimosis
2.
Hipotensi
3.
Tidak adanya bising usus
4.
Hemoperitoneum
5.
Mual dan muntah
6.
Adanya tanda “Bruit” (bunyi
abnormal pada auskultasi pembuluh darah, biasanya pada arteri karotis)
7.
Nyeri
8.
Pendarahan
9.
Penurunan kesadaran
10. Sesak
11. Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh
perdarahan limfa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.
12. Tanda Cullen adalah ekimosis periumbilikal pada perdarahan
peritoneal
13. Tanda grey-turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang)
pada perdarahan retroperitoneal.
14. Tanda copernail adalah ekimosis pada perineum, skrotum, atau
labia pada fraktur pelvis.
15. Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada
kuadran kiri atas ketika dilakukan perkusi pada hematome limfe.
C.
Penyebab
Trauma dapat disebabkan oleh benda
tajam, benda tumpul atau peluru. Luka tusuk dan luka tembak pada suatu rongga
dapat dikelompokan pada kategori luka tembus. Untuk mengetahui bagian tubuh yang
terkena, organ apa yang cedera, dan bagaimana derajat kerusakannya, perlu
diketahui biomekanik terutama cedera pada trauma dapat terjadi akibat tenaga
dari luar berupa benturan, perlambatan (deselerasi), dan kompresi, baik oleh
benda tajam, benda tumpul, peluru, ledakan, panas, maupun zat kimia. Akibat
cedera ini dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal dan kerusakan organ.
D.
Patofisiologi
Respon metabolik pada trauma dibagi
dalam tiga fase:
1.
Fase pertama berlangsung
beberapa jam stelah terjadinya trauma. Dalam fase ini akan terjadi kembalinya
volume sirkulasi, perfusi jaringan, dan hiperglikemia.
2.
Pada fase kedua terjadi
katabolisme menyeluruh, dengan imbang nitrogen yang negatif, hiperglikemia, dan
produksi panas. Fase ini yang terjadi setelah tercapainya perfusi jaringan
dengan baik dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu,
tergantung beratnya trauma, keadaan kesehatan sebelum terjadi trauma, dan
tindakan pertolongan medisnya.
3.
Pada fase ketiga terjadi
anabolisme yaitu penumpukan kembali protein dan lemak badan yang terjadi
setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang dan
oksigenasi jaringan secara keseluruhan sudah teratasi. Fase ini merupakan
proses yang lama tetapi progresif dan biasanya lebih lama dari fase katabolisme
karena sintesis protein hanya bisa mencapai 35gr/hari.
E.
Pengkajian
1.
Primary Survey
a.
Aryway (jalan nafas)
Pemeriksaan jalan napas pada pasien multi trauma merupakan prioritas utama. Periksa saluran
nafas bagian atas untuk mendeteksi obstruksi, mis. oleh gumpalan darah, gigi
lepas atau prostesis gigi. Dengarkan apakah terdapat snoring, gargling, dan stridor. Usaha untuk kelancaran jalan nafas harus di
lakukan dengan cara chin lift atau jaw thrust secara manual untuk membuka jalan
nafas.
b.
Breathing (ventilasi)
1)
Kaji jumlah pernasan lebih
dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan
2)
Kaji saturasi oksigen
3)
Periksa gas darah arteri
untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis
4)
Berikan 100% oksigen
melalui non re-breath mask
5)
Auskulasi dada, untuk
mengetahui adanya infeksi di dada
6)
Periksa foto thorak
Selain itu, Semua penderita trauma harus mendapat suplai oksigen yang
tinggi kecuali jika terdapat kontrindikasi terhadap tindakkan ini. Bantuan
ventilasi harus dimulai jika usaha pernapasan inadekuat.
c.
Circulation (sirkulasi)
Jika ada gangguan sirkulasi segera
tanggani dengan pemasangan IV line, tentukan status sirkulasi dengan mengkaji
nadi, mencatat irama dan ritmenya. Periksa CRT dan lakukan pemeriksaan darah
lengkap.
d.
Disability (evaluasi
neurologis)
Pantau status neurologis secara cepat
meliputi tingkat kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda
vital.
e.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui,
cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
2.
Secondary Survey
1)
Kepala
a)
Inpeksi dan palpasi
keseluruhan kulit kepala, hal ini penting karna kulit kepala biasanya tidak
terlihat karena tertutup rambut
b)
Catat adanya pendarahan,
laserasi memar, atau hematom
c)
Catat adanya darah atau
drainase dari telinga, inpeksi adanya memar di belakang telinga
d)
Catat adanya tremor atau
kejang
2)
Wajah
a)
Inspeksi dan palpasi tulang
wajah
b)
Kaji ukuran pupil dan
reaksinya
c)
Catat adanya darah atau
drainage dari telinga,mata,hidung,atau mulut.
d)
Inpeksi lidah dan mukosa
oral terhadap trauma
3)
Leher
a)
Observasi adanya bengkak
atau deformitas di leher
b)
Cek spinal servikal utuk devormitas
dan nyeri pada palpasi, perhatikan jangan menggerakkan leher atau kepala pasien
dengan kemungkinan trauma leher sampai fraktur servikal sudah di pastikan.
c)
Observasi adanya deviasi
trakea
d)
Observasi adanya distensi vena
jugularis
4)
Dada
a)
Inpeksi dinding dada. Catat
adanya segmen flailchest
b)
Cek adanya fraktur iga
dengan melakukan penekanan pada tulang iga dengan posisi lateral, lalu anterior
dan posterior; manufer ini menyebabkan nyeri pada pasien dengan fraktur iga
c)
Catat keluhan pasien akan
nyeri, dispnea, atau dada terasa berat
d)
Catat memar, pendarahan,
luka atau emfisema subkutaneus
e)
Auskultasi paru
5)
Abdomen
Catat adanya distensi, perdarahan, memar, atau abrasi khususnya di
sekitar organ vital seperti limpa atau hati.
6)
Genetalia dan pelvis
a)
Oservasi abrasi,
perdarahan, hematoma,edema atau discharge
b)
Observasi adnya gangguan
kemih
7)
Tulang belakang
a)
Mulai tempatkan satu tangan
di bawah leher pasien, dengan lembut palpasi vertebrata, rasakan adanya
deformitas, dan catat lokasinya jika terdapat respon nyeri pada pasien
b)
Perhatian: jangan pernah
membalik pasien untuk memeriksa tulang belakang sampai trauma spinal sudah di
pastikan. Jika anda harus membalik pasien (misalnya luka terbuka) gunakan
tehnik log-roll.
c)
Catat adanya keluhan nyeri
dari pasien ketika mempalpasi sudut costovertebral melewati ginjal
8)
Ekstremitas
Cek adanya pendarahan, edema, nyeri,
asimetris tulang atau sendi pada segmen proksimal pada setiap ekstremitas dan
palpasi pada bagian distal.
F.
Masalah Keperawatan yang
mungkin muncul
1.
Gangguan pertukaran gas
2.
Defisit volume cairan
3.
Nyeri akut
4.
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
G.
Perencanaan
No |
Masalah Keperawatan |
Kriteria hasil |
Intervensi |
1. |
Gangguan pertukaran gas |
Setelah dilakukan tindakan keperrawatan selama ...x...
diharapkan masalah gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil: ü
Nilai AGD dbn ü
Dyspneu berkurang |
a. Monitor frekuensi, irama kedalaman, dan upaya nafas. b. Monitor pola nafas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, chyene-stokes, biot, ataksis) c. Monitor adanya sumbatan jalan nafas. d.Auskultasi
bunyi nafas. e. Monitor saturasi oksigen. f. Monitor nilai AGD. g. Monitor Ro Thorak. |
2. |
Defisit volume cairan |
Klien akan mencapai status hemodinamik yang optimal
yang dibuktikan dengan: ü
MAP >70mmHg ü
Klien menunjukan
tanda-tanda hemodinamik yang stabil ü
Status cairan yang
optimal ü
Urin output
>0,5ml/kgBB/hari ü
Suhu normal |
a.
Monitor dan kaji status
hemodinamik b.
Monitor tekanan darah c.
Penggantian volume sesuai instruksi kristaloid atau koloid. d.
Timbang berat badan tiap
hari e.
Monitor terjadinya
perdarahan f.
Berikan produk darah
sesuai kebutuhan |
3. |
Nyeri akut |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
...x... diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil: ü
Nyeri terkontrol ü
TTV dbn |
a.
Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri b.
Identifikasi skala nyeri c.
Monitor tanda-tanda vital d.
Kolaborasi pemberian
analgetik |
4. |
Bersihan jalan nafas tidak efektif |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ....x.... diharapkan masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif teratasi dengan kriteria: ü
Suara nafas normal |
a.
Bebaskan jalan nafas
dengan cervical control b.
Lakukan pemasangan OPA
atau NPA c.
Lakukan suction d.
Kolaborasi: pemasangan
intubasi, krikotirotomi |
H.
Daftar Pustaka
Judson, James A.
2012. “Severe and Multiple Trauma.” Oh’s Intensive Care Manual: 757–64.
Nanda. (2015).
Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Salim, Carolina.
2015. “Sistem Penilaian Trauma.” Cermin Dunia Kedokteran 42(9): 702–9.
Saudin, Didik,
and Mukamad Rajin. 2020. “Penerapan Sistem Penilaian Trauma Revised Trauma
Score ( Rts ) Untuk Menentukan Mortalitas Pasien Trauma Di Triage.” : 12–15.
“Trauma Guidelines.” 2015. (70305).
Zettervall, Sara et
al. 2015. “Critical Care for the Patient With Multiple Trauma.” Journal of
Intensive Care Medicine 31(5): 307–18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar