LAPORAN PENDAHULUAN
KETOASIDOSIS
Disusun oleh
AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep.
NPM: 4012210010
PROGRAM STUDI
PROFESI NERS ANGKATAN KE-16
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
LAPORAN
PENDAHULUAN
KETOASIDOSIS
DIABETIKUM (KAD)
A. PENGERTIAN
Ketoasidosis
diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan
akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme
protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang
paling serius pada diabetes ketergantungan insulin KAD dan
hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya
mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok.(Kitabchi dkk, 2010).
B. TANDA DAN GEJALA
Gejala
klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam. Poliuri, polidipsi
dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari menjelang
KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut sering
disalah-artikan sebagai 'akut abdomen'. Asidosis metabolik diduga menjadi
penyebab utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang dengan
sendirinya setelah asidosisnya teratasi.
Sering
dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus), dehidrasi dan syok
hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan turgor, hipotensi dan
takikardi). Tanda lain adalah napas cepat dan dalam (Kussmaul) yang merupakan
kompensasi hiperventilasi akibat asidosis metabolik, disertai bau aseton pada
napasnya.
Sekitar 80%
pasien DM ( komplikasi akut )
1.
Pernafasan cepat dan dalam (
Kussmaul )
2.
Dehidrasi ( tekanan turgor kulit
menurun, lidah dan bibir kering )
3.
Kadang-kadang hipovolemi dan syok
4.
Bau aseton dan hawa napas tidak
terlalu tercium
5.
Didahului oleh poliuria, polidipsi.
6.
Riwayat berhenti menyuntik insulin
7.
Demam,
infeksi, muntah, dan nyeri perut
(Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. http://www.library.usu.ac.id )
C. PENYEBAB
Ada sekitar
20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada pasien
yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus.
Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan
ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin
tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan
sakit atau infeksi
3. Manifestasi
pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:
a.
Infeksi : pneumonia, infeksi traktus
urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa jumlah sel darah putih mungkin meningkat
tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
b.
Ketidakpatuhan: karena
ketidakpatuhan dalam dosis
c.
Pengobatan: onset baru diabetes atau
dosis insulin tidak adekuat
d.
Kardiovaskuler : infark miokardium
e.
Penyebab lain : hipertiroidisme,
pankreatitis, kehamilan, pengobatan kortikosteroid and adrenergik.
(Samijean Nordmark,2010)
D. PATOFISIOLOGI
Ketoasidois
terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan lemak
untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini
dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan
rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi
perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa
dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya
seperti kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Faktor
faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD)
adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua
gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD)
adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan
insulin.
Menurunnya
transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan
menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan
dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik
dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan
kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium,
fosfat dan klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi secara hebat, akan
menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis
metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad
ventilasi (peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah
juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit.
Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking
vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme
karbohidrat dan lipid normal.
Apabila
jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga
. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua
faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik
yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi
dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat
kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium
serta klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain
adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol.
Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis
diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut.
Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan
keton akan menimbulkan asidosis metabolik
E. PENGKAJIAN
Pengkajian
Primer
a) Airway
Kaji jalan nafas terbuka, ada tidaknya
sekret atau benda asing yang menghalangi jalan nafas dan kaji timbulnya suara
seperti gurgling, snoring maupun crowing.
b) Breathing
Inspeksi rate, kesimetrisan peranjakan
paru serta ada tidaknya dispnea, kaji adanya sesak nafas, cuping hidung, nafas
cepat, adanya sianosis atau tidak dan pemakaian otot pernafasan tambahan.
Auskultasi suara nafas dan perkusi area
paru
c) Circulation
Kaji frekuensi denyut nadi, tekanan
darah, suhu, capilary refil, SPO2dan kaji adanya edema.
d) Disability
Kaji status neurologi : GCS dan tanda
lateralisasi
e) Eksposure
Kaji adanya jejas pada seluruh tubuh,
yang perlu diperhatikan adalah cegah hipotermi
Pengkajian
Sekunder
a) Riwayat
Keperawatan/Kesehatan
1) Riwayat
Kesehatan/Keperawatan Sekarang
2) Riwayat
Kesehatan/Keperawatan Dahulu
3) Riwayat
Kesehatan/Keperawatan Keluarga
b) Pemeriksaan
Fisik
1) Keadaan
Umum
Meliputi
kesan kesadaran sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi klien.
2) Pemeriksaan
Tanda Vital
Meliputi
nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama,
kedalaman, pola nafas) dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan
Head To Toe
Kepala :
kaji bentuk, adanya luka
Rambut :
warna, jenis, ketebalan dan kebersihan rambut
Mata :
kemampuan penglihatan, ukuran pupil, reaksi terhadap cahay, konjungtiva,
sklera, alat bantu, adanya sekret dan cekung
Hidung : bagaimana
kebersihannya, septum deviasi, sekret, epistaksis polip, pemakaian selang
O2/selang NGT
Telinga :
kemampuan pendengaran, adanya nyeri, sekret telinga, pembengkakan, penggunaan
alat bantu
Mulut :
keadaan bibir (warna, kelembaban), kebersihan gigi dan gusi, mulut, bau mulut,
pemasangan ET/OPA
Leher :
kesimetrisan trachea, terabanya kelenjar thyroid, benjolan, tracheostomy, nyeri
telan, pembesaran tonsil, tekanan vena jugularis
c) Kebutuhan
Fisiologis
1) Pola
Nutrisi dan Metabolisme
·
Gejala
: Hilang nafsu makan
·
Mual/muntah
·
Tidak mematuhi
diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat
·
Penurunan berat
badan lebih dari beberapa hari/minggu
·
Haus, penggunaan
diuretik (Thiazid)
·
Tanda
: Kulit kering/bersisik, turgor jelek
·
Kekakuan/distensi
abdomen, muntah
·
Pembesaran
tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
2) Pola
Eliminasi
·
Gejala
: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
·
Rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang
·
Nyeri tekan abdomen,
Diare
·
Tanda :Urine
encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika
terjadi hipovolemia berat)
·
Urin berkabut,
bau busuk (infeksi)
·
Abdomen keras,
adanya asites
·
Bising usus
lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
3) Pola
Aktivitas
·
Gejala :
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
·
Kram otot, tonus
otot menurun, gangguan istrahat/tidur
·
Tanda :
Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
·
Letargi/disorientasi,
koma
·
Penurunan
kekuatan otot
4) Sirkulasi
·
Gejala : Adanya
riwayat hipertensi, IM akut
·
Klaudikasi,
kebas dan kesemutan pada ekstremitas
·
Ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama
·
Takikardia
·
Tanda :
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
·
Nadi yang
menurun/tidak ada
·
Disritmia
·
Krekels,
Distensi vena jugularis
·
Kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung
5) Integritas
Kulit
·
Gejala : Stress,
tergantung pada orang lain
·
Masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi
·
Tanda :
Ansietas, peka rangsang
6) Neurosensori
·
Gejala :
Pusing/pening, sakit kepala
·
Kesemutan,
kebas, kelemahan pada otot, parestesia
·
Gangguan
penglihatan
·
Tanda
: Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut). Gangguan
·
Memori (baru,
masa lalu), kacau mental
·
Refleks tendon
dalam menurun (koma)
·
Aktifitas kejang
(tahap lanjut dari DKA)
7) Nyeri/Kenyamanan
·
Gejala : Abdomen
yang tegang/nyeri (sedang/berat)
·
Tanda : Wajah
meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Keamanan
·
Gejala
: Kulit kering, gatal, ulkus kulit
·
·Tanda :
Demam, diaforesis
·
Kulit rusak,
lesi/ulserasi
·
Menurunnya
kekuatan umum/rentang erak
·
Parestesia/paralisis
otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam)
9) Pernafasan
·
Gejala : Merasa
kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/tidak)
·
Tanda : Lapar
udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen
·
Frekuensi
pernapasan meningkat
10) Seksualitas
·
Gejala : Rabas
vagina (cenderung infeksi)
·
Masalah impoten
pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
F. MASALAH KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL
1. Gangguan
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan bernafas
2. Resti
terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan keasaman (pH
menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis dan lipolysis
3. Nyeri
akut berhubungan dengan dilatasi lambung
4. Defisit
volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia,
pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual,
kacau mental
5. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
6. Resiko
tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit
G. PERENCANAAN DAN RASIONALISASI
1. Dx.
I :
Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernafas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pola nafas
efektif
Intervensi :
a) Kaji
pola nafas setiap hari
R
: Pola dan pernafasan dipengaruhi oleh status asam basa, status hidrasi, status
cardiopulmonal dan sistem persyarafan. Keseluruhan faktor harus dapat
diidentifikasi untuk menentukan faktor mana yang berpengaruh
b) Kaji
kemungkinan adanya sekret yang mungkin timbul
R
: Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran sputum berlebih akibat kerja
reflek parasimpatik atau menurunnya kemampuan menelan
c) Baringkan
klien pada posisi nyaman, semi fowler
R
: Memudahkan klien dalam bernafas
d) Berikan
oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
R
: Pernafasan kusmaul sebagai kompensasi keasaman memberikan respon penurunan
CO2 dan O2. Pemberian oksigen sungkup dalam jumlah yang minimal diharapkan
dapat mempertahankan level CO2.
e) Pastikan
jalan nafas tidak tersumbat
R
: Pengaturan posisi ekstensi kepala memfasilitasi terbukanya jalan nafas,
menghindari jatuhnya lidah dan meminimalkan penutupan jalan nafas oleh sekret
yang mungkin terjadi
f) Kolaborasi
dengan tim medis
R
: Membantu tindakan medis selanjutnya sesuai dengan indikasi dokter
2. Dx.
II :
Resti terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
keasaman (pH menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis dan lipolysis
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi gangguan pertukaran gas
Intervensi :
a) Observasi
irama, frekuensi serta kedaleman pernafasan
R
: Memantau adanya perubahan irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan
b) Monitor
hasil pemeriksaan AGD
R
: Untuk memantau AGD pasien apabila ada perubahan dalam pH, PO2, PCO2,
HCO3 dan BE
c) Auskultasi
bunyi paru
R
: Mengidentifikasi bunyi paru apabila ada bunyi tambahan dalam paru
d) Berikan
posisi fowler / semifowler (sesuai dengan keadaan klien)
R
: Memberikan rasa nyaman dan melancarkan jalan nafa
e) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat
R
: Agar memperlancar pertukaran gas dan mengurangi sesak nafas pada pasien
3. Dx.
III :
Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi lambung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang
Intervensi :
a) Kaji
keluhan nyeri, catat intensitasnya, karakteristiknya, lokasi dan lamanya nyeri.
R
: Nyeri merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien dan
untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan
b) Gunakan
teknik sentuhan yang terapeutik visualisasi (teknik relaksasi dan distraksi)
R
: Memberikan pasien sejumlah pengendali nyeri atau dapat mengubah mekanisme
sensasi nyeri dan mengubah persepsi nyeri
c) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgetik
R
: Analgetik merupakan obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
d) Pertahankan
istirahat dengan posisi semi fowler
R :Posisi
semi fowler dapat menurunkan rasa nyeri dan membuat nyaman
e) Hindari
tekanan area popliteal
R :Mencegah
terjadinya nyeri yang lebih parah
4. Dx.
IV :
Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia,
pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual,
kacau mental
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan volume
cairan seimbang
Intervensi :
a) Kaji
riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah maupun muntah
R
: Membantu memperkirakan pengurangan volume total. Proses infeksi yang
menyebabkan demam dan status hipermetabolik meningkat pengeluaran insensibel
b) Monitor
tanda-tanda vital dan perubahan tekanan darah orthostatik
R
: Hipovolemik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi. Hipovolemia
yang berlebihan dapat ditunjukkan dengan peenurunan TD lebih dari 10 mmHg dari
posisi berbaring ke duduk atau berdiri
c) Kaji
nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R
: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat
d) Pantau
masukan cairan dan pengeluaran urin
R
: Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang diberikan
e) Berikan
cairan paling sedikit 2500 cc/hari
R
: Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi
f) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian NaCl, ½ NaCl dengan atau tanpa dekstrose
R
: Meningkatkan dan menyeimbangkan volume cairan dalam tubuh
5. Dx.
V :
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Intervensi :
a) Pantau
BB setiap hari atau sesuai indikasi
R
: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)
b) Tentukan
program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dihabiskan
R
: Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
c) Auskultasi
bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan
yang belum dicerna dan pertahankan puasa sesuai indikasi
R
: Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan motilitas / fungsi lambung (distensi / ileus paralitik) yang akan
mempengaruhi pilihan intervensi
d) Berikan
makanan yang mengandung nutrisi kemudian upayakan pemberian yang lebih padat
yang dapat ditoleransi
R
: Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal
baik
e) Libatkan
keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi
R
: Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien
f) Observasi
tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembeb /
dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsangan, cemas, sakit kepala, pusing
dan sempoyongan
R
: Karena metabolisme karbohidrat sulit terjadi (gula darah akan berkurang, dan
sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi jika pasien
dalam keadaan koma, hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan
tingkat kesadaran
g) Lakukan
konsultasi dengan ahli diet
R
: Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien
h) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian insulin secara teratur sesuai indikasi
R
: Meningkatkan kadar insulin dalam tubuh
6. Dx.
VI :
Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan/atau elektrolit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi perubahan sensori-perseptual
Intervensi :
a) Pantau
tanda-tanda vital dan status mental
R
: Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental
b) Panggil
pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Berikan
penjelasan yang singkat dengan bicara perlahan dan jelas
R
: Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan
realitas
c) Jadwalkan
intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien
R
: Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan dapat memperbaiki daya pikir
d) Pelihara
aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan
sehari-hari sesuai kemampuannya
R
: Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientasi pada lingkungannya
e) Lindungi
pasien dari cidera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran pasien
terganggu. Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan
nafas buatan yang lunak jika pasien kemungkinan mengalami kejang
R
: Pasien mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan timbulnya cidera
terutama malam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi. Munculnya kejang
perlu diantisipasi untuk mencegah trauma fisik, aspirasi dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Hyperglycemic crises
in patien ts with diabetes mellitus. American
Diabetes Association.Diabetes Carevol27 supplement1 2010, S94-S102.
Gaglia JL, Wyckoff
J, Abrahamson MJ . Acute hyperglycemic cr
isis in elderly. Med Cli NAm 88: 1063-1084, 2004.
Sikhan. 2009. Ketoasidosis Diabetikum.
http://id.shvoong.com. Diakses pada tanggal 17 November2012.
Muhammad Faizi, Netty EP. FK UNAIR
RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah tatalaksana ketoasidosis diabetic. http://www.pediatric.com. Diakses
pada tanggal 17 November 2012.
Wallace TM, Matthews DR. Recent
Advance in The Monitoring and management of Diabetic Ketoacidosis. QJ Med 2004;
97 : 773-80.
Dr. MHD. Syahputra. Diabetic
ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 17 November 2010.
Samijean Nordmark. Critical Care
Nursing Handbook. http://books.google.co.id. Diakses pada tanggal 17 November 2012
Elisabeth
Eva Oakes, RN. 2009. Diabetic Ketoacidosis DKA. http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au. Diakses pada tanggal 17 November 2012.
Pathway KETOASIDOSIS DIABETIKUM
(KAD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar