Jumat, 23 Juli 2021

LP LUKA BAKAR AYU PRAGISTA R

 

 

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR

 

 

LOGO STIKES.png
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


OLEH:

AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep

NIM: 4012210010

 

 

 

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR

PROGRAM PROFESI NERS

2021

 

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT

1.      DEFINISI

            Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu, serta  merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (Potter & Perry, 2006).

            Luka bakar adalah suatu trauma, kerusakan, atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (IRNA Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

            Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2002).

 

2.      EPIDEMIOLOGI

Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya.

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalansi yang berhubungan dengan luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih separuh dari kasus luka bakar yang dirawat dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar dibandingkan yang diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi dirumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan industri juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar.

The National Institusi of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagaian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru belajar berjalan, barmain-main dengan korek api pada anak-anak usia sekolah, cidera karena arus listrik pada remaja laki-laki, dan penggunaan obat bius, alkohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusinya pada angka statistik tersebut. Cobb, Maxwell dan Silverstein (1992) menemukan bahwa sekitar 13% pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit atau pun anggota keluarganya sudah pernah dirawat sebelumnya karena luka bakar (Smeltzer, 2002).

 

3.      ETIOLOGI

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu luka bakar juga disebabkan oleh ledakan, aliran listrik, api, zat kimia, uap panas, minyak panas, dan  pajanan suhu tinggi dari matahari.

Ada lima mekanisme timbulnya luka bakar, yaitu :

a.       Api : kontak dengan kobaran api.

b.      Luka bakar cair : kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.

c.       Luka bakar kimia : asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan organik.

d.      Luka bakar listrik : tidak terlalu sering terjadi di Indonesia. Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh, tetapi kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh.

e.       Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas atau knalpot sepeda motor. Hal ini sangat sering terjadi di Indonesia.

 

 

 

 

 

4.      KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Berdasarkan berat ringannya luka bakar maka dapat diklasifikasikan menjadi :

a.    Luka bakar berat (major burn)

·         Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun.

·         Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama.

·         Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.

·         Adanya cedera inhalasi tanpa memperhitungkan luas luka bakar.

·         Luka bakar listrik tegangan tinggi.

·         Disertai trauma lainnya.

·         Pasien-pasien dengan resiko tinggi

b.    Luka bakar sedang (moderate burn)

·      Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.

·      Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.

·      Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.

c.    Luka bakar ringan (minor burn)

·      Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa.

·      Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut.

·      Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.

 

            Luka bakar juga dapat dibagi berdasarkan kedalaman lukanya. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar. Klasifikasi luka bakar menurut kedalamannya, yaitu:

 

Pembagian Zona Kerusakan Jaringan

 

DSCN9885

Gambar 1: Zona kerusakan jaringan

 

a.    Zona koagulasi

          Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas.

b.    Zona statis

          Daerah yang berada lansgsung di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trobosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

c.    Zona hiperemi

          Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.

 

 

 

 

 

 

 

Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka serta waktu penyembuhannya, yakni :

Kedalaman dan Penyebab Luka bakar

Bagian Kulit yang terkena

Gejala

Penampilan Luka

Perjalanan Kesembuhan

Derajat Satu

(Superfisial)

Tersengat matahari

Terkena api dengan intensitas rendah

Epidermis

Kesemutan

Hiperestesia (supersensitivitas) akibat iritasi dari saraf sensorik

Rasa nyeri mereda jika didinginkan

Memerah; menjadi putih ketika ditekan

Minimal atau tanpa edema, tidak dijumpai bullae

Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu

Pengelupasan kulit

superfisial

luka bakar gr 1image28600

- Kulit kemerahan - tidak ditemukan bula - terasa nyeri

Gambar 2: Luka bakar derajat I

Derajat Dua

(Partial Thickness)

Tersiram air mendidih

Terbakar oleh nyala api

 

Epidermis dan bagian dermis

Nyeri

Hiperestesia

Sensitif terhadap udara yang dingin

Melepuh; dasar luka berbintik-bintik merah; epidermis retak; permukaan luka basah

Edema, dijumpia adanya bullae

Kesembuhan dalam waktu dua hingga tiga minggu

Pembentuka parut dan depigmentasi

Infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat tiga

deep parsial

2luka bakar gr 3second-degree-burn

- Tampak bula – Dasar luka kemerahan (derajat IIA) –  Dasar   luka pucat keputihan (derajat IIB) – Nyeri hebat terutama pada derajat IIA

Gambar 3: Luka bakar derajat II

Derajat IIa (superficial)

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.

Gejala luka bakar derajat II

Penampilan luka bakar derajat II

Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari, tanpa operasi penambalan kulit (skin graft).

burn11 

Gambar 4. Luka bakar derajat II superficial

Derajat IIb (deep)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.

Gejala luka bakar derajat II

Penampilan luka bakar derajat II

Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan. Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit (skin graft).

burn17

Gambar 5. Luka bakar derajat II dalam

Derajat tiga (Full Thickness)

Terbakar nyala api

Terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama

Tersengat arus listrik

Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan

Tidak terasa nyeri, syok, hematuria dan kemungkinan hemolisis, kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik)

Kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong, kulit retak dengan bagian lemak yang tampak, edema

Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

Pembentukan eskar (koagulasi protein pada epidermis dan dermis), diperlukan pencangkokan, pembentukan parut dan hilangnya kontour serta fungsi kulit, hilangnya satu jari tangan atau ekstremitas bisa terjadi

image3third-degree-burn

 

Gambar : 4. Luka Bakar derajat 3

Sumber : Smeltzer, 2002

 

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, kemungkinan morbiditas, dan mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks.  Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

·      Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

·      Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan’The Rule of Nines’ yang dikembangkan oleh Wallace (1940), dimana setiap anggota badan dihitung berdasarkan kelipatan sembilan ini, yaitu:kepala 9%, tubuh bagian depan 18%, tubuh bagian belakang 18%, ekstremitas atas 18%, ekstremitas bawah kanan 18%, ekstremitas bawah kiri 18%, organ genital 1%.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

luka bakar

 

Korban harus dibawa ke gawat darurat apabila:derajat 1 dengan luas luka lebih dari 15%, derajat 2 lebih dari 10%, derajat 3 lebih dari 2%, derajat 4, mengenai wajah, alat kelamin, persendian, tangan, kaki, luka bakar dengan komplikasi patah tulang, gangguan jalan nafas, luka bakar akibat tegangan listrik, terjadi pada anak anak dan manula.

 

 

·      Metode Lund and Browder

Metode ini diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan luka bakar pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan rumus 9 dan disesuaikan dengan usia:

a.     Pada anak di bawah usia 1 tahun : kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

b.     Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0,5% untuk tiap tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

 

 

Klasifikasi berdasarkan Fase Penyembuhan Luka

No

Fase dan Fisiologi

Durasi Fase

Implikasi Penatalaksanaan Luka

1

Respon Inflamasi Akut Terhadap Cidera

 

Hemostasis

Fase Konstriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak, terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk membentuk sebuah bekuan.

Respon Jaringan yang rusak :

Jaringan yang rusak dan sel mast melepaskan histamine dan mediator lain sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga kulit menjadi merah dan hangat. Permiabilitas kapiler darah menyebabkan edema local.

0-3 hari

Adanya jaringan yang mengalami devitalisasi secara terus menerus, adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas, trauma kekambuhan, atau penggunaan yang tidak tepat, preparat topical untuk luka sehingga penyembuhan diperlambat dan kekuatan regang luka tetap rendah.

2

Fase Dekstruktif

 

Pembersihan terhadap jaringan mati/yang mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf (menelan dan menghancurkan bakteri) dan makrofag (menghancurkan bakteri & mengeluarkan jar. Yang mengalami devitalisai serta fibrin yang berlebih, membentuk fibroblast & menghasilkan factor perangsang angiogenesis (Fase 3)

1-6 hari

Polimorf& makrofag sangat dipengaruhi oleh turunnya suhu tempat luka, dihambat agen kimia, hipoksia, dan perluasan limbah metabolic yang disebabkan oleh buruknya perfusi jar.

3

Fase Proliferatif

 

Fibroblast meletakkan substansi dasar dan serabut-serabut kolagen serta pembuluh darah baru mulai infiltrasi luka. Kapiler dibentuk oleh tunas endothelial, suatu proses yang disebut angiogenesis. Jar yang dibentuk dari gelung kapiler baru, yang menopang kolagen dan substansi dasar disebut jar.granulasi.

3-24 hari

Gelung kapiler baru jumlahnya sangat banyak dan rapuh serta mudah sekali ruasak karena penekanan yang kasar sehingga perlu vitamin C yang cukup. Factor sistemik yang memperlambat penyembuhan adalah defisiensi besi, hipoproteinemia dan hipoksia.

4

Fase Maturasi (Remodeling)

 

Epitelisasi, Kontraksi, dan Reorganisasi jar.ikat

Sel-sel epitel pada pinggir luka dan dari sisa-sisa folikel rambut, serta granula sebasea dan granula sudorifera membelah dan mulai bermigrasi diatas jar. Granula baru. Kontraksi luka disebabkan karena miofibroblast kontraktil yang membantu menyatukan tepi-tepi luka. Terjadi suatu penurunan progresif dalam vaskularisasi jar. Parut, penampilan yang merah kehitaman menjadi putih. Serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan kekuatan regang luka meningkat.

24-356 hari

Epitelisasi terjadi 3x lebih cepat dilingkungan yang lembab (dibawah balutan yang oklusif atau balutan semipermiable) daripada dilingkungan yang kering. Kadang jar. Fibrosa pada dermis menjadi sangat hipertropi, kemerahan dan menonjol yang pada kasus ekstrem menyebabkan jar. Parut, koloid tidak sedap dipandang.

Sumber : Marison (2003:2), Manajemen Luka

 

 

5.      PATOFISIOLOGI

Kulit manusia memiliki banyak fungsi, antara lain menghindari terjadinya kehilangan cairan. Apabila terjadi luka bakar, maka kulit akan mengalami denaturasi protein, sehingga kehilangan fungsinya. Semakin banyak kulit yang hilang, semakin berat kehilangan cairan (Basic Trauma Life Support, 2011).

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (syok hipovolemik) menurut Smeltzer (2002), merupakan komplikasi yang sering terjadi dengan manisfestasi sistemik tubuh seperti:

a)         Respon Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.

b)        Respon Renalis

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal.

c)         Respon Gastro Intestinal

Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik (tidak adanya peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi lambung (dengan pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stres fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau vomitus yang berdarah. Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum (ulkus curling).

d)        Respon Imunologi

Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian basis mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam luka.

e)         Respon Pulmoner

Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi akibat panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup kegagalan akut respirasi dan ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) (Smeltzer, 2002).

 

6.      MANIFESTASI KLINIS

a.       Superficial burn  (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:

·   Luka hanya mengenai lapisan epidermis.

·   Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).

·   Kulit memucat bila ditekan.

·   Edema minimal.

·   Tidak ada blister.

·   Kulit hangat/kering.

·   Nyeri  dan berkurang dengan pendinginan.

·   Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.

·   Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.

b.      Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:

Dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness.

·   Luka tampak mengenai epidermis dan dermis.

·   Luka tampak merah sampai pink.

·   Terbentuk blister

·   Edema

·   Nyeri

·   Sensitif terhadap udara dingin

·   Penyembuhan luka : pada superficial partial thickness penyembuhannya14 - 21 hari, pada deep partial thickness penyembuhannya 21 - 28 hari (penyembuhan bervariasi tergantung dari kedalaman luka dan ada tidaknya infeksi).

c.       Full thickness (derajat III)

·   Luka tampak mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat juga mengenai permukaan otot, dan persarafan, dan pembuluh darah.

·   Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.

·   Tanpa ada blister.

·   Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.

·   Edema.

·   Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.

·   Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.

·   Memerlukan skin graft.

·   Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.

d.      Fourth degree (derajat IV)

·   Luka mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.

·   Kulit tampak seperti arang, gosong, dan meninggalkan sisa kehitaman bekas bakaran.

 

7.      DIAGNOSIS / KRITERIA DIAGNOSIS

Apabila terjadi kerusakan kulit akibat agen-agen thermal dan kimia , kemudian ditentukan derajatnya dengan rule of nine untuk mengetahui luas daerah yang terbakar.

 

8.      PEMERIKSAAN FISIK

a.       Inspeksi:

·         Menentukan derajat dan kedalaman luka bakar (baik menggunakan metode telapak tangan, rule of nine, atau Lund and Browder chart).

·         Area kulit yang tidak terbakar mungkin dingin dan pucat.

·         Area kulit yang terbakar akan melepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal, berwarna kemerahan, terdapat bula, atau kerusakan seluruh jaringan kulit.

·         Mukosa bibir kering.

·         Tanda-tanda inflamasi, seperti lubor, dolor, tumor, kalor, fungsiolesa.

·         Klien tampak meringis karena nyeri

·         Klien tampak lemah.

·         Terdapat edema.

·         Klien tampak dispnea

·         Klien tampak sedikit berkemih

·         Distensi abdomen, muntah dan aspirasi.

·          Perdarahan lambung ditandai dengan feses atau vomitus yang berdarah

b.      Palpasi:

·                               Denyut nadi (frekuensi meningkat dan lemah).

·                               Suhu pada luka.

c.       Perkusi :

·                               Perkusi abdomen hipertimpani.

·                               Perkusi paru hipersonor.

d.      Auskultasi:

·                               Auskultasi bunyi nafas pada paru (Stridor, wheezing, ronchi).

·                               Auskultasi bising usus (BU menurun).

 

9.      INDIKASI RAWAT INAP PASIEN LUKA BAKAR

Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap bila:

1.    Luka bakar derajat III > 5%

2.    Luka bakar derajat II > 10%

3.    Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) à risiko signifikan untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi.

4.    Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas.

5.    Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya.

6.    Adanya trauma inhalasi.

 

10.  PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

        Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering, dan comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

  • Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
  • Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
  • Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
  • Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
  • Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
  • Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa

·      Paracetamol dan codein (PO-per oral) 20-30mg/kg

·      Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus

·      Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

(Rosfanty, 2009)

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC yaitu

·         Airway and breathing

Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

·         Circulation

Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh. Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc/kgBB/%TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4cc/kgBB/%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam (Rosfanty, 2009).

Menurut Grace dan Borley (2006) penatalaksanaan penting untuk luka bakar dibagi menjadi tiga penangananan:

a.    Penanganan luka bakar umum

1)   Mulai resusitasi (ABC, buat jalur intravena, berikan O2).

2)   Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari wallen).

b.   Penanganan luka  bakar berat (luka bakar > 20% pada orang dewasa dan > 10% pada anak)

1)        Pantau nadi, TD, suhu, keluaran urin. Berikan analgesia adekuat melalui IV. Pertimbangkan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT), berikan profilaksis tetanus.

2)        Berikan cairan melalui IV berdasarkan formula Muir-Barclay: % luka bakar x berat badan dalam Kg/2 = satu aliquot cairan. Berikan 6 aliquot cairan selama 36 jam pertama dengan urutan 4, 4, 4, 6, 6, 12 jam dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya menggunakan larutan koloid, albumin atau plasma.

3)        Pertimbangkan untuk merujuk ke pusat luka bakar.

c.    Luka bakar ringan (luka bakar < 20% pada orang dewasa dan < 10% pada anak).

Tatalaksana luka bakar minor

·      Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak dapat membutuhkan morfin sebelum penilaian luka bakar dan pembalutan awal.

·      Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut dan bidai

·      Pemeriksaan status tetanus pasien

·      Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang keluar dari luka bakar menentukan frekuensi penggantian balutan

Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa sakit bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak berada di dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu dipecahkan. Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah beberapa hari menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.

 

Tatalaksana luka bakar superfisial / dangkal

Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya gelembung cairan atau penggarukan dapat ditutup perban untuk proteksi.

 

Tatalaksana luka bakar sebagian (partial thicknes)

·       Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang mengandung garam-steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine 0,1% lalu dengan salin.

·       Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak menempel lalu dibalut atau di plester

·       Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin

 

Follow up

Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh.

 

d.   Terapi Pengantian Cairan

Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalan 24 jam pertama dihitung berdasarkan luas luka bakar. Resusitasi cairan yang adekuat menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma pada nilai yang normal pada akhir periode 48 jam. Beberapa rumus telah dikembangkan untuk memperbaiki kehilangan cairan berdasarkan estimasi persentase luas permukaan tubuh yang terbakar dan berat badan pasien.

 

·           Rumus Konsesus

Lartutan ringer laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml x kg berat badan x % luas luka bakar. Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

·           Rumus Evans

1.   Koloid                                : 1ml x kg berat badan x % luas luka bakar

2.   Elektrolit (Salin)                 : 1ml x kg berat badan x % luas luka bakar

3.   Glukosa (5%dalam air)       : 2000 ml untuk kehilangan insensible

Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh diberikan dalam 8 jam pertama: separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya

Hari 2 : separuh dari cairan elektrolit dan kolid yang diberikan pada hari sebelumnya: seluruh penggantian cairan insesibel

Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dhitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.

·           Rumus Brooke Army

1.   Koliod                     : 0,5ml x kg berat badan x % luas luka bakar 

2.   Elektrolit  (RL)       : 1,5 ml x kg berat badan x % luas luka bakar

3.   Glukosa (5%dalam air): 2000 ml untuk kehilangan insensible

Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertam: separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya

Hari 2 : separuh dari cairan kolid: separuh dari cairan elektrolit: seluruh penggantian cairan insesibel

Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dhitungberdasarkan 50% luas permukaan tubuh

·           Rumus Parkland/Baxter

                        Larutan Ringer Laktat: 4 ml kg berat badan x % luas luka bakar

Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya

Hari 2 : Bervariasi. Ditambahkan koloid

 

·           Larutan Salin Hipertonik

Larutan pekat natrium klorida (NaCl) dan laktat dengan konsentrasi 250-300mEq natrium perliter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan volume keluaran urine yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan intfus selama 8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar natrium serum harus dipantau ketat.

Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru.

e.    Pemindahan ke Unit Luka Bakar

Kriteria Perhimpunan Luka Bakar Amerika untuk Rujukan ke Pusat Luka Bakar :

-        Luka bakar derajat 3 yang melebihi 5% luas permukaan tubuh pada segala kelompok usia

-        Luka bakar derajat 2 dan 3 yang melebihi 10% luas permukaan tubuh pada pasien < 10 tahun atau < 50 tahun

-        Luka bakar derajat 2 dan 3 yang melebihi 20% luas permukaan tubuh pada segala kelompok usia yang lain.

-        Luka bakar derajat 2 dan 3 yang mengenai muka, tangan, kaki, genetalia, perineum, serta persendian yang besar.

-        Luka bakar listrik yang mencakup luka bakar tersambar petir

-        Luka bakar kimia dengan ancaman ganguan fungsional atau kosmetik yang serius

-        Cedera inhalasi dengan luka bakar

-        Luka bakar yang melingkar pada ektremitas dan dada

-        Luka bakar pada pasien yang sebelumnya sudah menderita sakit dapat memperumit penanganan

-        Luka bakar dengan trauma dimana luka bakar tersebut menghadapi risiko yang terbesar.

Fase Akut atau Intermediet Perawatan Luka Bakar

Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti :

Pada fase ini diperlukan perhatian khusus pada pengkajian dan pemeliharaan yang berkesinambungan pada status respirasi, dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta fungsi gastrointestinal. Perawatan luka dan pengendalian nyeri menjadi prioritas dalam fase ini. Untuk pengendalian nyeri biasanya diberikan NSAID atau golongan narkotik jika terdapat nyeri hebat pada luka bakar yang luas. Selain itu, meminimalkan rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan teknik non farmakologi seperti Guidetimageri, teknik relaksasi, dan distraksi, terapi music dan lainnya. Pemberian obat anlgetik 30 menit sebelum perawatan luka juga sangat penting menigkatkan rasa nyaman pasien selama perawatan luka bakar. Luka bakar meliputi sejumlah besar jaringan mati ( eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Eskar pada luka bakar merupakan krusta yang nonviable tanpa memiliki suplai aliran darah sehingga leukosit PMN atau antibody  tidak dapat menjangkau daerah tersebut. Maka dari itu, luka bakar rentan terinfeksi oleh bakteri dan dapat terjadi sepsis. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pemberian antibiotic topical, perawatan luka dan penggantian balutan yang khusus dengan teknik steril. Perawatan luka dapat dilakukan dengan tekni tertutup atau terbka sesuai dengan kebijakan masing-masing rumah sakit. Pada prinsipnya, perawatan luka dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi. Pemilihan terapi antibiotic topical berfungsi untuk mengurangi jumlah bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh pasien sendiri bukan untuk mensterilkan luka bakar.( Smeltzer, 2002).

1.        Pembersihan Luka

Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi rendaman disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin bergerak aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan membersihkan luka seluruh tubuh. Pembersihan luka dapat dilakukan degan perendaman total atau disebut hidroterapi. Selama berendam pasien didorong bergerak aktif untuk melatih ekstremitas dan membersihkan seluruh tubuh. Hidroterapi hars dibatasi dalam periode 20 -30 menit untuk mencegah gejala menggigil dan stress metabolic tambahan. Pembersihan luka biasanya dilakukan sehari sekali pada daerah luka yang tidak menjalani tindakan pembedahan. Jika ada eskar yang mulai terpish dengan jaringan viable dibawahnya yang terjadi kurang lebih 11/2 sampai 2 minggu paska luka bakar, maka diperlukan tindakan pembersihan dan debridement secara berturut-turut harus lebih sering dilakukan.

2.        Terapi Antibiotik Topikal

Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver sulfadiazin, silver nitrat, dan mafenide asetat.

3.        Penggantian Balutan

Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD. Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien dibiarkan berandam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas dengan hati-hati memakai forseps atau tangan yang menggunakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan debris, setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati. Selama penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan karakteristik lain dari luka.

4.        Debridemen

Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing sehingga pasien dilindungi dari invasi bakteri dan untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati.

Debridemen ada 3 yaitu

-          Alami : jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan

- Mekanis : penggunaan gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat jaringan mati.

- Bedah : tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai mengupas kulit yang terbakar.

5.        Graft Pada Luka Bakar

Adalah pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka akan terbentuk jaringan granulasi. Jarinagn ini akan mengisi ruangan ditimbulkan oleh luka, membentuk barier yang merintangi bakteri dan berfungsi sebagai dasar untk pertumbuhan sel epitel.

6.        Dukungan Nutrisi

Nutrisi yang diberikan adalah TKTP untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.

 

Manajemen Luka Bakar

Flowchart Manajemen Luka Bakar, (NSW Health Departement)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Fase Rehabilitasi

            Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada pada tahap akhir, tetapi proses rehabilitasi harus segera dimulai segera setelah terjadinya luka bakar sama seperti periode darurat. Fase ini difokuskan pada perubahan citra diri dan gaya hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan pemulihan aktifitas fungsional tetap menjadi prioritas. Fokus perhatian terus berlanjut pada pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perbaikan status nutrisi. Pembedahan rekonstruksi pada bagian anggota tubuh dan fungsinya yang terganggu mungkin diperlukan. Untuk perawatan lanjutan dapat bekerjasama dengan fisioterapi agar dapat melatih rentang gerak (Smeltzer, 2002).

 

11.  KOMPLIKASI

·         Syok hipovolemik

·         Kekurangan cairan dan elektrolit

·         Hypermetabolisme

·         Infeksi

·         Gagal ginjal akut

·         Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.

·         Paru dan emboli

·         Sepsis pada luka

·         Ilius paralitik

·         SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome) bervariasi tergantung etiologi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada SIRS adalah gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), dan pneumonia nosokomial, gagal ginjal, perdarahan saluran cerna, dan stres gastritis, anemia, trombosis vena dalam (Deep Vein Thrombosis/DVT), hiperglikemia, dan Disseminated intravascular coagulation (DIC).

 

 

A.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian Keperawatan

a)      Pengkajian Luas Luka Bakar

Metode Rule of Nine’s

       1271089-1277234-1277360-1705829

Gambar 4: Pengkajian Rule of Nine’s

Sistem ini menggunakan prosentase kelipatan sembilan terhadap luas permukaan tubuh.

-          Adult: kepala = 9 %, tangan kanan-kiri = 18%, dada dan perut = 18%, genetalia = 1%, kaki kanan-kiri = 36%, dan punggung = 18%

-          Child: kepala = 18%, tangan kanan-kiri = 18% , dada dan perut = 18%, kaki kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%

-          Infant: kepala = 18%, tangan kanan-kiri =18%, dada dan perut = 18%, kaki kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%

 

 

 

b)     Pengkajian Awal

Pengkajian ini dibuat dengan cepat selama pertemuan pertama dengan pasien yang meliputi ABC (Airway, Breathing, dan Circulation)

·         Airway

-          Data subjektif

pasien mengeluh sesak  , pasien mengeluh nyeri .

-          Data objektif

terdengar suara krekels dan stridor  , terdapat edema pada laring

·         Breathing

-          Data subjektif

Pasien mengeluh sesak .

-          Data objektif

terdapat adanya gerakan otot bantu nafas ,  RR lebih dari 20 kali permenit, nampak pernafasan cuping hidung

·         Circulation

-          Data subjektif

pasien mengeluh pusing

-          Data objektif

nadi klien meningkat > 100 x permenit  .

 

c)      Pengkajian Berdasarkan 6B

·         Breathing

-       Data subjektif

Pasien mengatakan susah untuk bernafas.

-       Data objektif

Pasien telihat sesak (RR> 20 x/menit), pernafasan cuping hidung, menggunakan otot bantu pernafasan

·         Blood

-          Data subjektif

Klien mengeluh pusing .

-          Data objektif

Nadi klien meningkat > 100 x permenit , hematokrit meningkat , leukosit meningkat , trombosit menurun.

·         Brain

-          Data subjektif

Pasien merasa pusing, pasien mengeluh nyeri kepala.

-          Data objektif

Pasien mungkin disorientasi.

·         Bladder

-          Data subjektif

Pasien mengatakan sedikit kencing

-          Data objektif

Haluaran urin menurun.

·         Bowel

-          Data subjektif

Pasien mengeluh susah BAB .

-          Data objektif

Pasien mungkin mengalami penurunan berat badan dan konstipasi.

·         Bone

-          Data subjektif

Pasien mengeluh letih dan pegal-pegal.

-          Data objektif

 

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

1)      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai dengan irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, RR : >20x/mnt, terdapat bunyi napas tambahan berupa snoring

2)      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (evaporasi melalui luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh haus, wajah pasien tampak pucat, adanya penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin (< 0,5-1cc/kgBB/jam), peningkatan frekuensi nadi (> 100 x/menit), dan adanya luka bakar pada kulit pasien.

3)      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan luka post operasi skin graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada luka bakar yang terletak di kedua lengan atas sehingga susah untuk digerakkan, dan nyeri pada luka post skin graft, nyeri skala 7 dari 0-10

4)      Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatik, pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.

5)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.

6)      Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai dengan kerusakan pada lapisan kulit, gangguan pada permukaan kulit.

7)      Keletihan berhubungan dengan anemia ditandai dengan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari

8)      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (mengalami luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh khawatir dengan kondisinya

9)      Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi ditandai dengan prilaku tidak tepat dan tidak mengikuti arahan tenaga kesehatan

10)  Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan pada preload ditandai dengan perubahan dalam bacaan EKG, perubahan dalam tekanan darah

11)  Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan keterbatasan dalam ROM dan ambulasi

12)  Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan ketidakmampuan dalam membasuh, mengeringkan, dan mengambil peralatan mandi

13)  Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan ketidakmampuan dalam menuju toileting, dan membersihkan perineum secara mandiri

14)  Defisit perawatan diri: berpakaian berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengenakan, mengambil pakaian secara mandiri

15)  PK Syok hipovolemik

16)  PK Anemia

17)  PK Hiponatremia

 

Diagnosa Prioritas:

a.       Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai dengan irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, RR : >20x/mnt, terdapat bunyi napas tambahan berupa snoring

b.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (evaporasi melalui luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh haus, wajah pasien tampak pucat, adanya penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin (< 0,5-1cc/kgBB/jam), peningkatan frekuensi nadi (> 100 x/menit), dan adanya luka bakar pada kulit pasien.

c.       Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai dengan kerusakan pada lapisan epidermis dan dermis

d.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan luka post operasi skin graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada luka bakar yang terletak di kedua lengan atas sehingga susah untuk digerakkan, dan nyeri pada luka post skin graft, nyeri skala 7 dari 0-10

 


3.      INTERVENSI

No

Diagnosa

Tujuan (Outcome)

Intervensi Keperawatan

1

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai dengan irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, RR : >20x/mnt, terdapat bunyi napas tambahan berupa snoring

 

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam, diharapkan pola napas pasien efektif dengan  kriteria hasil:

NOC Label >> Respiratory Status: Airway patency

·         Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas reguler, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

·         Tidak terdengar suara napas tambahan: snoring

NOC Label >> Vital Signs

·         Frekuensi napas normal (16 – 20 x/ menit)

NOC Label >> Respiratory status : Ventilation

·        Tidak ada sianosis dan dyspnea

·        Tidak tampak penggunaan otot bantu napas

 

1.      Auskultasi bunyi nafas tambahan; ronchi, wheezing.

2.      Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea.

3.      Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai keperluan.

4.      Bantu klien untuk batuk dan nafas dalam.

5.      Ajarkan batuk efektif.

6.      Anjurkan asupan cairan adekuat.

7.      Berikan terapi nebulizer pada klien.

8.      Lakukan suction sesuai indikasi jika diperlukan.

9.      Kolaborasi pemasangan trakeostomi

10.  Kolaborasi pemberian oksigen

11.   Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi.

 

NIC Label >> Respiratory Monitoring 

1.      Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha pasien saat bernapas

2.      Catat pergerakan dada, simetris atau tidak, menggunakan otot bantu pernapasan atau tidak

3.      Monitor pola napas: bradypnea, tachypnea, hiperventilasi, respirasi kussmaul, respirasi  cheyne-stokes.

NIC Label >> Oxygen Therapy

·     Bersihkan area mulut, hidung, jika diperlukan

·     Pertahankan kepatenan jalan napas

·     Monitor jumlah aliran oksigen

·     Monitor efektivitas terapi oksigen

2

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (evaporasi melalui luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh haus, wajah pasien tampak pucat, adanya penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin (< 0,5-1cc/kgBB/jam), peningkatan frekuensi nadi (> 100 x/menit), dan adanya luka bakar pada kulit pasien.

 

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x … jam diharapkan ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi dengan outcome :

NOC Label >> Fluid Balance

·         Tekanan darah dalam batas normal (sistolic 100-130 dan diastolic 70-89 mmHg)

·         HR dalam batas normal (60-100 x/menit)

NOC Label >> Burn Recovery

·         Granulasi Jaringan baik

·         Persen dari luas luka bakar berkurang

·         Suhu tubuh stabil

·         Edema di area luka bakar berkurang

·         Balance cairan pasien baik

NOC Label >> Hydration

·         Urin output 0,5-1 cc/kgBB

·         Mukosa membran lembab

NOC Label >> Keseimbangan Asam Basa dan Elektrolit

·         RR dalam batas normal (16 – 20 x/menit)

·         Hematokrit dalam batas normal

·         BUN dan Kreatinin dalam batas normal

·         Elektrolit Serum dalam batas normal

·         Albumin serum dalam batas normal

NIC Label >> Fluid/Electrolyte Management

·         Monitor keabnormalitas tingkat elektrolit serum

·         Monitor hasil pemeriksaan laboratorium yang terkait perubahan cairan atau tingkat elektrolit

·         Berikan cairan yang adekuat

·         Berikan intake oral

·         Monitor status hemodinamik klien

·         Kaji membran mukosa klien untuk mengindikasikan adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit

·         Monitor kehilangan cairan

NIC Labels >>> Fluid Monitoring

1.      Kaji riwayat intake & output (eliminasi) cairan pada pasien.

2.      Kaji faktor risiko yang memungkinkan terjadinya ketidakseimbangn cairan pada pasien, misalnya adanya peningkatan suhu tubuh, adanya infeksi, pasca tindakan operasi, dll.

3.      Monitor intake & output cairan.

4.      Monitor albumin darah & protein total.

NIC Labels >>> Vital Sign Monitoring

1.      Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan jika diperlukan.

2.      Monitor tanda dan gejala terjadinya peningkatan atau penurunan suhu tubuh

3.      Monitor tekanan dan kualitas nadi pasien.

4.      Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban kulit pasien.

5.      Monitor adanya sianosis perifer.

 

NIC Labels >>> Feeding

1.      Identifikasi pola diet pasien.

2.      Ciptakan lingkungan yang nyaman saat pasien makan, misalnya pindahkan alat-alat seperti urinal, alat suction, dll.

3.      Lakukan oral hygiene sebelum pasien makan.

4.      Catat dan pantau intake makanan jika diperlukan

5.      Berikan makanan yang hangat untuk mencegah mual dan meningkatkan nafsu makan

6.      Anjurkan pihak keluarga untuk memberikan makanan kepada pasien.

3

Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai dengan kerusakan pada lapisan epidermis dan dermis

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x ...jam diharapkan integritas kulit klien mengalami peningkatan dengan kriteria hasil :

NOC Label >> Wound Healing : Secondary Intention

·         Ukuran lesi pada kulit klien berkurang.

·           Inflamasi pada luka berkurang.

·           Granulasi dalam jaringan subkutan klien meningkat.

·           Eritema kulit sekitarnya berkurang

·           Tidak ada blister pada daerah luka bakar

NOC Label >> Tissue Integrity : Skin & Mucous Membranes

·         Suhu kulit normal

·         Jaringan parut tidak ada

·         Integritas kulit normal

·         Lesi kulit tidak ada

·         Eritema tidak ada

 

NIC Label >> Bathing

·         Siapkan peralatan yang dibutuhkan untuk memandikan pasien seperti peralatan mandi, air untuk mandi dengan suhu yang optimal

·         Gunakan teknik memandikan yang tepat sesuai dengan usia dan kondisi tubuh pasien

·         Bersihkan seluruh badan pasien untuk memutuskan rantai perjalanan luka dan panas serta mencegah terjadinya infeksi pada luka

·         Gunakan pelumas untuk menlubrikasi kulit pasien

·         Monitor kondisi kulit setiap memandikan pasien

NIC Label >> Wound Care

·         Lakukan monitor terhadap karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan aroma.

·         Bersihkan luka dengan normal saline secara tepat.

·         Lakukan wound dressing sesuai tipe luka.

·         Pertahankan teknik steril selama melakukan perawatan luka, secara tepat.

·         Lakukan penggantian dressing secara tepat

·         Jelaskan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi

                    

NIC Label >> Skin Care : Topical Treatments

·         Beri antibiotic topikal pada area yang terkena

·         Beri antiinflamasi topical pada area yang terkena

·         Memeriksa kulit setiap hari untuk yang berisiko mengalami kerusakan

·         Catat derajat kerusakan kulit

 

NIC Label >> Skin surveillance

·         Periksa kulit dan membrane mukosa terkait adanya kemerahan, hangat, edema, atau drainase

·         Pantau warna dan suhu kulit

·         Catat perubahan kondisi kulit dan membrane mukosa

4

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan luka post operasi skin graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada luka bakar yang terletak di kedua lengan atas sehingga susah untuk digerakkan, dan nyeri pada luka post skin graft, nyeri skala 7 dari 0-10

 

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x …. jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil :

NOC Label >> Pain Level

·         Klien melaporkan adanya rasa nyeri  yang ringan

·         Klien tidak mengerang atau menangis terhadap rasa sakitnya

·         Klien tidak menunjukkan rasa sakit akibat nyerinya

NOC Label  >> Pain Control

·         Klien menyadari onset terjadinya nyeri dengan baik

·         Klien dapat menjelaskan faktor penyebab timbulnya nyeri dengan sering

·         Klien sering menggunakan tindakan pencegahan

·         Sering menggunakan pengobatan non farmakologis untuk meredakan rasa sakit

·         Kadang-kadang menggunakan analgesic jika dianjurkan

·         Klien mengatakatn nyerinya terkontrol

NIC Label >> Pain Management

·         Lakukan pengkajian komprehensif nyeri termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekwensi, kwalitas, intensitas atau derajat nyeri, dan faktor yang menimbulkan.

·         Observasi reaksi non verbal terhdapat nyeri

·         Pastikan pasien mendapat perhatian mengenai perawatan dengan analgesic

·         Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk menggai informasi terhadap pengalaman nyeri dan cara pasien merespon terjadinya nyeri

·         Gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengenai nyeri

·         Tanyakan pada klien kapan nyeri menjadi lebih buruk dan apa yang dilakukan untuk menguranginya

·         Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri

·         Ajari pasien untuk menggunakan medikasi nyeri yang adekuat

NIC Label  >> Analgesic Administration

·         Ketahui lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum memberikan pasien medikasi

·         Lakukan pengecekan terhadap riwayat alergi

·         Pilih analgesic yang sesuai atau kombinasikan analgesic saat di resepkan anagesik lebih dari

·         Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah  diberikan analgesic dengan satu kali dosis atau tanda yang tidak biasa dicatat perawat

·         Evaluasi keefektian dari analgesic

 

 

 

 

 

 

 

4.      EVALUASI

No

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi

1

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai dengan irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, RR : >20x/mnt, terdapat bunyi napas tambahan berupa snoring

 

NOC Label >> Respiratory Status: Airway patency

·         Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas reguler, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

·         Tidak terdengar suara napas tambahan: snoring

NOC Label >> Vital Signs

·         Frekuensi napas normal (16 – 20 x/ menit)

NOC Label >> Respiratory status : Ventilation

·        Tidak ada sianosis dan dyspnea

·        Tidak tampak penggunaan otot bantu napas

 

2

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (evaporasi melalui luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh haus, wajah pasien tampak pucat, adanya penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin (< 0,5-1cc/kgBB/jam), peningkatan frekuensi nadi (> 100 x/menit), dan adanya luka bakar pada kulit pasien.

 

NOC Label >> Fluid Balance

·         Tekanan darah dalam batas normal (sistolic 100-130 dan diastolic 70-89 mmHg)

·         HR dalam batas normal (60-100 x/menit)

NOC Label >> Burn Recovery

·         Granulasi Jaringan baik

·         Persen dari luas luka bakar berkurang

·         Suhu tubuh stabil

·         Edema di area luka bakar berkurang

·         Balance cairan pasien baik

NOC Label >> Hydration

·         Urin output 0,5-1 cc/kgBB

·         Mukosa membran lembab

NOC Label >> Keseimbangan Asam Basa dan Elektrolit

·         RR dalam batas normal (16 – 20 x/menit)

·         Hematokrit dalam batas normal

·         BUN dan Kreatinin dalam batas normal

·         Elektrolit Serum dalam batas normal

·         Albumin serum dalam batas normal

3

Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas) ditandai dengan kerusakan pada lapisan epidermis dan dermis

 

NOC Label >> Wound Healing : Secondary Intention

·         Ukuran lesi pada kulit klien berkurang.

·           Inflamasi pada luka berkurang.

·           Granulasi dalam jaringan subkutan klien meningkat.

·           Eritema kulit sekitarnya berkurang

·           Tidak ada blister pada daerah luka bakar

NOC Label >> Tissue Integrity : Skin & Mucous Membranes

·         Suhu kulit normal

·         Jaringan parut tidak ada

·         Integritas kulit normal

·         Lesi kulit tidak ada

·         Eritema tidak ada

4

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan luka post operasi skin graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada luka bakar yang terletak di kedua lengan atas sehingga susah untuk digerakkan, dan nyeri pada luka post skin graft, nyeri skala 7 dari 0-10

 

NOC Label >> Pain Level

·         Klien melaporkan adanya rasa nyeri  yang ringan

·         Klien tidak mengerang atau menangis terhadap rasa sakitnya

·         Klien tidak menunjukkan rasa sakit akibat nyerinya

NOC Label  >> Pain Control

·         Klien menyadari onset terjadinya nyeri dengan baik

·         Klien dapat menjelaskan faktor penyebab timbulnya nyeri dengan sering

·         Klien sering menggunakan tindakan pencegahan

·         Sering menggunakan pengobatan non farmakologis untuk meredakan rasa sakit

·         Kadang-kadang menggunakan analgesic jika dianjurkan

·         Klien mengatakatn nyerinya terkontrol

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Admin. 2007. Luka Bakar, (online), (http://www.sehatgroup.web.id/, diakses 7 Juli 2013)

Anonim. 2009. Luka Bakar, (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar, diakses 7 Juli 2013).

Anonim. 2009. Askep Combustio (Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar/Combustio.  (online) (http://nursingbegin.com/askep-combustio/, diakses 7 Juli 2013).

Arixs. 2008. Simulasi Rutin di RSUP Sanglah, (online), (http://www.cybertokoh.com/, diakses 7 Juli 2013)

Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions Classifications (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Doenges, M E. 200. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

NANDA International. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:EGC

Moorhead, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Prasetyo, Budi. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Luka Bakar (combustio), (online), (http://nurse-community.socialgo.com/, diakses 7 Juli 2013)

Rosfanty. 2009. Luka Bakar. (online) (http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/03/luka-bakar.html, diakses 7 Juli 2013).

Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar