Jumat, 23 Juli 2021

LP STROKE AYU PRAGISTA R

 

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE

 

Description: Description: D:\LOGO STIKES\Picture1.jpg

 

 

Disusun oleh

AYU PRAGISTA RAHMAWATI, S.Kep.

NPM: 4012210010

 

 

 

 

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE-16

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR

TAHUN AKADEMIK 2020-2021

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE

 

A.    Definisi

Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh darah (Pricedan Wilson). Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah kebagian otak (bruner dan suddarth, 2000 : 2123). Stroke adalah gangguan yang mempengaruhi aliran darah keotak dan mengakibatkan deficit neurologik (lewis, etc, 2000 : 1645).

Stroke non hemorogik adalah bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10 - 20 menit) tapi kurang dari 24jam. (AriefInansjoer, 2000 : 17).

Stroke non hemorogik adalah penyakit atau kelainan dan penyakit pembuluh darah otak, yang mendasari terjadinya stoke misalnya arteriosclerosis otak, aneurisma, angioma pembuluh darah otak. (dr. Harsono, 1996: 25). Stroke non hemorogik adalah penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah dan dewasa tua yang kebanyakan berkaitan erat dengan kejadian arterosklerosis (trombosis) dan penyakit jantung (emboli) yang dicetus oleh adanya faktor predisposisi hipertensi (Satyanegara, 1998 : 179).

 

B.     Tanda dan Gejala

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

 

 

 

 

C.    Patofisiologi

Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.

    Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :

1.      Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.

2.      Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan (hemorrhage).

3.      Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.

4.      Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.

      Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

 

 

 

 

 

 

D.    Penyebab

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu:

1.      Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.

2.      Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.

3.      Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak

4.      Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

       Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.

Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:

1.      Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.

2.      Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.

 

E.     Pengkajian

1.      Primary Survey

a.       Airway: pengkajian mengenai kepatenan jalan. Kaji adanya obstruksi pada jalan napas karena dahak, lendir pada hidung, atau yang lain.

b.      Breathing: kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru, pengembangan dada.

c.       Circulation: meliputi pengkajian volume darah dan kardiac output serta perdarahan. Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, warna kulit, nadi, dan adanya perdarahan.

d.      Disability: yang dinilai adalah tingkat kesadran serta ukutan dan reaksi pupil.

e.       Exposure/ kontrol lingkungan: penderita harus dibuka seluruh pakaiannya.

 

2.      Secondary Survey

Pengkajian sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe) termasuk reevaluasi pemeriksaan TTV.

 

 

a.       Anamnesis

Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan. Riwayat “AMPLE” (alergi, medikasi, past illness, last meal, event/environment) perlu diingat.

b.      Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dimulai dengan evaluasi kepala akan adanya luka, kontusio atau fraktuf. Pemeriksaan maksilofasialis, vertebra sevikalis, thoraks, abdomen, perineum, muskuloskeletal dan pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan dalam secondary survey.

c.       Reevaluasi

Monitoring tanda vital dan haluaran urin penting dilakukan.

d.      Tambahan pada secondary survev

Selama secondary survey, mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto tambahan dari tulang belakang serta ekstremitas, CT-Scan kepala, dada, abdomen dan prosedur diagnostik lain.

 

F.     Masalah Keperawatan yang muncul

1.      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.

2.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.

3.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.

4.      Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stress psikologis.

5.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/ koordinasi otot

 

G.    Perencanaan

1.      Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d oedema serebri

Intervensi;

·         Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow

Rasional:         Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.

·         Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah

Rasional:         autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.

·         Pertahankan keadaan tirah baring.

Rasional:         aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK).

·         Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi anatomis (netral).

Rasional:         menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.

·         Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)

Rasional:         meningkatkan/ memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan.

2.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan; dapat melakukan aktivitas secara minimum

Kriteria hasil mempertahankan posisi yang optimal, meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena, mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan aktivitas.

Intervensi;

·         Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas

Rasional:         mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat memberikan informasi bagi pemulihan

·         Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)

Rasional:         menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.

·         Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas

Rasional:         meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.

·         Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.

Rasional:         dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih terganggu.

·         Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi pasien.

Rasional:         program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.

 

3.       Diagnosa keperawatan ketiga: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.

Tujuan; dapat berkomunikasi sesuai dengan keadaannya.

Kriteria hasil; Klien dapat mengemukakan bahasa isyarat dengan tepat, terjadi kesapahaman bahasa antara klien, perawat dan keluarga

Intervensi;

·         Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi

Rasional: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari derajat gangguan serebral

·         Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana

Rasional:         melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik

·         Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut

Rasional:         Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik

·         Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)

Rasional:         bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan yang dimaksud

·         Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi wicara.

Rasional:         untuk mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan terapi.

 

4.      Diagnosa keperawatan keempat: perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stress psikologis.

Tujuan; tidak ada perubahan perubahan persepsi.

Kriteria hasil mempertahankan tingkat kesadarann dan fungsi perseptual,  mengakui perubahan dalam kemampuan.

 Intervensi;

·         Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas/ dingin, tajam/ tumpul, rasa persendian.

Rasional:         penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan kinetic berpengaruh buruk terhadap keseimbangan.

·         Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian tubuh

Rasional:         adanya agnosia (kehilangan pemahaman  terhadap pendengaran, penglihatan, atau sensasi yang lain)

·         Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan seperti berikan pasien suatu benda untuk menyentuh dan meraba.

Rasional:         membantu melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan interprestasi stimulasi.

·         Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh tertentu.\

Rasional:         penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalam mengintergrasikan kembali sisi yang sakit.

·         Bicara dengan tenang dan perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek.

·         Rasional:   pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian atau masalah pemahaman.

5.       Diagnosa keperawatan kelima: kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/ koordinasi otot

Tujuan; kebutuhan perawatan diri klien  terpenuhi

Kriteria hasil klien bersih dan klien dapat melakukan kegiatan personal hygiene secara minimal

Intervensi;

·         Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan diri.

Rasional:         Jika klien tidak mampu perawatan diri perawat dan keluarga membantu dalam perawatan diri

·         Bantu klien dalam personal hygiene.

Rasional: Klien terlihat bersih dan rapi dan memberi rasa nyaman pada klien

·         Rapikan klien jika klien terlihat berantakan dan ganti pakaian klien setiap hari

Rasional: Memberi kesan yang indah dan klien tetap terlihat rapi

·         Libatkan keluarga dalam melakukan personal hygiene

Rasional: ukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam program peningkatan aktivitas klien

·         Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ ahli terapi okupasi

Rasional:         memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan

 

H.    Daftar Pustaka

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI

Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima medika.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar